47 Sikap kerja pekerja penggilingan padi adalah dengan membungkuk, mengangkat
beban dengan posisi lengan pekerja yang melebihi tinggi bahu, risiko kecelakaan kerja akibat terkena putaran vent belt yang tidak diberi pengaman. Dengan redesain undakan,
pemberian pengaman pada vent belt ini mengubah sikap kerja pekerja penggilingan padi dari sikap membungkuk menjadi posisi berdiri, posisi lengan pekerja yang
melebihi tinggi bahu menjadi sejajar dengan bahu pekerja dan kecelakaan kerja akibat terkena putaran vent belt pada kaki pekerja dapat dihindari.
2.3.8 Jam kerja
Jam kerja berlebihan di luar batas kemampuan, apalagi pekerjaan itu berat, jelas akan merupakan sumber terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Paling sedikit akan
terjadi kelelahan yang sangat merugikan dilihat dari segi pelaksanaan tugas. Beban kerja fisik yang berat dan dilakukan di dalam waktu yang lama akan mempercepat
munculnya kelelahan. Begitu juga lingkungan kerja yang tidak memadai, seperti berdebu dan bising yang berkepanjangan, juga akan mempercepat munculnya
kelelahan. Gizi yang kurang, adanya penyakit, atau rasa sakit karena sikap paksa juga merupakan sumber munculnya kelelahan. Akhirnya suasana kerja yang tidak nyaman,
adanya beban mental psikologis serta pekerjaan yang monoton dapat dipastikan menjadi sumber adanya kelelahan.
Kelelahan adalah suatu keadaan sementara yang ditimbulkan oleh aktivitasjam kerja yang berlebihan atau berkepanjangan yang dimanifestasikan sebagai penurunan
fungsi aktivitas, fungsi kapasitas organ, baik pada organ itu sendiri atau seluruh tubuh, dan dirasakan spesifik sebagai kelelahan umum.
Jam kerja optimal manusia adalah delapan jam, maka janganlah begitu saja menambah jam lembur seseorang setiap harinya. Yang masih bisa ditoleransi ialah satu
jam lembur sesudah delapan jam kerja. Ini pun dengan catatan bahwa selama delapan
48 jam kerja tersebut ada dua rehat dan satu makan siang para white collar dan dengan
rehat pendek yang lebih banyak bagi mereka yang termasuk kerja berat. Kalau dirasakan bahwa penambahan jam kerja itu perlu, terutama di dalam mengejar target.
Daripada mengorganisasikan lembur untuk karyawan selama tiga sampai empat jam, lebih baik diatur melalui kerja malam selama delapan jam dengan mengangkat
karyawan baru atau memanfaatkan karyawan yang belum berfungsi optimal Manuaba, 2005a. Perlu menjadi perhatian bahwa seringkali produksi yang dijadikan sasaran
produktivitas yang diinginkan tidak tercapai karena hilangnya man hours yang cukup besar karena layout yang tidak baik, cara kerja yang penuh kesulitan karena kesalahan
desain kerja, dan organisasi kerja yang tidak tepat. Pulat 2002 menyarankan pekerja lingkungan industri melakukan istirahat pendek
beberapa kali selama waktu kerja, sebagai ganti istirahat yang diambil sekali. Sebagai contoh 10 menit waktu istirahat setiap jamnya, berarti bahwa mengharapkan hanya
50 menit efektif kerja untuk setiap jamnya. Dengan demikian operator dapat mengambil 10 menit istirahat setiap jam, atau lima menit istirahat setiap 30 menit, terutama untuk
pekerjaan yang tergolong berat. Untuk mengatasi kondisi ini perlu dirancang adanya istirahat pendek lima menit
setiap jamnya. Memberi waktu istirahat pendek dapat meningkatkan dan mempertahankan prestasi kerja Grandjean dan Kroemer, 2009. Melalui aplikasi
ergonomi, masalah ini bisa dipecahkan, tidak hanya untuk membuat mereka bekerja, tetapi bekerja lebih produktif. Ini dicapai karena irama kerja akan tetap besarnya selama
jam kerja berlangsung.
2.3.9 Penyediaan air minum