57 7.
Kerjasama tim yang kondusif dalam ergonomi mengacu pada konsep sagilik- saguluk, salunglung-sabaya-antaka
dan menyama-braya. 8.
Upaya maintenance peralatan kerja dalam ergonomi mengacu pada upacara tumpek landep.
2.5 Ergo THK dalam Konsep Keseimbangan Ergonomi
Dalam ergonomi dikenal konsep keseimbangan di mana antara tuntutan tugas dengan kapasitas pekerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai
performansi yang tinggi Manuaba, 2000. Tuntutan tugas terdiri dari: 1.
Karakteristik-karakteristik tugas dan material yang meliputi karakter peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan irama kerja.
2. Karakteristik-karakteristik organisasi yang berhubungan dengan jam kerja dan
jam istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen. 3.
Karakteristik-karakteristik lingkungan yang berkaitan dengan manusia, teman sekerja, sosio-budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan, suhu, kelembaban,
bising, getaran, penerangan, gas, cairan, debu dan uap. Sementara itu kapasitas pekerja terdiri dari:
1. Karakteristik personal yang meliputi usia, jenis kelamin, antropometri,
pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan, status kesehatan, kebugaran tubuh.
2. Kapasitas fisiologis yang meliputi kemampuan dan daya tahan kardiovaskular,
saraf otot, panca indera. 3.
Kapasitas psikologis yang berhubungan dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi.
4. Kapasitas biomekanik yang berkaitan dengan kemampuan dan daya tahan sendi
dan persendian, tendon dan jalinan tulang.
58 Menurut Manuaba 2006 bila terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan tugas
dengan kapasitas pekerjanya maka akan dapat mempengaruhi performansikinerja. Konsep keseimbangan dalam ergonomi dapat dilihat pada Gambar 2.6. Performansi
yang dimaksud adalah: 1.
Bila rasio tuntutan tugas lebih besar dari kapasitas pekerja maka performansi akhir dapat berupa ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera,
rasa sakit, penyakit dan tidak produktif. 2.
Bila rasio tuntutan tugas lebih kecil dari kapasitas pekerja maka performansi akhir dapat berupa understress, kebosanan, kejemuan, kelesuan, akit dan
produktif. Agar performansi optimal perlu adanya keseimbangan dinamis antara tuntutan
tugas dengan kapasitas yang dimiliki sehingga tercipta kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.
Gambar 2.6 Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi Manuaba, 2006 Bila di lihat dari konsep keseimbangan ergonomi pada Gambar 2.6, budaya THK
dapat dikatakan merupakan bagian dari karakteristik lingkungan dan karakteristik
59 personal yang dapat mempengaruhi tuntutan tugas dan kapasitas pekerja yang pada
akhirnya juga mempengaruhi performansi pekerja. Dengan demikian bahwa dalam keseimbangan ergonomi telah memperhatikan aspek budaya THK yang berlaku di
masyarakat Bali. Ergo THK dalam penelitian ini adalah melihat permasalahan ergonomi di
penggilingan padi dari aspek budaya THK dan pemecahan masalah ergonomi menggunakan modifikasi ergo THK yaitu intervensi ergonomi yang memecahkan
permasalahan ergonomi di penggilingan padi dari aspek budaya THK dengan penerapan TTG melalui pendekatan SHIP.
Ergonomi sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner, mengintegrasikan berbagai elemen keilmuan, seperti misalnya fisiologi, anatomi, kesehatan, teknologi, desain,
sosio budaya dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Tujuan ergonomi adalah Manuaba, 2006
1. Meningkatkan kesejahtetaan fisik dan mental.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial.
3. Keseimbangan rasional antara sistem manusia atau manusia-alat dengan aspek
teknis, ekonomi, antropologi dan budaya. Dalam perwujudan aktivitas penggilingan padi di Desa Jinengdalem Bueleleng,
yang menjadi pertimbangan adalah: hubungan manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungan, hal ini juga merupakan pertimbangan dalam ergonomi yang terdiri dari:
task , organisasi dan lingkungan. Secara umum konsep keseimbangan THK memiliki
kesamaan dengan konsep ergonomi Artayasa, 2015. Dalam penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja dilihat dari tiga aspek yaitu task,
organisasi dan lingkungan diserasikan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sebagai tenaga kerja Manuaba, 2004b; Bridger, 2008. Melihat permasalahan
60 ergonomi dari aspek budaya THK di tempat kerja, maka permasalahan ergonomi adalah
sebagai berikut: 1.
Perbaikan sikap kerja. 2.
Pengaturan jam kerja, pemberian istirahat pendek dan kudapan sebagai penerapan konsep tat twam asi dan menyama braya sebagai wujud empati dari
pemilik usaha terhadap pekerja. 3.
Aspek lingkungan kerja dengan meredesain undakan pada mesin pecah kulit, pemberian pelindung pada vent belt dan meredesain lubang ventilasi sesuai
antropometri pekerja penggilingan padi Bali dan konsep sanga mandala nistaningnistakelod kauh
menempatkan kegiatan yang dipandang bersifat kotor mengandung limbah pada arah kelod atau kauh.
Peningkatan produktivitas dan kesehatan kerja pada penggilingan padi merupakan hasil sebagai akibat adanya modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK. Ergo THK
selalu berupaya melakukan perbaikan kondisi existing kondisi kerja berdasarkan task, organisasi, dan lingkungan kerja dengan melihat permasalahan ergonomi lebih
menekankan pada aspek sosio-budaya. Agar intervensi ergonomi yang dilakukan lebih mudah diterima dan tidak bertentangan dengan masyarakat setempat.
Teknis pencarian akar masalah dari permasalahan di penggilingan padi di Desa Jinengdalem Buleleng, dilakukan dengan cara Focus Group Discussion FGD dengan
peserta semua stakeholder, yang terdiri dari dari: pekerja, pimpinan perusahaan, ahli ergonomi, ahli tehnik dan tokoh agama. FGD diawali dengan identifikasi masalah
dengan menggali permasalahan yang ada saat ini, dilanjutkan prioritas urgent, essential, important
, untuk melihat ke depan kemudian analisis SWOT, dilanjutkan rencana strategis, rencana kerja dan rencana aksi. Proses tersebut berpola dan
berkelanjutan serta pelibatanpartisipasi seluruh stakeholder secara body, mind and soul
61 untuk menuntaskan masalah-masalah yang selama ini dihadapi dan tantangan masalah-
masalah baru yang akan muncul di masa mendatang.
2.6 Pendekatan Ergonomi Total