61 untuk menuntaskan masalah-masalah yang selama ini dihadapi dan tantangan masalah-
masalah baru yang akan muncul di masa mendatang.
2.6 Pendekatan Ergonomi Total
Pendekatan ergonomi total merupakan pendekatan yang menerapkan Teknologi Tepat Guna TTG melalui pendekatan SHIP Manuaba, 2006. Penerapan pendekatan
ergonomi total berdasarkan pada delapan aspek ergonomi. Identifikasi suatu masalah diperoleh setelah delapan aspek ini dikaji. Selanjutnya dicarikan solusi sesuai dengan
permasalahan yang ada dan bisa berupa perbaikan tempat kerja. Di dalam memecahkan suatu permasalahan ergonomi haruslah dilakukan secara
komprehensip melalui pendekatan yang mengacu pada tiga aspek task, organization, environmental
dengan metode “SHIP” yaitu memecahkan persoalan secara kompromi
melalui metode bersifat Systemic, Holistic, Interdiciplinary dan melalui pendekatan Particypatory
serta “TTG” Teknologi Tepat Guna sehingga hasilnya bisa lestari Manuaba, 2004b. Sehingga prosedur penerapan ergonomi total diharapkan
menghasilkan suatu produk yang ergonomis, diterima oleh user, mempunyai manfaat yang tinggi dan berkelanjutan.
2.6.1 Pendekatan SHIP
SHIP berarti setiap penyelesaian masalah dianalisis dalam satu kesatuan sistem, mensinergikan berbagai sistem yang terkait secara bersama-sama atau holistik,
memanfaatkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu dan harus ada partisipasi sejak fase identifikasi masalah dari seluruh stake holder yang ada Manuaba, 2003b. Kajian
SHIP dalam modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK dilakukan seperti berikut ini. 1.
Sistemik Sistemik dalam pendekatan SHIP diartikan semua faktor yang diasumsikan
mempengaruhi proses modifikasi kondisi kerja penggilingan padi dan diperkirakan
62 dapat menimbulkan masalah, harus diperhitungkan dengan cara memasukkan kaidah
ergonomi dan aspek sosio budaya ke dalam setiap redesain. Kondisi kesehatan pekerja dilihat dari beban kerja, keluhan muskuloskeletal, ketegangan otot, kelelahan, fungsi
paru beserta faktor lain yang mempengaruhi merupakan suatu sistem. Pendekatan sistemik memperhatikan dan menangani setiap sistem secara terpadu,
agar berbagai unsur yang saling berhubungan dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang mudah dikelola. Sistem dipilih dan digunakan sesuai tempat dan waktu.
Pendekatan sistemik berbasis ergonomi THK pada modifikasi kondisi kerja penggilingan padi dilandasi fakta pekerja, ruang stasiun kerja dan fasilitas penggilingan
padi, mikroklimat memiliki karakteristik berbeda. Karakteristik fasilitas undakan, dan pengaman vent belt memiliki persyaratan, harus diperhitungkan dalam proses
modifikasi kondisi kerja penggilingan padi. Melalui model pendekatan sistemik, ergonomi total berkontribusi untuk optimalkan keterlibatan fisik dan mental serta unsur
dinamis dalam aktivitas proses penggilingan padi. Oleh karena itu semua unsur yang mempengaruhi kesehatan kerja pekerja harus
dipahami sebagai suatu sistem. Modifikasi kondisi kerja pada penggilingan padi adalah: a
Redesain undakan pada mesin pecah kulit dan pemberian pelindung pada vent belt, yang perlu dipertimbangkan adalah atapak untuk tinggi anak tangga dan atapak
ngandang untuk lebar anak tangga sesuai antropometri pekerja penggilingan padi,
bahan lokal yang digunakan adalah kayu pohon kelapa yang mudah di dapat di desa setempat, dan tukang yang mengerjakan berasal dari desa setempat.
b Redesain ventilasi untuk mengurangi kebisingan dan kadar debu di ruang kerja
menggunakan konsep sanga mandala nistaning-nistakelod-kauh menempatkan kegiatan yang dipandang bersifat kotor mengandung limbah pada arah kelod dan
kauh .
63 c
Sikap kerja dan pengaturan jam kerja. Dengan redesain undakan dan pemberian pelindung pada vent belt, sikap pekerja saat mengangkat dan menuang gabah dalam
posisi tidak membungkuk, dan lengan pekerja pada mesin penggilingan padi tidak melebihi tinggi bahu pekerja. Sedangkan pada pengaturan jam kerja menjadi
delapan jam, pemberian istirahat pendek dua kali selama lima menit pada pukul 09.30-09.35 WITA dan pukul 14.30-14.35 WITA. Pada saat istirahat diberikan
asupan nutrisi tambahan. Hal ini merupakan perwujudan konsep tat twam asi dan menyama braya
, wujud rasa empati dari pemilik usaha terhadap pekerja dalam menjaga keseimbangan dalam budaya THK di penggilingan padi.
2. Holistik
Pemecahan masalah dilakukan secara holistik yang menekan bahwa semua faktor yang terkait dengan masalah yang ada harus dipecahkan secara proaktif dan
menyeluruh. Holistik diartikan bahwa sistem terdiri dari subsistem yang saling terkait dan harus dipertimbangkan. Subsistem yang terkait dalam kajian kesehatan kerja dan
produktivitas adalah: a
Faktor lingkungan kerja yang perlu dipertimbangkan, adalah: suhu, kelembaban, kecepatan angin, kebisingan, dan kadar debu. Dalam budaya THK faktor
lingkungan kerja merupakan unsur palemahan keharmonisan hubungan manusia dan lingkungan kerja harus tercipta sehingga keseimbangan dalam budaya THK
dapat diwujudkan untuk menciptakan lingkungan kerja yang ENASE efektif, nyaman, aman, sehat, efisien
b Faktor internal yang perlu dipertimbangkan, adalah: usia, jenis kelamin, tinggi
badan, berat badan, pengalaman kerja, dan status kesehatan pekerja. Dalam
perspektif mikrokosmos di dalam diri manusia, THK terdiri dari: atman, prana, dan angga.
Faktor internal usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, pengalaman
64 kerja, dan status kesehatan dalam diri pekerja merupakan bagian dari prana yang
kedudukannya sama dengan pawongan. Kualitas fisik pekerja menentukan tingkat dan kualitas prana seseorang. Pengembangan prana menjadi bagian penting dari
bekerja di penggilingan padi untuk menghasilkan manusia yang sehat dan produktif. c
Faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan, adalah sistem pemberian bonus, kepemimpinan, dan hubungan kerja, baik antara pengusaha dengan pekerja ataupun
antar sesama pekerja. Dalam budaya THK faktor eksternal merupakan perwujudan konsep tat twam asi dan menyama braya, wujud rasa empati dari pemilik usaha
terhadap pekerja dan hubungan pekerja dengan pekerja lainnya. Berbagai faktor yang mempengaruhi sikap kerja di penggilingan padi jika
dikaitkan dengan modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK perlu kajian holistik untuk menjaga produk yang dihasilkan bisa diterima secara manusiawi Manuaba,
2005b. Karakteristik individu, sosial-budaya dalam hal ini budaya THK, agama, ekonomi dan lingkungan menjadi bahan pertimbangan dalam proses kerja di
penggilingan padi. 3.
Interdisipliner Pendekatan interdisipliner menekankan bahwa semua disiplin yang terkait ikut
terlibat dalam pemecahan masalah sejak awal kegiatan. Bidang ilmu yang dibutuhkan dalam modifikasi kondisi kerja penggilingan padi antara lain:
a Ahli
ergonomi, menganalisis hubungan manusia sebagai pekerja dengan pekerjaan penggilingan padi.
b Ahli teknik, menganalisis mengenai teknologi yang layak secara teknis dalam
meredesain undakan, pemberian pengaman pada vent belt, dan redesain ventilasi sehingga dapat digunakan.
65 c
Ahli ekonomi, menganalisis pembiayaan dalam menunjang keberhasilan secara komersial.
d Ahli sosio-budaya, menganalisis masalah ergonomi melalui aspek budaya dalam
hal ini budaya THK di penggilingan padi sehingga sangat membantu mempercepat penyelesaian masalah yang dibutuhkan pekerja penggilingan padi
dan lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat. e
Ahli fisiologi mempelajari peranan dan fungsi organ -organ tubuh pekerja saat sedang bekerja.
Para ahli membentuk suatu tim guna merumuskan modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK di penggilingan padi yang baru dengan pertimbangan berbagai segi, untuk
meyakinkan bahwa modifikasi kondisi kerja penggilingan padi yang baru yang realistis. 4.
Partisipatori Partisipatori diartikan sebagai keterlibatan semua pihak yang berkepentingan tidak
hanya terlibat secara fisik saja tetapi juga pikiran dan perasaan. Pihak yang terkait dan perlu dilibatkan adalah pekerja, tukang kayu, dan pimpinan perusahaan. Dalam
modifikasi kondisi kerja penggilingan padi keterlibatan pekerja diperlukan untuk diminta masukannya tentang kesesuaian redesain undakan, pengaman vent belt dan
redesain ventilasi yang akan digunakan. Pekerja yang diberikan intervensi ergonomi di penggilingan padi di Desa
Jinengdalem perlu menyumbangkan pemikiran dan pandangannya dalam proses modifikasi kondisi kerja, sehingga dapat membenahi berbagai kondisi beragam sesuai
kepentingannya Koningsveld dkk., 2005; Rosercrance dkk., 2005. Pekerja yang diakui lebih memahami kendala dan kebutuhan setiap pemakaian produk Vink dkk., 2006;
Kogi, 2006.
66 Pendekatan partisipatori dilakukan melalui diskusi bertahap dan dalam bentuk
kelompok terbatas, baik dengan pemilik usaha maupun dengan pekerja penggilingan padi. Hasil diskusi dibahas dengan pemilik usaha, untuk menemukan wujud final
intervensi yang memenuhi harapan pekerja. Pemilihan modifikasi kondisi kerja penggilingan padi di Desa Jinengdalem mempertimbangkan asas manfaat, mudah
dikerjakan, biaya produksi dan perawatan murah, mengacu pada aspek budaya THK, ramah lingkungan, menarik serta harga terjangkau.
Modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK pada penggilingan padi di Desa Jinengdalem yang berdasarkan pendekatan SHIP meningkatkan kesehatan kerja melalui
indikator penurunan: beban kerja, keluhan muskuloskeletal, ketegangan otot, kelelahan, peningkatan fungsi paru dan produktivitas pekerja melalui indikator: memperpendek
waktu proses kerja dan meningkatkan produktivitas. Metode SHIP approach diharapkan berhasil mewujudkan produktivitas kerja yang manusiawi.
2.6.2 Penerapan teknologi tepat guna TTG