Model Analisis Kebijakan Publik

menaati kewanangan yang ada. 13 Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara khususnya pemerintah sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantarkan masyarakat pada awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang dicita-citakan. Ramlan Surbakti mengatakan secara implisit bahwa kebijakan publik dengan keputusan politik dihasilkan melalui proses politik. 14 Kebijakan merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengacu pengelolaan, pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik, yaitu rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideologi dan kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara. 15

1.6.2 Model Analisis Kebijakan Publik

Analisis kebijakan publik merupakan sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode kebijakan publik dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan. Model analisis kebijakan publik merupakan representasi teori yang disederhanakan tentang dunia nyata. Ia lebih merujuk pada sebuah konsep atau bagan untuk menyederhanakan realitas. Berbeda dengan teori yang dibuktikan melalui pengujian empiris, model didasarkan pada isomorphism, yaitu kesamaan-kesamaan antara kenyataan dengan kenyataan yang lainnya. Model analisis tersebut digunakan sebagai pedoman yang sangat bermanfaat dalam penelitian, terutama penelitian yang mengkaji tentang penggalian atau penemuan-penemuan baru. Model analisis akan digunakan menjadi pedoman untuk menemukan dan mengusulkan hubungan antara konsep-konsep yang digunakan untuk mengamati gejala sosial. Dalam ilmu, model merupakan representasi dari sebuah realitas. Menurut William Dunn, proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut diartikan 13 Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. hal 17. 14 Riant Nugroho. 2008. Public Policy. Jakarta: Alex Media Komputindo. hal 55. 15 Edi Suharto Ph.D. 2008. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. hal 3. Universitas Sumatera Utara sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yaitu: 1. Penyusunan agenda 2. Formulasi kebijakan 3. Adopsi kebijakan 4. Implementasi kebijakan 5. Penilaian kebijakan 16 Thomas Dye menyarankan beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai landasan peneliti dalam menganalisis kebijakan publik. Pertama, model harus dapat mengkalasifikasikan variabel-variabel yang ada sehingga lebih sederhana untuk diteliti. Kedua, model harus dapat mengidentifikasikan aspek-aspek yang penting dalam kebijakan publik. Ketiga, model harus kongruen dengan realitas yang diteliti. Keempat, model harus dapat mengkomunikasikan sesuatu yang bermakna menurut cara yang kita mengerti. Kelima, model harus mampu mengarahkan menyelidikan dan penelitian kebijakan publik. Keenam¸ model harus dapat menyarankan penjelasan bagi kebijakan publik. Diagram 3 Kerangka Analisis Kebijakan Publik Berdasarkan bagankerangka pemikiran dihubungkan dengan permasalahan yang diteliti adalah: 1. Public Policy 16 William Dunn. 1998. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajahmada University Press. hal 24. Universitas Sumatera Utara Merupakan rangkaian pilihan yang harus saling berhubungan termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan atau pejabat pemerintahan, diformulasikan dalam bidang-bidang isu seperti pertahanan,energi, kesehatan dan pendidikan. 2. Policy Stakeholder Para individu atau kelompok individu yang mempunyai andil dalam kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Pelaku kebijakan misalnya kelompok warga negara, perserikatan birokrasi, partai politik, agen-agen pemerintah, pimpinan terpilih dan para analis kebijakan. 3. Policy Enviroment Konteks khusus dimana kejadian-kejadian disekeliling isu kebijakan terjadi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik oleh karena itu sistem kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis yang berarti bahwa dimensi objektif dan subjektif dari pembuat kebijakan tidak dapat terpisahkan di dalam prakteknya. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan. Sistem kebijakan adalah realitas objektif yang dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan yang teramati berikut konsekuensinya. 17 Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang dikaji. Oleh karena itu, untuk mengkaji kebijakan publik dilakukan dengan cara membagi proses-proses penyusunan kebijakan kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian itu adalah untuk memudahkan peneliti dalam mengkaji kebijakan publik. 18 1. Tahap Penyusunan Agenda Tahap-tahap kebijakan publik adalah: Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya, masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. 2. Tahap Formulasi Kebijakan Masalah yang masuk ke agenda kebijakan dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah ini didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah 17 Thomas R Dye. 1981. Understanding Public Policy, 3th Englewood Cliffs, NJ; Prentice Hall. 18 Charles Lindblom. 1986. Proses penetapan Kebijakan Publik. edisi kedua. Jakarta: Airlangga. hal 3. Universitas Sumatera Utara terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Pada tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif saling bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik. 3. Tahap Adopsi Kebijakan Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan. 4. Tahap Implementasi Kebijakan Suatu kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang diambil sebagai alternatif dari pemecahan masalah harus diimplementasikan oleh badan- badan administrasi atau agen-agen pemerintah tingkat bawah. Kebijakan yang diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. 5. Tahap Penilaian Kebijakan Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai dan dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang manjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan. Secara teoritis, analisis kebijakan pendidikan dirancang dan dirumuskan untuk selanjutnya dapat diimplementasikan. Kebijakan pendidikan yang dirumuskan secara hati- hati yang menyangkut persoalan krusial atau persoalan makro dilandasi oleh suatu teori tertentu. Dalam hal perumusannya, pada pemegang wewenang dalam pengambilan keputusan terlebih dahulu mempertimbangkan secara matang rasionalitas, proses, hasil, serta efek samping yang ada. Menurut pandangan Hudkinson, dalam semua jenis perumusan kebijakan selalu berkaitan dengan aspek metapolicy, karena akan menyangkut hakekat substance, sudut Universitas Sumatera Utara pandanng perspective, sikap attitude, dan perilaku behavior yang tersembunyi maupun yang nyata dari aktor-aktor yang bertanggungjawab. 19

1.6.3 Pendidikan Tinggi