memberikan kuota bagi masyarakat miskin, namun ternyata “jatah” tersebut adalah untuk orang-orang miskin yang berprestasi. Bagaimana dengan warga negara yang miskin namun
tidak berprestasi? Selamanya kelompok warga negara ini tidak akan mendapatkan akses pendidikan yang layak yang pada akhirnya tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
menjadi tidak tercapai.
3.8 Dampak Sosiologis Undang-Undang Pendidikan Tinggi No. 12 Tahun 2012
Pemuda Indonesia yang berusia 19-24 tahun dengan jumlah 25,404 juta jiwa tentunya diantara mereka masuk dalam keluarga miskin atau dari kalangan menengah
kebawah. Berdasarkan data yang dilansir oleh BPS, bahwa jumlah penduduk yang masuk dalam kategori miskin per Maret 2011 mencapai 30,5 juta jiwa. Mereka yang masuk dalam
kategori miskin memliki pendapatan perkapita selama sebulan sebesar Rp 233.740 perkapita tiap bulannya PBB menetapkan garis kemiskinan 2 perhari sedangkan
Indonesia Rp 7791 perhari, atau samadengan kurang dari 1. Sedangkan penduduk yang memiliki pendapatan antara Rp 233.740 hingga Rp
280.488 masuk dalam kategori penduduk hampir miskin
i
pada Maret 2011 berjumlah 27,12 juta jiwa atau 11,28 dari total penduduk atau mengalami peningkatan yang pada
tahun lalu berjumlah 22,99 juta atau 9,88
ii
Selanjutnya kita menggunakan variabel pekerjaan yang dikeluarkan oleh BPS periode Agustus 2011. Menurut BPS secara dominan rakyat Indonesia berprofesi sebagai
petani dan nelayan sebesar 42,8 juta jiwa, lalu diikuti oleh pekerja atau buruh pabrik dan pertambangan dengan total 14,24 juta jiwa serta masyarakat yang berwiraswasta sebanyak
22,1 juta jiwa. Dengan jumlah petani dan nelayan sebesar 42,8 juta jiwa atau 33,88 dari total angkatan kerja di Indonesia tentu merekalah yang secara umum merasakan efek jika
RUU PT ini diberlakukan atau disahkan. Hal ini dikarenakan pendapatan mereka selama sebulan tidak lebih dari Rp 550.000 – Rp 750.000 perkapita perbulannya.
. Jadi total penduduk miskin dan hampir miskin sejumlah 53,49 juta jiwa. Dengan demikian bagi calon peserta didik yang berasal
dari keluarga tidak mampu dan tidak memiliki prestasi secara akademik sudah dapat dipastikan tidak akan bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Dengan kondisi masyarakat Indonesia dengan jumlah biaya pendidikan tinggi yang harus dibayarkan oleh setiap peserta didik. Maka menjadi hal yang wajar jika tidak semua
lulusan atau peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah baik SMA, MA atapun SMK melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Hal ini tergambar dari
Universitas Sumatera Utara
data yang dirilis oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan tentang angka partispasi kasar pendidikan tinggi sejak tahun ajaran 20032004 hingga 20102011 dibawah ini :
Tabel 7 Aksebilitas Pendidikan Tinggi
No Akhir
Tahun Ajaran
Jumlah Lulusan Tingkat
Menengah Melanjutkan ke PT
Tidak Melanjutkan ke PT
Putus Kuliah Jumlah
Mahasiswa
1
20032004 1.799.764
1.240.549 68,93 559.215 31,07
219.335 6,37 4.343.288
2 20042005
1.831.326 976.877 53,34
854.449 46,66 281.933 7,86
3.585.728
3
20052006 1.914.584
865.802 45.22 1.048.802 54,78
468.586 12,79 3.663.435
4
20062007 1.943.378
875.695 45,06 1.067.683 54,94
470.219 12,52 3.755.187
5 20072008
1.997.150 1.224.098 61,29
773.053 38,71 530.293 12,12
4.375.354
6
20082009 1.841.531
960.652 52.16 880.879 47,83
- 4.281.695
7 20092010
1.988.429 1.024.379 51,52
964.050 48,48 -
4.337.039
8
20102011 2.388.541
- -
- 4.581.351
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN