Hal ini sesuai juga dengan penelitian Lin dkk, 2014, yang menyatakan bahwa dari hasil penelitiannya pada tahun 2000-2007, responden penelitian
yang merupakan penderita stroke hemorrhagic memiliki penyakit penyerta berupa hipertensi, diabetes, penyakit hati kronis, penyakit arteri coroner, gagal
jantung, penyakit paru-paru kronik, penyakit arteri peripheral, dan kanker Lin dkk, 2014.
Sharon, Joan, dan Sally, 2006 juga menyatakan bahwa kebanyakan penderita stroke memiliki beberapa penyakit penyerta. Mereka menyatakan
berdasarkan ungkapan Fang Alderman, 2001, bahwa diabetes, hipertensi, dan gagal jantung adalah penyakit penyerta yang umum pada penderita stroke,
dan hipertensi adalah yang paling umum Williams dkk, 2003, Tuhan, 2009.
B. Gambaran Self-Management Pasien Pascastroke di Wilayah Puskesmas
Pisangan Ciputat
Responden yang memiliki self-management kurang baik lebih banyak daripada yang self-managementnya baik, dengan perbandingan 17:13. Ini berarti
sebagian besar responden kurang bisa menerapkan pengaturan diri dalam menjalani hidup dengan kondisi strokenya. Berarti juga bahwa bermacam jenis
kapasitas, strategi, kepercayaan diri, dan bimbingan tenaga kesehatan yang diterapkan oleh responden untuk bertahan dengan kondisi pascastroke-nya
sebagian besar masih kurang baik.
Namun demikian, keempat domain yang diukur dalam self-management memperlihatkan skor rata-rata yang bertingkat, mulai dari domain strategi yang
memperlihatkan rata-rata skor paling tinggi, yaitu 3,9, rata-rata skor tertinggi kedua adalah domain kepercayaan diri dalam berinteraksi 3,8, selanjutnya
adalah strategi 3,7, dan yang paling rendah adalah domain bimbingan tenaga kesehatan 3,6. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan responden
untuk self-management keadaan stroke mereka adalah lebih besar dalam hal kapasitas, yang diartikan sebagai upaya seseorang untuk tidak membiarkan
stroke menguasai hidupnya dan menyisakan gejala-gejala yang merugikan Boger, 2014. Sedangkan domain yang kurang diterapkan daripada domain
lainnya adalah bimbingan tenaga kesehatan. Meskipun demikian, perbedaan skor rata-rata dari keempat domain tersebut tidak jauh, yaitu hanya beda 0,1 tiap
urutannya. Sebuah premis menyatakan bahwa seseorang yang memiliki self-
management yang baik terlihat memiliki self-efficacy yang baik pula Bandura,1986. Hal ini dikarenakan self-efficacy adalah teori yang banyak
dikatakan sebagai dasar dari self-management Boger, 2014. Jika mengacu pada hal ini, dengan menggunakan ungkapan Bandura, bahwa self-efficacy adalah
kepercayaan seseorang atas keberhasilannya pada kondisi tertentu, yang mengacu pada teori sosial kognitif, maka bisa dimungkinkan bahwa faktor rendahnya
tingkat self-management responden diakibatkan oleh kurangnya responden dalam
hal belajar dari pengalamannya secara model sosial, bahwa dari lingkungan yang mengancam, seseorang bisa menjadi agen perubahan atas lingkungan tersebut.
C. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Pascastroke di Wilayah Puskesmas