Latar Belakang Pengaruh agama terhadap perilaku berbusan muslimah studi kasus: mahasiswa UIN syarih Hidayatullah

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk yang diberi keistimewaan dari mahluk yang lainnya oleh Allah SWT, yaitu salah satunya diberi akal dan pikiran sesuai dengan kemampuannya. Manusia tidak sama dengan mahluk hidup lainnya, mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Memang dahulu kala pada zaman purba manusia tidak pernah mengenal pakaian atau busana, apalagi busana muslimah yang pakaiannya serba menutup aurat. Hanya manusialah yang menggunakan hal tersebut dibandingkan daripada mahluk lainnya, karena mereka berfikir dan mempunyai rasa malu untuk menutup aurat. Kalau sudah menutup aurat, dianggap sudah berbusana muslimah secara sempurna khususnya untuk para wanita. Islam sebagai salah satu agama samawi yang berlaku universal, merupakan agama yang mempunyai sistem hidup yang lengkap. Dan di dalamnya terdapat hukum-hukum yang mengatur tata cara kehidupan manusia mulai dari hal yang rutin dilakukan sehari-hari, misalnya cara berbicara atau makan, sampai hal-hal yang lebih rumit contohnya dalam tata cara bernegara. 1 Dalam tata cara berpakaian, agama Islam tidak semata-mata mensyaratkan busana sebagai penutup tubuh, tetapi busana menjadi sarana yang lengkap dan menyeluruh baik kesehatan, kesopanan, serta 1 Fedwa El-Guindi, Jilbab Antara Kesalehan ,Kesopanan Dan Perlawanan, PT: Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 1999. Hal 15 keselamatan lingkungan. Lebih jauh lagi, Islam pun menganggap cara berbusana sebagai tindakan ibadah serta kepatuhan seorang umat yang berakibat janji pahala bagi yang menjalankannya. Demikian pula Islam telah menetapkan syarat-syarat bagi busana muslimah dalam kehidupan umum, seperti yang ditunjukan oleh nash-nash Al-Qur’an dan As- Sunah. Diantara syaratnya yaitu untuk beberbusana muslimah tidak boleh menggunakan bahan-bahan tekstil yang transparan atau mencetak lekuk tubuh perempuan. Dengan demikian, walaupun menutup aurat tetapi kalau ketat atau mencetak lekuk tubuh atau mengunakan bahan yang transparan, tetap belum dianggap berbusana muslimah yang sempurna. 2 Aurat dengan pengertiannya yang mendalam menjadikan pembicaraan siang dan malam. Aurat dengan sifatnya yang menonjol meliarkan pandangan dan menjauhkan khayal. Dan jikalau manusia tahu arti “Aurat” sebenarnya, pasti ia akan menjaganya dengan seluruh tenaga dan akan melindunginya dari mata-mata musuh lawan. 3 Oleh karena itu, yang penting ialah mengetahui arti dari sesuatu hingga kita dapat menilainya. Sebagai seorang muslim, seharusnya sudah tidak lagi bermain-main di wilayah yang sudah bersifat baku, seperti masalah kewajiban menutup aurat. Sebab menutup aurat itu merupakan insting paling dasar manusia. Menutup aurat adalah salah satu karakteristik dasar yang membedakan antara manusia dan hewan. Oleh 2 M. Shidiq Al- Jawi. Jilbab dan kerudung Busana Sempurna Seorang Muslimah. Jakarta: Nizham Press, 2007. Cet. I hal. 10 3 Fuad Mohammad Fachruddin. Aurat dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya. 1984. Hal. 43 karena itu ketika Nabi Adam alaihissalam melanggar larangan Allah, nampaklah aurat mereka. Maka secara insting beliau segera menutup auratnya dengan daun-daun surga. + ,- . 01 2+ 34 516789 : ,  0? A+ + 0BCDB 8E F G H I+ J KL+ M N OBQ N  O 0R  S N+ J O C4 TU V8W O X  YZ[ \]? __3 maka syaitan membujuk keduanya dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. QS. Al-Araf: 22 Pada akhir tahun 1970’an hingga awal 1980’an, pemakaian kerudung dengan busana muslimahnya, belumlah marak seperti sekarang. Untuk menggerakkannya dibutuhkan keberanian tersendiri karena akan tampak bertentangan dengan lingkungan dan peraturan-peraturan yang berlaku, misalnya disekolah-sekolah atau di lingkungan kerja. Padahal pada beberapa anak muda ingin kembali memegang sesuatu yang bermakna dalam kehidupan ini. Agama Islam adalah sebagai pilihan jiwa, dengan segala aturannya, misalkan dilaksanakan dengan kaffah menyeluruh, termasuk menggunakan busana muslim sebagai busana sehari-hari. Kebebasan pergaulan free actdi kalangan remaja, seks bebas free sex di peradaban sekarang telah menjamur dan menggila, semua jelas terekam dalam iklan, dan bahkan busana- yang lebih dieksploitasikan pada wanita tentunya-cara berfikir mereka yang cenderung didominasi oleh pikiran kotor piktor dan moral yang bejat. 4 M Shidiq Al-Jawi dalam bukunya Jilbab dan Kerudung dicontohkan dalam pola hidup waqi’iyyin perilaku penilaian yang bertolak pada kenyataan yang tengah terjadi, sikap hedonis menjadikan materi sebagai nilai yang paling tinggi dan menjadi tujuan hidup dan gaya hidup permissif gaya hidup yang serba diperbolehkan. Dewasa ini, Barat menjadi kiblat “kemajuan” dalam musik, mode busana, dan juga film. Sebenarnya, dibentuknya hijab dalam busana oleh Islam bukanlah maksud untuk melakukan ekploitasi terhadap perempuan. Maksud dari di eksploitasi disini adalah saat ini banyak tubuh wanita yang disengaja dieksploitasikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang hanya ingin mengambil keuntungan sepihak. Misalnya saja banyak iklan-iklan yang mengeksploitasikan tubuh wanita yang memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang sebenarnya tidak berhubungan dengan iklan yang di produksikan. Jika membicarakan masalah busana serta busana muslimah yang salah satu objek kajiannya adalah hijab atau jilbab. Tidak selamanya hijab dimiliki oleh Islam, artinya hijab tidak muncul pertama didunia Islam, karena hijab telah ada sebelum Islam dikalangan masyarakat kuno yang bukan bangsa Arab, 5 akan tetapi jilbab sedangkan ayat yang membicarakan hijab merujuk kepada ayat yang mengenai tentang jilbab. Pemakaian jilbab atau hijab dapat dilihat dari kualitas individu yaitu ketaatan seorang secara pribadi terhadap Allah SWT. Ia melakukan ibadah yang 4 Abdul Muhsin Bin Zainudin Bin Qasim, Misteri Dibalik Jilbab: Jangan Sampai Terkena Azab Gara-gara Salah Berjilbab , hal 45 5 Murtadha Muthahhari, Hijab : Gaya Hidup Wanita Islam, hal. 53 dampak positivnya pahala hanya untuk dirinya sendiri, tetapi manfaat ibadah yang ditunaikannya tidak dirasakan secara langsung dan berkaitan dengan kepentingan banyak orang. 6 Hijab sendiri adalah harga mati menuju keislaman secara paripurna, bukan berarti setiap wanita berjilbab adalah wanita sempurna perfect girl. Tetapi untuk menjadi sempurna, muslimah wajib mengenakan busana muslimah dan jilbab yang merupakan bagian dari ciri khas muslimah. Meski kemufakatan mengenai wajibnya hijab di negeri ini terumuskan secara nonformal dalam pemahaman muslimah baru terjadi belakangan ini, namun tetap saja menjadi sebuah aksioma 7 bagi para umat Islam. Sekarang sudah bukan lagi berpendapat bahwa jilbab itu tidak wajib, bila berpendapat seperti itu muncul dan dikemas sebagai pembaharuan pemikiran, wajarnya digelari sebagai pendapat kampungan, karena hanya orang kampungan yang menganggap pendapatnya yang terbelakang sebagai kemajuan berfikir. 8 Pada keyataannya fenomena-fenomena sekarang ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, ada sebagian wanita muslim yang hanya memakai jilbab atau busana muslimah pada situasi-situasi tertentu, tetapi tidak memakai jilbab atau busana muslimah pada situasi-situasi lainnya. Misalnya saja fenomena-fenomena yang terdapat di kampus-kampus, pondok pesantren, sekolah-sekolah yang bernuansa Islam, seperti Madrasah Tsanawiyah dan sekolah Muhammadiyah, dilingkungan 6 Badriyah Fayumi, Al-halaqah Islam : Mengkaji Perempuan dan Demokasi, Jakarta: Ushul Press, cet. I, 2004, hal. 76 7 Aksioma adalah pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. 8 Abdul Muhsin Bin Zainudin Bin Qasim, Misteri Dibalik Jilbab : Jangan Sampai Terkena Azab Gara-gara Salah Berjilbab , Hal. 56 masjid dan sebagainya. Mereka biasanya memakai hanya pada lingkungan tersebut, dan selebihnya diluar sana dilepaskan atau sebuah topeng saja. Salah satu kampus Islam di Jakarta yang menjadi sorotan umum adalah UIN. UIN adalah salah satu lembaga pendidikan yang syarat dengan muatan ajaran Islami. Dalam bidang pengetahuan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilandasi pada ilmu keagamaan Islam. Begitu pula dalam hal etika UIN mewajibkan seluruh mahasiswinya untuk menggunakan busana muslimah dan jilbab. Hal ini pun disesuaikan dengan visi UIN yakni menjadikan lembaga pendidikan tinggi yang terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan. 9 Lebih jelas lagi yang penulis teliti adalah sebuah fenomena yang mudah dan dapat di tangkap oleh panca indra penulis sendiri dan berada di depan mata, yaitu kampus yang disebutkan diatas, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di perguruan tinggi ini semua mahasiswi tentunya sudah termasuk kategori baligh 10 dan diwajibkan dalam lingkungan kampus memakai jilbab atau busana muslimah sepenuhnya. Maksud dari sepenuhnya disini adalah mereka yang memakai jilbab atau busana muslimah sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’anul karim, seperti disebutkan dalam surat An-Nur ayat 31 mengenai menutup aurat. Fenomena yang penulis tangkap adalah sebagian besar pada mahasiswi- mahasiswinya yang memakai jilbab atau busana muslimah hanya ketika berada dilingkungan kampus saja, tetapi pemakaian jilbab atau busana muslimah yang 9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman akademik, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20032004,hal. 11 10 Baligh adalah Sampai atau cukup umur; dewasa. Bagi wanita yang termasuk telah baligh adalah wanita yang mengalami menstruasi atau haid. mereka pakai itu hampir belum menutupi aurat. Biasanya ada yang memakai jilbab terlalu pendek sehingga kurang menutupi dada, sedangkan busana muslimah yang mereka pakai pun masih banyak yang minim atau transparan sehingga memperlihatkan lekuk tubuh si pemakai. Kerudung atau jilbab merupakan salah satu tanda orang untuk berbusana muslimah, namun busana atau pakaian bukan semata-mata masalah kultural culture. Lebih jauh dari itu merupakan suatu tindakan ritual atau sakral yang dijanjikan pahala sebagai imbalannya dari Allah SWT bagi yang mengenakannya secara benar. Selain itu pula, busana muslimah berfungsi sebagai penegas identitas dan dapat memberikan dampak psikologis yang positif bagi pemakainya. 11 Ibrahim Muhammad Al- Jamal, berpendapat bahwa pemakaian busana muslimah atau jilbab nantinya akan dipertanyakan oleh Allah, khususnya kepada kaum wanita pada hari kiamat. Kaum wanita akan ditanya tentang hijabnya, jilbab atau hijab sendiri adalah suatu bentuk ketaatan dan ketundukan pada syariat Allah. Karena jiwa manusia selalu diliputi dengan berbagai macam godaan, sedang kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. Seandainya mereka tahu, niscaya segala permasalahan akan terpecahkan, akan tetapi ia disembunyikan agar semua menjadi tunduk kepada aturan Tuhan yang maha mengetahui segala kondisi dan kemaslahatan mereka, dan Allah pun berfirman dalam surat Al-Ahzab Ayat 59. dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman 12 : 11 M Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah: PandanganUlama Masa Lalu dan Cendekiawan Temporer , Jakarta: Lentera Hati, 2004, cet ke I, hal. 29 12 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Pertanyaan Allah: kepada kaum wanita pada hari kiamat, Jakarta: Pustaka Azzam, 2005, hal. 133 B abU 9 cdeCf S \6g+ 8hQi \0R +f + 0 J jk l+ Z[0f0? 8 m[0I 9 ,  0? n nU g \0 o pH N 4 N T8 9 q5 Z8r  9 O s 5t+ uJ D -v15w x H0y z3 Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmua, dan istri-istri orang mukmin”hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tunuh mereka. Yang demikian ini supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”[Qs. Al-Ahzab, 33:59]. Perlu diketahui orang yang memakai jilbab atau berbusana muslimah biasanya yang telah mendapat pengetahuan agama yang lebih dari cukup, sehingga mereka memutuskan untuk berbusana muslimah dengan mengenakan jilbab. Salah satu unsurnya adalah karena adanya dalil yang melandasi tentang hijab. Wajar, persepektif masyarakat seperti itu, karena busana muslimah menjadi salah satu aspek yang menandakan kekaffahan 13 pemakainya. Karena banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi pada remaja putri yang berbusana muslimah, dimana agama yang telah diajarkan atau pengalaman beragama mereka dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam berbusana muslimah menurut 13 Kaffah artinya keseluruhan atau total, mungkin disini dijelaskan dengan pengetahuan agama, yaitu kaffah yang secara total menjalankan agama yang dianutnya. ajaran Islam yang dilandasi oleh al-Qur’an dan Hadits. Busana muslimah bukan busana yang biasa, seperti yang dikenakan oleh wanita kafir, akan tetapi satu hal yang menjadikan simbol keagamaan. Hal ini terkait dengan apa yang dikemukakan oleh Thomas F. O’Dea bahwa agama membantu mengembangkan identitas individu, dimana agama mempengaruhi pengertian individu tentang apa ia dan siapa. 14 Kalau kita mencoba menguraikan benang merah dari semua kebejatan moral yang disebutkan pada kalimat-kalimat di atas sebelumnya , sesungguhnya bermuara pada sudut pandang hidup yang menjadikan materi sebagai tujuan hidup dan manfaat sebagai tolok ukur menilai baik-baik buruk dalam kehidupan. Dan sesungguhnya sudut pandangan hidup tersebut terpancar dari aqidah sekularisme, yakni memisahkan antara kehidupan beragama dengan kehidupan umum. Dengan asas landasan hidup demikian, otomatis akan terlahir ide-ide untuk membebaskan berfikir dan berperilaku bebas dari berbagai aturan agama. Dan paling menonjol pada pergaulan dewasa ini adalah pada remaja dengan kebebasan bertingkah laku. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis ingin meneliti lebih jauh tentang pengaruh agama terhadap perilaku berbusana muslimah pada mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 14 Thomas F’O Dea, Pengantar Sosiologi Agama, hal 26

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah