Sejarah Pengertian PAIKEM KONSEP PAIKEM
11
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
9
Dalam perkembangannya, strategi tidak lagi hanya seni, tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang
dapat dipelajari. Sementara dunia pendidikan pun tidak mau kalah dalam mengadopsi
kata strategi yang kemudian disandingkan dengan kata pembelajaran demi mewujudkan tujuan pendidikan dalam konteks pembelajaran. Dengan
demikian strategi pembelajaran bisa dipahami sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieve a particular education goal, yang
berarti perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
10
Strategi pembelajaran juga diartikan sebagai cara dan seni menggunakan sumber daya untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran yang diciptakan secara kondusif, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik secara efektif. Akhmad Sudrajat dengan jeli menjabarkan perbedaan beberapa
terminologi yang dipaparkan di atas dengan strategi pembelajaran dalam sebuah skema yang menarik dan mudah dipahami.
11
Gambar I Tentang Model Pembelajaran
9
Tabani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992, h. 165
10
Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran, Surabaya : LAPIS-PGMI, 2008, hal. 8
11
Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, Artikel tanggal 03 Januari 2008.
Pendekatan Pembelajaran Student or Teacher Centered
Strategi Pembelajaran exposition-discovery learning or group-
individual learning Metode Pembelajaran
ceramah, diskusi, simulasi, dsb Teknik dan Taktik Pembelajaran
spesifik, individual, unik
12
Contoh sederhana, disaat guru telah menetapkan pendekatan student centered adalah pendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran, maka
dia akan menentukan strategi yang dirasa mendukung dan sejalan dengan pendekatan yang telah ditetapkan, misalnya strategi CTL atau PAIKEM.
Setelah itu, pertimbangan akan metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran juga harus diselaraskan dengan strategi dan pendekatan yang
telah ditetapkan, maka metode yang variatif dalam proses pembelajaran memungkinkan untuk memberi keleluasaan bagi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Alur tersebut memberikan gambaran secara jelas tentang bentuk sebuah design atau model
pembelajaran. Pemahaman akan perbedaan beberapa terminologi dalam konteks
pembelajaran tersebut menjadi penting agar terjadi kesamaan frame dalam mengkaji strategi pembelajaran yang lebih spesifik. Merunut pada sejarah
pendidikan nasional telah dikenal berbagai strategi pembelajaran seperti SAS Sistematis-Analisis-Sintesis, CBSA Cara Belajar Peserta didik Aktif, CTL
Contextual Teaching
Learning, Life
Skill Education,
PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, dan yang cukup
mutakhir dikenal yakni PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Diperkenalkannya pendekatan
PAIKEM dapat
diketahui dan
didiskripsikan secara singkat pasca diberlakukannya UU RI No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen serta diterbitkannya Permendiknas Nomor 18
Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan. Dalam Permendiknas tersebut diatur pelaksanaan sertifikasi guru melalui penilaian portofolio
dengan sepuluh komponen yang bertujuan empat kompetensi pendidik, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
kompetensi profesional. Dalam pelaksanaan penilaian tersebut ketika pendidik dinyatakan lulus,
maka pendidik tersebut mendapatkan sertifikat pendidik serta dinyatakan sebagai guru profesional. Sementara bagi pendidik yang belum lulus, maka
13
diwajibkan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan profesi guru PLPG. Dalam buku rambu-rambu penyelenggaraan PLPG PAI yang
diberlakukan secara nasional dijabarkan bahwa salah satu materi pokok yang harus diberikan adalah materi PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Dengan demikian sejak akhir tahun 2007 istilah PAIKEM mulai dikenal secara luas dan mulai diterapkan dalam
praktik dunia pendidikan di Indonesia.
12
PAIKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bisa dipahami secara mudah karena PAIKEM sendiri adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Istilah Aktif dimaksudkan bahwa pembelajaran dipahami sebagai proses aktif
membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman peserta didik sendiri dimana dalam proses pembelajaran
tersebut peserta didik tidak semetinya dianggap layaknya bejana kosong yang pasif dan hanya mendengarkan ceramah-ceramah guru. Sehingga dalam
proses pembelajaran pendidik diharapkan mampu menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik untuk menemukan, memproses serta
mengkonstruk ilmu pengetahuan dan keterampilan baru. Pembelajaran aktif berarti pembelajaran yang lebih mengacu pada
pendekatan student centered daripada teacher centered, dimana kata kunci yang bisa dipegang oleh guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk
dilakukan peserta didik baik kegiatan berpikir minds-on maupun berbuat hands-on, sehingga fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator.
13
Pembelajaran aktif bukan hanya berarti membuat peserta didik beraktifitas, bergerak, dan melakukan sesuatu dengan aktif dengan indikator situasi kelas
yang ramai dan bergemuruh, sementara pendidik lebih santai. Hal tersebut dipahami karena kita telah lama mengenal cara belajar peserta didik aktif
CBSA yang kemudian sering disalahartikan, bahkan di Bandung
12
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008, Cet I, h. 46
13
Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Untuk Guru SD, Jakarta : PPPPTK IPA, 2009, hal. 12
14
dipelesetkan menjadi ”cul budak sinah anteng” biarkan anak asyik
bermain.
14
Pembelajaran aktif
sebenarnya sudah
lama dikenal
dan dikembangkan. Lebih dari 2400 tahun silam, Kon fusius menyatakan:
”What I hear, I forget. What I see, I remember. What I do, I understand
”.
15
Tiga pernyataan sederhana ini berbicara banyak tentang perlunya cara belajar aktif.
Setelah itu Melvin L Silberman memodifikasi dan memperluas kata-kata Konfusius di atas menjadi apa yang
ia sebut sebagai “Paham Belajar Aktif”, yakni dalam ungkapan: “Yang saya dengar, saya lupa… Yang saya dengar
dan lihat, saya sedikit ingat… Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami… Dari yang saya dengar,
lihat, bahas,
dan terapkan,
saya dapatkan
pengetahuan dan
keterampilan…Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.”
16
Silbermen 1996 sebagaimana dikutip oleh Trianto juga berpendapat dalam aplikasi strategi pembelajaran aktif dikelompokkan dalam tiga bagian,
yaitu : a.
Bagaimana membantu peserta didik aktif sejak awal, misalnya strategi tim membangun, penilaian mendadak, dan keterlibatan langsung.
b. Bagaimana membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang aktif, misalnya strategi pembelajaran kelas, diskusi kelas, kolaborasi, dan peer teaching.
c. Bagaimana membuat pembelajaran yang tidak terlupakan, misalnya
review, penilaian diri, dan perencanaan masa depan.
17
Menurut Taslimuharrom sebuah proses belajar dikatakan aktif active learning apabila mengandung:
14
Hisyam Zaini Dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002, hal. 110
15
Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2009, cet. III, hal. 63
16
Melvin L Silberman, Active Learning; 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, Bandung : Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2004, cet. I, hal. 15
17
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009, cet. I, hal. 138
15
1 Keterlekatan pada tugas Commitment Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran
hendaknya bermanfaat bagi peserta didik meaningful, sesuai dengan kebutuhan peserta didik relevant, dan bersifatmemiliki keterkaitan
dengan kepentingan pribadi personal;
2 Tanggung jawab Responsibility Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang
kepada peserta didik untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide
peserta didik, serta memberikan pilihan dan peluang kepada peserta didik untuk mengambil keputusan sendiri.
3 Motivasi Motivation Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic
peserta didik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi peserta didik adalah motivasi
intrinsik bukan ekstrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan
mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih
langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar peserta didik akan
meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada peserta didik student centered learning. Guru mendorong peserta didik
untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi peserta didik, juga tidak seperti orang yang
menuangkan air ke dalam ember.
Pembelajaran Inovatif dimaksudkan bahwa proses pembelajaran semestinya mampu memberikan keleluasaan dalam melahirkan ide-ide atau
inovasi-inovasi pembelajaran yang kemudian diharapkan membantu peserta didik dalam meningkatkan rasa keingintahuan serta keinginannya untuk terus
belajar dan menggali berbagai ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Proses pembelajaran yang berlangsung diharapkan dapat memberikan
peluang kepada peserta didik untuk berinovasi. Inovasi berarti pembaruan dan perubahan. Inovasi adalah suatu gagasan atau tindakan perubahan menuju ke
arah perbaikan atau berbeda dari yang ada sebelumnya baru, dilakukan dengan sengaja dan berencana. Memberikan peluang kepada peserta didik untuk
berinovasi, tentunya harus oleh guru yang inovatif pula. Prinsip-prinsip yang harus dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah:
16
a. Inspiratif, yang ditandai dengan sikap sebagai berikut:
1 Memancing rasa ingin tahu peserta didik
2 Menimbulkan banyak pertanyaan peserta didik
3 Memancing munculnya ide peserta didik yang baru
b. Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan bakat
peserta didik. Hal ini ditandai dengan hal-hal berikut: 1
Membuka peluang mencari sesuai bakat sendiri 2
Membuka peluang melakukan sesuai bakat sendiri 3
Membuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain yang memiliki kesamaan bakat
c. Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan minat
peserta didik. Hal ini ditandai dengan hal-hal berikut: 1
Membuka peluang mencari sesuai dengan minat sendiri 2
Membuka peluang melakukan kegiatan sesuai dengan minat sendiri 3
Membuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain yang memiliki kesamaan minat.
d. Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan
perkembangan fisik peserta didik. Hal ini ditandai dengan hal-hal berikut: 1
Membuka peluang mencari sesuai dengan kemampuan fisik sendiri 2
Membuka peluang melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan fisik sendiri
e. Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan
perkembangan psikologis peserta didik. Hal ini ditandai dengan hal-hal berikut:
1 Membangkitkan kebutuhan untuk berubah
2 Membuka peluang mencari sesuai dengan cara berpikir sendiri
3 Membuka peluang melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan berpikir
sendiri 4
Membuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain yang memiliki kesamaan cara berpikir.
18
Pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Misalnya, sebagian orang ada yang
berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan,
auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik.
19
Dan hal tersebut dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng-integrasikan
mediaalat bantu terutama yang berbasis teknologi barumaju ke dalam proses
18
Yudhi Munadi dan Farida Hamid, Modul Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Erektif, dan....., hal. 34
19
http:www.google.comartikelpembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.htm
17
pembelajaran tersebut, sehingga terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri peserta didik. Penggunaan bahan pelajaran,
software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.
20
Sementara itu, istilah kreatif dari segi etimologi berasal dari bahasa inggris yaitu
”to create” yang berarti ”mencipta”.
21
Jika dihubungkan dengan konteks pembelajaran, maka kata kreatif dimaknai sebagai sebuah proses
pengembangan kreatifitas peserta didik, karena pada hakikatnya setiap individu memiliki potensi, imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah
berhenti. Sehingga dalam hal ini seorang guru diharapkan bisa menciptakan proses pembelajaran yang memberdayakan segenap potensi pesera didik yang
beraneka ragam yang nantinya mengarah pada pemberdayaan potensi dan imajinasi peserta didik secara maksimal. Hal tersebut sejalan dengan
ungkapan Stepehn Tong yang dikutip oleh Andreas Harefa ”we are created
by Creator to be creature with creativity ”.
22
Sementara Roger B. Yepsen berpendapat bahwa kreativitas merupakan ”creativity is the capacity for making something new”, kapasitas untuk
membuat hal yang baru. Berbeda dengan Mihaly Csikszentmihalyi 1996 yang memahami kreatif sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir dan
bertindak mangubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru ”a create
person is someone whose thoughts or actions change a domain, or establish a new domain”.
23
Proses pembelajaran yang kreatif memberikan peluang lebih besar bagi guru maupun peserta didik dalam berpikir divergen proses berpikir ke
macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian dari
20
Muhibbin Syah Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatihan tentang Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Erektif, Menyenangkan PAIKEM. Dipresentasikan pada Pendidikan Latihan
Profesi Guru PLPG Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2009.
21
Selo Sumardjan, Kreativitas Suatu Tinjauan dari Sudut Sosiologi, Jakarta: Dian Rakyat, 1983, cet. I, hal. 87
22
Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Jakarta: Kompas, 2000, cet VII.
23
http:www.google.comkreativitas.
18
pada berpikir konvergen proses berpikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat .
24
Beberapa ciri pembelajaran yang berpegang pada prinsip kreatif adalah: 1.
Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru.
2. Bersikap respek dan menghargai ide-ide peserta didik.
3. Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri peserta didik.
4. Penekanan pada proses, bukan hasil penilaian hasil akhir karya peserta
didik. 5.
Memberikan waktu yang cukup untuk peserta didik berpikir dan menghasilkan karya.
6. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kreativitas peserta
didik, seperti mengapa, bagaimana dan apa yang terjadi ketika. Bukan hanya pertanyaan apa dan kapan.
7. Mampu memotivasi peserta didik.
8. Mampu menstimulus peserta didik untuk berpikir kritis.
9. Membangkitkan daya imajinasi peserta didik.
10. Memberikan keleluasaan peserta didik untuk menyampaikan
pendapatnya sendiri. 11.
Mampu mendorong peserta didik untuk meraih prestasi. 12.
Memberikan ruang peserta didik untuk berpikir secara orisinil.25 Pemikiran kreatif juga menuntut kelancaran, keluwesan, dan
kemandirian dalam berpikir serta kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan elaborasi.
26
Sebagaimana Guilford dalam penelitiannya mengenai kreativitas dengan analisis faktor menemukan bahwa faktor penting yang
merupakan ciri kemampuan berpikir kreatif adalah : 1.
Kelancaran berpikir fluence of thinking, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara
cepat. 2.
Keluwesan flexibility, yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dengan sudut pandang yang berbeda-beda, mencari
24
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu, 1999, cet. I, hal. 79
25
Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Jakarta : PPPPTK IPA, 2009, hal. 14-15
26
Conny Semiawan dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Peserta didik Sekolah Menengah, Jakarta: PT Gramedia, 1990, cet. III, hal. 12-13
19
alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif
adalah orang yang luwes dalam berpikir. 3.
Elaborasi elaboration, yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 4.
Keaslian original, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
27
Sementara itu, istilah efektif dijabarkan bahwa model pembelajaran apapun yang diterapkan harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan akan tercapai secara optimal. Indikasi tercapainya tujuan tersebut terlihat pada pencapaian kompetensi peserta didik pasca
berlangsungnya proses pembelajaran yang tampak pada perubahan pengetahuan, sikap keterampilan pada diri peserta didik.
Proses pembelajaran pada esensinya merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik, maka tidak mengherankan muncul istilah one
way communication atau two way communication dalam proses pembelajaran. Istilah yang pertama cenderung dipahami sebagai gaya pembelajaran
konvensional, sementara istilah yang kedua lebih tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran di era ke-kinian.
Kesepahaman tersebut menuntut para guru untuk mampu mewujudkan proses komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran. Suhadi
memberikan beberapa tips yang bisa dijadikan acuan dalam proses mewujudkan komunikasi yang efektif antara guru dan peserta didik,
diantaranya
28
: a.
Penggunaan terminologi yang tepat Langkah ini mencegah peserta didik mengalami kebingungan, dan
kerancauan pada pemahaman materi, sehingga guru dituntut untuk menggunakan terminologi atau istilah yang tepat sesuai dengan tempatnya
27
Fuad Nashori dan Rachmi Dian Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, Yogjakarta: Menara Kudus, 2002, h. 43-44
28
Suhadinet.wordpress.com; komunikasi pembelajaran yang efektif, 21 mei 2009
20
materinya. Hal tersebut sejalan dengan mulyadhi kartanegara dalam bukunya ”seni mengukir kata”, dia menjelaskan pentingnya penggunaan
kata-kata yang ringan dan tidak terlalu bertele-tele agar pembaca maupun pendengar bisa memahami dengan jelas apa yang telah kita sampaikan
maupun yang kita tulis.
29
b. Presentasi yang sinambung dan runtut
Mempersiapkan materi secara sistematis dan membuat alur pembahasan yang jelas mempermudah peserta didik dalam memahami segala sesuatu
yang terjadi dalam proses pembelajaran. c.
Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan Sinyal transisi ini memungkinkan peserta didik untuk mengetahui kapan
suatu segmen bahasan atau topik berakhir dan dilanjutkan dengan topik atau pembahasan yang baru.
d. Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran
Tekanan yang dimaksud tidak hanya berbentuk kata-kata, melainkan yang lebih penting adalah intonasi, dramatisasi suara dan gerakan tubuh body
language. e.
Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal non verbal Langkah terakhir ini bisa dikatakan sebagai salah satu kunci komunikasi
yang paling efektif dalam proses pembelajaran. Contoh sederhana disaat seorang guru agama menjelaskan tentang keindahan surga dengan mimik
muka yang terlihat menyeramkan dan menjelaskan tentang kesengsaraan di neraka dengan mimik muka yang membahagiakan, maka muncul
kekhawatiran bahwa semua peserta didik ingin masuk neraka karena terpengaruh oleh mimik muka guru.
30
Sejalan dengan Suhadi, pakar komunikasi Albert Mehrabian profesor UCLA dalam the silent massage yang dikutip oleh Tarmizi Yusuf
29
Mulyadhi Kartanegara, Seni Mengukir Kata, Bandung: Mizan Learning Center, 2005, cet. I, hal. 90
30
Tubagus Wahyudi, modul pelatihan tentang Menjadi Public Speaker Handal. Sebagai bahan ajar dalam Training Public Speaking for Teaching yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif
Mahapeserta didik UIN Jakarta 2010.
21
menjelaskan tentang pengaruh kata-kata verbal dalam proses komunikasi hanya 7, suara voice 38, dan selebihnya 55 adalah bahasa badan
visual. Hasil penelitian tersebut lebih familiar dengan sebutan kekuatan 3V seperti gambar dibawah ini:
31
Gambar II Tentang Kekuatan 3 V
Kemudian istilah menyenangkan menjadi perhatian yang cukup menarik karena dalam proses pembelajaran sejatinya harus diusahakan
seoptimal mungkin bahwa proses pembelajaran tersebut mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dan memang diyakini bahwa suasana yang
menyenangkan dalam proses pembelajaran membantu akan penguatan pengalaman belajar peserta didik, kesan yang mendalam serta tertanam secara
kuat dalam memory peserta didik long term memory. Dave Meler sebagaimana dikutip oleh Indrawati dan Wanwan
memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut,
hura-hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri- ciri suasana belajar yang menyenangkan diantaranya :
a. Rileks
b. Bebas dari tekanan
c. Aman
d. Menarik
e. Bangkitnya minat belajar
f. Adanya keterlibatan penuh
g. Perhatian peserta didik tercurah
31
Tarmizi Yusuf, Be The Winner, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005, hal. 133
22
h. Lingkungan belajar yang menarik misalnya keadaan kelas terang,
pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak i.
Bersemangat j.
Perasaan gembira k.
Konsentrasi tinggi Sementara ciri-ciri suasana belajar yang tidak menyenangkan meliputi :
a. Tertekan
b. Perasaan terancam
c. Perasaan menakutkan
d. Merasa tidak berdaya
e. Tidak bersemangat
f. Malas tidak berminat
g. Jenuh bosan
h. Suasana pembelajaran monoton
i. Pembelajaran tidak menarik peserta didik
32
Sementara itu terdapat dua prinsip yang harus diperhatikan dalam proses menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
1. Menciptakan kondisi yang terbaik untuk belajar, yaitu:
a. Menyediakan segala fasilitas belajar yang menyenangkan,
menciptakan aroma dan warna yang menyenangkan, menghiasi dinding-dinding dengan berbagai poster berwarna, menyuguhkan
seluruh poin penting yang harus dipelajari dalam bentuk kata-kata, musik maupun gambar. Semua fasilitas yang demikian itu akan
memperkaya pikiran bawah sadar peserta didik, peserta didik menyerap bahan pelajaran tanpa memikirkannya secara sadar. Seluruh
sudut ruangan terasa hangat dan bersahabat.
b. Menciptakan sebuah iklim atau atmosfer yang menyenangkan di setiap
ruang kelas. Di sini adanya variasi, kejutan, imajinasi, dan tantangan sangatlah penting dalam menciptakan iklim ini. Mendatangkan tamu
yang mengejutkan, melakukan perjalanan, kunjungan lapangan, program spontan, pembuatan drama, pertunjukan boneka lebih baik
direncanakan oleh para peserta didik semuanya menambah pengayaan di samping membaca, menulis, dan diskusi.
Dalam kondisi seperti di atas, peserta didik dapat belajar dengan cara melakukan, menguji, menyentuh, membau mencium, berbicara, bertanya,
dan mencoba. Kondisi ruangan yang penuh warna, poster, dan mobilitas akan mulai menstimulasi para pelajar visual. Musik akan menyentuh para
pelajar auditorial, dan aktivitas membuat para pelajar kinestetik akan segera merasa nyaman.
32
Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran ……..h. 16
23
2. Menampilkan presentasi yang baik
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan presentasi yang baik, di antaranya adalah:
a. Berorientasi pada peserta didik
b. Terkait dengan tujuan pembelajaran mereka
c. Harus bersifat positif, artinya guru sebagai fasilitator tidak boleh
mengesankan bahwa pelajaran ini tidak menyenangkan, hindari kalimat-kalimat yang membuat peserta didik tidak nyaman.
d. Suguhkan terlebih dahulu gambaran umum dari apa yang akan
dipresentasikan e.
Mengoptimalkan keterlibatan indera peserta didik. Presentasi yang bagus haruslah menarik bagi setiap gaya belajar individu peserta didik
visual, auditorial, dan kinestetik. Gaya belajar yang paling banyak terabaikan adalah gaya belajar kinestetik.
f. Menghindari pola-pola perkuliahan lecturing sepenuhnya. Ini
mungkin membutuhkan perubahan paling mendasar dalam gaya mengajar. Guru yang baik adalah seorang aktivator, fasilitator, pelatih,
motivator, dan orkestrator.
g. Melakukan berbagai perubahan suasana, sehingga para peserta didik
secara bergantian melakukan kegiatan satu ke kegiatan berikutnya, misal dari mendengar ke melihat, kemudian ke berbicara, ke diskusi
dan seterusnya.
h. Jadikan belajar tentang cara belajar sebagai kunci belajar. Ini mungkin
merupakan hasil keseluruhan yang diinginkan dari seluruh proses belajar. Jadi, teknik-teknik tersebut harus disatupadukan dalam seluruh
aktivitas.
33