46
didik dalam proses memahami, menghayati, mengamalkan ajaran agama Islam serta membina akhlak peserta didik dengan mengimplementasikan
prinsip-prinsip pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan peserta didik student oriented dimana efektivitas proses pembelajaran tersebut
memberi keleluasaan peserta didik untuk aktif, berinovasi, mengembangkan kreatifitas, serta nuansa pembelajarannya menyenangkan.
B. Kompetensi Guru Agama Islam dalam Perspektif PAIKEM
Profesi guru bukanlah profesi yang bisa disandang oleh sembarangan orang mengingat besarnya tanggung jawab yang diemban dalam konteks
pendidikan, maka tidak mengherankan profesi tersebut hanya dapat disandang oleh segelintir orang yang dinyatakan telah memenuhi kualifikasi
tertentu sebagai persyaratan untuk bisa menjadi guru. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yakni Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara
utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: 1 kompetensi pedagogik, 2 kepribadian, 3 sosial, dan 4 profesional.
Broke dan Store, sebagaimana dikutip oleh Uzer Usman, memandang kompetensi sebagai
“gambaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak sangat berarti”.
64
Sedangkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa:
“kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
me laksanakan tugas keprofesionalan.”
Secara etimologi kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu
Competency yang berarti kecakapan atau kemampuan. W. Robert Houston
memberikan pengertian kompetensi sebagai berikut: “competence ordinarily is defined as adeguency for a task or as possession of require knowledge skill
and abilities, yakni kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai atau
64
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional ……., h.14
47
kepemilikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang”.
65
Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititik
beratkan pada tugas guru dalam mengajar.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai kewenangan atau kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah, yakni “the ability of teacher to responsibility perform has or her duties appropriately, yang berarti
bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan
layak”.
66
Penjelasan keempat kompetensi yang tertuang dalam Permendiknas Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru dalam perspektif PAIKEM dipahami
sebagai berikut: 1.
Kompetensi Pedagogik
Pertama, kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru agama berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari
berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru agama harus mampu menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interest yang berbeda.
Kompetensi pedagogik meliputi subkompetensi pedagogik dan pengalaman belajar, yaitu:
a. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral,
kultural, emosional dan intelektual. b.
Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan, budaya.
c. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik.
65
Ny. Roetiyah Nk. Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1989, h.18
66
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996, cet. Ke-3, h.230
48
d. Memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik.
e. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang
mendidik. f.
Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
g. Merancang pembelajaran yang mendidik.
h. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.
i. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
Pemahaman guru agama akan keberagaman karakteristik peserta didik membuat guru agama mengetahui cara dan pendekatan apa yang
semestinya dilakukan dalam konteks pembelajaran. Meskipun sampai saat ini masih terdapat beberapa guru agama yang mengesampingkan
akan pemahaman tersebut, sehingga kesan diskriminasi dalam proses pembelajaran sering dirasakan oleh peserta didik. Hal tersebut terlihat
dengan jelas bagaimana perbedaan seorang guru agama dalam memperlakukan peserta didik yang memiliki kemampuan speed learner,
middle learner, dan low learner. Hal yang sepatutnya menjadi salah satu pertimbangan bagi guru
agama dalam memandang peserta didik adalah kesamaan potensi peserta didik sebagai bagian yang inheren dalam diri peserta didik, perbedaannya
hanya terletak pada penekanan-penekanan perkembangan potensi peserta didik yang dikembangkan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga
proses pembelajaran yang berlangsung berjalan secara demokratis dan penuh penghargaan, apresiasi atas perbedaan-perbedaan kemampuan
peserta didik. Salah satu persamaan dan perbedaan karakteristik peserta didik
bisa dilihat dari kemampuan otaknya. Semua peserta didik memiliki kapasitas otak yang sama yakni 180 quintriliun bit atau 280 milyar
mainframe yang kalau ditarik persatunya bisa menciptakan 20-50 jaringan sel baru perdetik, sementara komputer hanya memiliki