Latar Belakang Pembentukan Undang-Undang Dasar 1945

Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008. USU Repository © 2009 BAB III PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

A. Latar Belakang Pembentukan Undang-Undang Dasar 1945

Keinginan Bangsa Indonesia untuk merdeka sebenarnya sudah ada jauh sebelum 17 Agustus 1945. Keinginan ini semakin menguat setelah usainya Perang Dunia I namun kondisi politik dunia saat itu belum stabil karena meletusnya kembali Perang Dunia II. Sementara itu, imperialisme Jepang yang dulunya dianggap sebagai saudara tua yang akan membebaskan Indonesia ternyata malah menjajah dan mengeksploitasi Indonesia. Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008. USU Repository © 2009 Sekitar tahun 1945, Tentara Jepang semakin terdesak dalam Perang Asia Timur Raya. Untuk mendapat simpati dan dukungan Indonesia, kembali Jepang meluncurkan beberapa strategi misalnya lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan, Bendera Merah Putih boleh dikibarkan di samping Bendera Hinomaru Jepang, pemakaian Bahasa Indonesia dan janii akan kemerdekaan yang akan diberikan pada Bangsa Indonesia kelak. Namun politik seperti ini sebenarnya tidak tulus dari Jepang. Hal tersebut tak lain hanya untuk memobilisasi penduduk Indonesia dalam menyokong tujuan-tujuan pemerintah Jepang 56 Sejalan dengan janii kemerdekaan Jepang tersebut, dibentuk BPUPKI Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang di dalam Bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai. Salah satu tugas dari badan ini adalah untuk merumuskan rancangan undang-undang dasar untuk Indonesia Merdeka nantinya . 57 Sebenarnya sejak awal pembuatannya, UUD 1945 sudah dimaksudkan sebagai UUD sementara untuk segera mengantarkan Indonesia ke pintu kemerdekaan. UUD 1945 dibuat karena adanya peluang untuk merdeka yang harus direbut dengan cepat dan untuk itu harus pula segera ditetapkan UUD bagi negara yang digagas sebagai negara konstitusional dan demokratis. UUD diperlukan bagi negara yang dimerdekakan itu karena para pendiri negara founding people Indonesia telah bersepakat untuk mendirikan negara di atas prinsip demokrasi dan hukum yang mengakui dan melindungi hak-hak azasi . 56 Sobirin Malian, Gagasan Perlunya Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945, UII Press, Yogyakarta, 2001, hlm. 57-58. 57 Ibid, hlm. 58 Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008. USU Repository © 2009 manusia HAM. Pilihan seperti menuntut adanya aturan main politik yang dituangkan di dalam konstitusi sebagai kontrak sosial dan politik berdirinya negara. Maka, dibuatlah UUD 1945 melalui perdebatan BPUPKI dan PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang kemudian mensahkannya pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan. Karena dikepung oleh situasi politik yang muncul akibat berkobarnya Perang Pasifik, perdebatan tentang materi UUD belum menghasilkan kesepakatan final tentang beberapa masalah mendasar ketika harus disahkan. Namun para pendiri itu menyepakati untuk mensahkan lebih dahulu UUD 1945 sebagai UUD sementara untuk kemudian, setelah merdeka kelak, segera dibuat UUD yang lebih permanent dan bagus. Dengan demikian, tak dapat dibantah bahwa UUD 1945 itu sejak semula memang dimaksudkan sebagai UUD interin sementara untuk pada waktunya harus diperbaharui oleh MPR hasil pemilu. Bahwa UUD 1945 sejak semula memang dimaksudkan untuk sementara dapat ditelusuri dari sejarah pembahasan maupun isi UUD itu sendiri yang kemudian dikonfirmasi oleh kenyataan- kenyataan politik yang menyusulnya. Setelah tak dapat diputuskan dengan suara bulat karena banyak bagian isinya yang masih diperdebatkan pada siding PPKI, 18 Agustus 1945, Soekarno PPKI mensahkan dulu UUD 1945 sebagai UUD Sementara untuk pada saatnya diperbaiki lagi setelah keadaan memungkinkan. Bung Karno yang pada tanggal 18 Agustus 1945 sudah menjadi Ketua PPKI mengatakan: “…Undang-Undang Dasar yang dibuat sekarang ini adalah Undang- Undang Dasar Sementara., …ini adalah Undang-Undang Dasar Kilat. Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008. USU Repository © 2009 Nanti kalau kita telah bernegara di dalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Perwakilan Rakyat yang dapat membuat Undang-Undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna.” Dari cuplikan sejarah itu jelas bahwa UUD sejak semula memang dipadang belum baik dan masih harus diperbaiki setelah keadaan memungkinkan. Pandangan Soekarno bahwa UUD 1945 perlu diterima untuk sementara, dan itu tak dibantah sedikitpun oleh anggota-anggota PPKI yang lain, tertuang juga di dalam UUD 1945 itu sendiri yakni di dalam Aturan Tambahan. Aturan Tambahan itu jelas memuat sikap PPKI bahwa UUD 1945 adalah UUD Interin dan karenanya PPKI memerintahkan agar setelah Perang Pasifik UUD itu dibicarakan lagi untuk kemudian ditetapkan oleh MPR. Isi Aturan Tambahan itu adalah sebagai berikut: 1. Dalam enam bulan setelah berakhirnya Peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini. 2. Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis ini bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar. Ayat 1 Aturan Tambahan memerintahkan kepada Presiden untuk, dalam waktu enam bulan setelah Perang Pasifik, membentuk lembaga-lembaga negara dan instrument kenegaraan lainnya sesuai dengan ketentuan UUD, termasuk membentuk MPR dan DPR melalui pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi. Tafsir yang paling logisd atas perintah “menyelenggarakan segala hal” dalam ayat tersebut yang paling utama adalah menyelenggarakan pemilu sesuai Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008. USU Repository © 2009 dengan prinsip demokrasi dan semangat yang terkandung di dalam perdebatan di BPUPKI dan PPKI. Alasannya jelas, yakni ketika itu semua lembaga negara belum dapat dibentuk melalui ketentuan konstitusi sehingga harus ditetapkan secara khusus pula. Itulah sebabnya Aturan Peralihan Pasal 4 memberi kekuasaan yang sangat besar kepada Presiden dengan menentukan bahwa “sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasiona.” Kekuasaan yang begitu besar dan tidak normal itu menurut Aturan Tambahan ayat 1 harus diakhiri dalam waktu tertentu disertai langkah pembentukan alat-alat negara sesuai dengan ketentuan UUD. Selanjutnya ayat 2 Aturan Tambahan secara spesifik memerintahkan agar sesudah MPR terbentuk berdasarkan pelaksanaan perintah ayat 1 maka MPR bersidang untuk menetapkan UUD. Memang “menetapkan” UUD di sini dapat saja diartikan menetapkan kembali apa yang telah diputuskan oleh PPKI, tetapi yang lebih masuk akal adalah memperbaharui. Ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, karena secara histories UUD itu diputuskan oleh PPKI dengan maksud sementara seperti yang dinyatakan oleh Soekarno tanpa bantahan dari anggota lain. Kedua, kata ‘menetapkan’ tersebut lebih tepat diartikan membahas kembali dan memperbaikinya sesuai dengan tugas dan wewenang MPR yang dicantumkan dalam Pasal 3 UUD itu sendiri yang berbunyi, “Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar daripada haluan negara.” Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008. USU Repository © 2009 Dengan demikian tampak jelas bahwa selain tercatat dari rekaman histories keniscayaan perubahan UUD 1945 itu tercantum juga di dalam UUD itu sendiri yakni di dalam Aturan Tambahan ayat 2 yang sumber kewenangannya ditentukan oleh Pasal 3 dan caranya ditentukan di dalam Pasal 37 58

B. Alasan-Alasan Perubahan Undang-Undang Dasar 1945

Dokumen yang terkait

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT (MPR) DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG DASAR NEGARA RI TAHUN 1945

0 7 30

MEKANISME PEMAKZULAN (IMPEACHMENT) PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN OLEH MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

0 5 1

IMPLIKASI KEWENANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SETELAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

0 10 63

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79/PUU-IX/2011)

0 7 104

HALAMAN JUDUL SKRIPSI Kewenangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

0 5 13

PENDAHULUAN Kewenangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

0 7 15

DAFTAR PUSTAKA Buku: Kewenangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

0 6 4

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 8

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 1

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 23