Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”
Namun karena pembentukan MPRS harus diselenggarakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya seperti yang dimaksudkan dalam Dekrit Presiden 5 Juli
1959 maka RUU mengenai MPRS dating dari Presiden dan diajukan kepada DPR sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan dapat disetujui oleh DPR yang
kemudian disahkan Presiden menjadi undang-undang.” Dengan demikian, pembentukan MPRS yang harus menurut aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang, telah dapat memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat 1 UUD 1945. Berarti pula bahwa pembentukan MPRS telah sesuai dengan UUD
1945.
B. Susunan, Kedudukan, Tugas Dan Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sebelum Perubahan Undang-Undang Dasar 1945.
1. Sususnan MPR
Dalam Pasal 2 ayat 1 UUD 1945 Sebelum Perubahan dikatakan bahwa, “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.”
Yang selanjutnya dalam penjelasan UUD 1945 mengenai sistem pemerintahan negara dikatakan bahwa MPR adalah penjelmaan seluruh rakyat Indonesia
Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
maksudnya ialah seluruh rakyat, seluruh golongan, seluruh daerah mempunyai wakil dalam MPR
37
Sesungguhnya mengenai susunan MPR ini terjadi perdebatan sejak BPUPKI tahun 1945. Dr. Sukiman mengusulkan supaya anggota MPR secara
langsung dipilih oleh rakyat. Muh.Hatta menolak usul ini dan mengatakan bahwa kalau organis tidak langsung oleh karena itu jadilah rumusan yang terdapat dalam
Pasal 2 ayat 10 uud 1945 .
38
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR ditambah urusan daerah dan utusan golongan, sehingga keseluruhan anggota-anggota MPR itu benar-benar
diharapkan mencerminkan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. unsur anggota DPR mencerminkan prinsip demokrasi politik political democracy yang
didasarkan atas prosedur perwakilan politik political representation dalam rangka menyalurkan aspirasi dan kepentingan seluruh bangsa dan negara,
sedangkan utusan golongan mencerminkan prinsip demokrasi ekonomi economic democracy yang didasarkan atas dasar prosdur perwakilan fungsional functional
representation .
39
Sistem perwakilan fungsional itu dimaksudkan untuk mengatasi sistem perwakilan politik. Sementara itu, jika DPR berorientasi nasional dan untuk
kepentingan bangsa dan negara, maka Utusan Daerah diharapkan untuk menjamin tidak terabaikannya kepentingan daerah-daerah. Dengan demikian, keberadaan
.
37
A.S.S. Ta,bunan, MPR Perkembangan dan Pertumbuhannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1981, hlm. 40.
38
A.S.S. Tambunan, loc.cit.
39
Riri Naszriyah, op.cit, hlm. 84.
Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
para anggota MPR ini benar-benar mencerminkan seluruh lapisan dan golongan rakyat, sehingga tepat diberi kedudukan yang tertinggi
40
Untuk mengetahui perkembangan keanggotaan MPR, kita harus melihat komposisi anggota MPR sejak tahun 1945. pada awal kemerdekaan sebelum MPR
dibentuk dimana fungsinya dijalankan oleh KNIP berdasarkan Presiden, dapat dilihat bahwa anggota KNIP belum jelas hal ini disebabkan karena belum adanya
pengaturan mengenai KNIP tersebut. Namun pada saat anggotanya dilantik, jumlahnya 139 orang
.
41
Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1949, jumlah anggota KNIP ditambah menjadi 536 orang yang terdiri dari wakil partai politik 251
orang, wakil daerah 88 orang, wakil golongan 78 orang, wakil minoritas 10 orang dan orang ‘bebas’ sejumlah 109 orang
. Setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1946,
jumlah anggota KNIP ditegaskan sebanyak 200 orang. Hal ini terdiri dari 110 orang ditetapkan melalui Pemilu yang bertingkat, 60 orang hasil penunjukan
partai politik dan 30 orang ditunjuk oleh Presiden.
42
Setelah kembali ke UUD 1945, susunan MPR pun dibenahi walaupun saat itu masih bernama MPRS. Jumlah anggota MPRS pertama adalah 566 orang
terdiri dari anggota DPR hasil Pemilu 1955 272 orang, Utusan Daerah 94 orang, .
40
Riri Nazruyah, loc.cit.
41
Ibid, hlm. 85.
42
A.S.S. Tambunan, op.cut, hlm. 43.
Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
dan Utusan Golongan 200 orang. Namun, dengan dibentuknya DPR GR dengan anggota 283 orang, maka anggota MPRS menjadi 616 orang
43
No .
Selanjutnya, setelah Orde Baru berkuasa maka susunan keanggotaan MPR adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Susunan MPRS Menurut Unsur
Unsur 19601996
1966 1967
1968 1
DPR GR 281
242 350
414 2
Utusan Daerah 90
110 117
117 3
Utusan Golongan 239
190 195
297 Jumlah MPRS
616 542
663 828
Tabel II Susunan MPR RI 1972-1977
No Unsur
Banyak Wakil 1
DPR A, Dengan pemilihan
B. Dengan pengangkatan 360 kursi
100 kursi 2
Utusan dari daerah-daerah termasuk 26 Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
130 kursi 3
Utusan Golongan 330 kursi
Jumlah Seluruh Anggota MPR RI 920 kursi
Tabel III Susunan MPR RI 1977-1982
DPR Tambahan
Golkar 232 PPP 99
PDI 29 Golongan Karya ABRI 75
Golongan Karya Non ABRI 25 Utusan Daerah I 34
Utusan Golongan 48 PPP 55
ABRI 31 Golkar 76
43
Ibid, hlm. 46.
Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
PDI 10 Jumlah 460 Jumlah 460
Jumlah Seluruh Anggota MPR 920
Tabel IV Susunan MPR RI 1982-1987
DPR Tambahan
Golkar 242 PPP 94
PDI 24 Golongan Karya ABRI 75
Golongan Karya Non ABRI 25 Utusan Daerah I 140
Utusan Golongan 52 PPP 155
ABRI 76 Golkar 29
PDI 8
Jumlah 460 Jumlah 460 Jumlah Seluruh Anggota MPR 920
Tabel V Susunan MPR RI 1987-1992
DPR Tambahan
Golkar 299 PPP 61
PDI 40 ABRI 100
Utusan Daerah I 147 Utusan Golongan 100
PPP 51 ABRI 151
Golkar 31 PDI 20
Jumlah 500 Jumlah 500 Jumlah Seluruh Anggota MPR 1000
Tabel VI Susunan MPR RI 1992-1997
DPR Tambahan
Golkar 282 PPP 62
PDI 56 ABRI 100
Utusan Daerah I 149 Utusan Golongan 100
PPP 50 ABRI 142
Golkar 31
Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
PDI 28 Jumlah 500 Jumlah 500
Jumlah Seluruh Anggota MPR 1000 2. Kedudukan MPR
Istilah kedudukan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai arti tempat pegawai pengurus perkumpulan dan sebagainya tinggal untuk
melakukan pekerjaan dan jabatannya. Ketika kata kedudukan dikaitkan dengan kata Majelis Permusyawaratan
Rakyat MPR sebagai sebuah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, maka mempunyai arti posisi MPR dengan lembaga-lembaga
negara lainnya dalam melakukan pekerjaan atau jabatannya. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sesungguhnya sudah jelas
mencantumkan kedudukan MPR baik dalam UUD 1945 maupun penjelasan umumnya. MPR didaulat sebagai satu-satunya lembaga yang mempunyai
supremasi. Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 dan Penjelasan UUD 1945 bahwa kekuasaan negara tertinggi berada di tangan MPR. Hal ini dapat
disimpulkan karena pada Pasal 1 ayat 2 tersebut dinyatakan: “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat”.
Dalam Penjelasan UUD 1945 juga dikatakan: “Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama, ‘Majelis
Permusyawaratan Rakyat’, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia vertretungsorgan des willens derstaatsvaolkes. Majelis
Permusyawaratan Rakyat ini menetapkan Undang-Undang Dasar, menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan mengangkat Kepala
Negara Presiden dan Wakil Kepala Negara Wakil Presiden”.
Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
Dari ketentuan di atas, maka MPR mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari lembaga-lembaga negara lainnya. Sehingga MPR dapat membagi-
bagikan sebagian kekuasaannya kepada lembaga-lembaga tinggi negara lainnya dengan distribution of power. Setelah MPR mendelegasikan kekuasaannya, bukan
berarti MPR tak mempunyai kekuasaan lagi
44
Pada masa Orde Lama dan Orde Baru semua anggota MPRS diangkat Presiden. Bahkan menurut Penjelasan Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 1959 menyatakan bahwa MPRS hanya berwenang menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ini berarti bahwa Presiden telah mencampuri bahkan
membatasi wewenang MPRS. Hal ini berarti, bahwa pada masa MPRS 1960-1965 bukanlah Lembaga Tertinggi Negara, tetapi suatu majelis yang berkedudukan di
bawah Presiden .
45
Menyadari penyimpangan-penyimpangan UUD 1945 oleh lembaga kenegaraan seperti di atas, maka MPRS masa Orde Baru telah mulai
menempatkan MPRS sebagai suatu lembaga negara yang tertinggi, dengan kewenangan-kewenangan yang dapat dilaksanakan pada saat itu. MPRS telah
mengangkat Pejabat Presiden seperti yang ditetapkan dengan TAP MPRS No. XXXIIIMPRS1967, mengangkat Presiden berdasarkan TAP MPRS No.
XLIVMPRS1968, mencabut kekuasaan pemerintahan memberhentikan Sukarno dari jabatan Presiden TAP MPRS No. XXXIIIMPRS1967 tentu setelah MPRS
terlebih dahulu menilai pertanggungjawaban Presiden .
46
44
Budiman B Sagala, op. cit, hlm. 80.
45
Ibid, hlm. 77.
46
Riri Nazriyah, op. cit, hlm. 79-80.
.
Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Presiden ialah penyelenggara di bawah MPRS, namun belum murni. Dikatakan tidak murni karena seluruh
anggota MPRS adalah hasil pengangkatanpenunjukan Presiden sendiri. Di samping itu, DPR GR Orde Baru pernah Infuctie, tidak berfungsi karena beku,
selama waktu hampir setahun. Sedangkan dari dua kali pemilihan umum yang telah diselenggarakan di
bawah UUD 1945, boleh dikatakan bahwa MPR RI periode 1972-1977 dan periode 1977-1982 diproses dan dibentuk oleh pemilihan umum. Memang secara
yuridis, MPR RI adalah hasil pemilihan umum, namun perlu diketahui bahwa hingga Pemilu 1999 masih ada anggota MPR RI hasil pengangkatan dan
penunjukan Presiden. Dalam praktik ketatanegaraan masa itu pun, MPR masih merupakan lembaga yang lemah dibanding lembaga eksekutif yang posisinya
lebih kuat. Karena saat itu belum pernah MPR RI sebagai Lembaga Tertinggi Negara meminta dan menilai pertanggungjawaban Presiden yang diangkat,
padahal MPR berwenang untuk itu
47
47
Ibid, hlm. 81.
. Dalam perjalanan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia selanjutnya,
sejalan dengan keinginan untuk menjadikan MPR RI sebagai lembaga tertinggi negara, dimana MPR RI merupakan lembaga yang superbody yang mempunyai
kekuasaan tak terbatas sesuai dengan Penjelasan Pasal 3 UUD 1945 yang menyebutkan:
“Oleh karena MPR memegang kedaulatan negara maka kekuasaannya tidak terbatas”.
Januari Sihotang : Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2008.
USU Repository © 2009
Untuk menjalankan hal tersebut, TAP MPR No. IIIMPR1978 tentang Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara telah menentukan dan
menempatkan kedudukan MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara
48
a. Menetapkan Undang-Undang Dasar
.
3. Tugas dan Wewenang MPR