Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
3 telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian tersebut.
C. Bentuk kelalaian Dewan Komisaris pada perusahaan
Lalai adalah tidak melakukan yang selayaknya, sepatutnya, sewajarnya dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris dalam keadaan tertentu. Dengan
demikian seorang anggota Dewan Komisaris harus proaktif dalam menjalankan fungsi pengawasan.
Perluasan tanggung jawab Dewan Komisaris juga terdapat dalam Pasal 115 ayat 1 disebutkan bahwa dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau
kelalaian Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar
seluruh kewajiban Perseroan akibat kelalaian tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota
Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Satu hal yang harus dipahami mengenai tanggung renteng adalah bahwa
tanggung jawab renteng berlaku untuk masing-masing jointly and severely, tidak ada rumusan proporsi maupun urutan prioritas, misalnya Direktur Utama lebih
besar atau Komisaris Utama harus bertanggung jawab terlebih dahulu. Namun demikian secara internal diantara Direksi dan Dewan Komisaris dapat
dibicarakan secara proporsional besaran tanggung jawab dari masing-masing individu.
34
34
Kenny Wiston, Op Cit, hal 62
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
Berbagai konsekuensi hukum diatas dapat dihindari dan Dewan Komisaris memperoleh pembebasan diskulpasi bila terbukti kepailitan tersebut bukan
karena kesalahan atau kelalaiannya, telah beritikad baik, tidak mempunyai kepentingan pribadi atas tindakan yang menyebabkan kepailitan serta telah
memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah kepailitan. Namun demikian beban pembuktian berada pada pundak Dewan Komisaris, bukan oleh pihak
ketiga. Oleh sebab itu dissenting opinion memegang peranan yang sangat penting, karena dapat menjadi alat bukti untuk membebaskan anggota Dewan Komisaris
yang mempunyai pendapat berbeda pada saat keputusan diambil. Ancaman lebih besar bagi Direksi dan Dewan Komisaris dalam hal
kepailitan juga terdapat dalam KUHP Pasal 397 dan Pasal 398. Karena merupakan ranah pidana maka ancamannya adalah kurungan penjara hingga 7 tahun. Berbeda
dengan perdata, dalam kasus kepailitan yang diatur dalam KUHP termasuk kategori fraud on creditors, yaitu perbuatan yang merugikan kreditor dengan cara
ikut serta dan memberikan persetujuan atas tindakan perseroan yang menyebabkan kepailitan, menunda kebangkrutan padahal kebangkrutan sudah
pasti akan terjadi, merekayasa agunan. Tindakan yang juga termasuk adalah lalai untuk mempertanggungjawabkan laba yang dibuat atau menggelapkan laba untuk
kepentingan salah satu kreditor. Pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris diatur dalam Pasal 105
UUPT untuk Direksi, yaitu: 1 Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan
RUPS dengan menyebutkan alasannya.
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
2 Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk
membela diri dalam RUPS. 3 Dalam hal keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan keputusan di luar RUPS sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91, anggota Direksi
yang bersangkutan diberi tahu terlebih dahulu tentang rencana pemberhentian dan diberikan kesempatan untuk membela diri sebelum diambil keputusan
pemberhentian. 4 Pemberian kesempatan untuk membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat
2 tidak diperlukan dalam hal yang bersangkutan tidak berkeberatan atas pemberhentian tersebut.
5 Pemberhentian anggota Direksi berlaku sejak: a. ditutupnya RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1;
b. tanggal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 3; c. tanggal lain yang ditetapkan dalam keputusan RUPS sebagaimana
dimaksud pada ayat 1; atau d. tanggal lain yang ditetapkan dalam keputusan sebagaimana dimaksud pada
ayat 3. dan Pasal 119 untuk Dewan Komisaris, yaitu: “Ketentuan mengenai
pemberhentian anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 mutatis mutandis berlaku bagi pemberhentian anggota Dewan Komisaris.”
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
Mengingat hubungan Direksi dan Dewan Komisaris dengan Perseroan bukan merupakan hubungan kekaryawanan maka yang berhak memberhentikan
adalah RUPS, dengan menyebutkan alasan pemberhentian. Prosedur pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris yang diatur dalam ayat 2 hingga
ayat 5 dalam tersebut harus diikuti. Apabila prosedur tersebut tidak diikuti maka pemberhentian tersebut batal demi hukum. Namun apabila prosedur diikuti namun
alasan pemberhentian tidak diterima oleh yang bersangkutan maka pemberhentian tersebut tetap sah. Direksi atau Dewan Komisaris dapat menggugat pemberhentian
tersebut karena merupakan perbuatan melawan hukum.
D. Kedudukan Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris