Kedudukan Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 Mengingat hubungan Direksi dan Dewan Komisaris dengan Perseroan bukan merupakan hubungan kekaryawanan maka yang berhak memberhentikan adalah RUPS, dengan menyebutkan alasan pemberhentian. Prosedur pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris yang diatur dalam ayat 2 hingga ayat 5 dalam tersebut harus diikuti. Apabila prosedur tersebut tidak diikuti maka pemberhentian tersebut batal demi hukum. Namun apabila prosedur diikuti namun alasan pemberhentian tidak diterima oleh yang bersangkutan maka pemberhentian tersebut tetap sah. Direksi atau Dewan Komisaris dapat menggugat pemberhentian tersebut karena merupakan perbuatan melawan hukum.

D. Kedudukan Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Predikat komisaris dalam perseroan adalah melaksanakan fungsi pengawasan supervision duty terhadap tindakan direksi, maka pelaku bisnis yang berasal dari sistem hukum common law seringkali keliru untuk menyamakan kedudukan dan wewenang antara Presiden Komisaris dengan Chairman of the Board dan Presiden Direktur dengan Chief Executive Officer, yang sudah tentu Walaupun berdasarkan UUPT telah diatur bahwa Komisaris mempunyai fungsi pengawasan supervisory duty terhadap Direksi sebagai eksekutif perseroan, akan tetapi jelas bahwa komisaris tidaklah terlibat secara langsung dalam menjalankan kegiatan usaha sehari-hari dayto-day management perseroan. Hal ini berbeda dengan Chairman of the Board yang menjalankan fungsi eksekutif dan sekaligus sebagai tampuk pimpinan eksekutif tertinggi perusahaan di Negara-negara anglo saxoncommon law. Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 Sedangkan mengenai kewajiban utama fiduciary duty dari anggota Dewan Komisaris perseroan diatur dalam Pasal 114 ayat 2 dan 3 UUPT, yaitu sebagai berikut: Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasehat kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat 2 : 1 untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 2 Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Jika dalam suatu perseroan Dewan Komisaris terdiri atas 2 atau lebih anggota Dewan Komisaris, maka tanggung jawab pribadi sebagaimana diatur dalam angka 2 di atas belaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris. Berbeda dengan anggota direksi, dewan komisaris bertindak sebagai majelis. Sebagai majelis pada dasarnya anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri mewakili direksi. Komisaris wajib bertindak dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat melakukan tuntutan kepada komisaris yang karena kesalahan dan kelalaiannya menimbulkan kerugian perseroan. Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 Pada prinsipnya, ketentuan fiduciary duty yang disyaratkan kepada direksi perseroan secara mutatis-mutandis berlaku juga kepada dewan komisaris dan kepada para eksekutif yang menerima dan mewakili kewenangan tertentu dalam jabatannya. Akan tetapi, anggota Dewan Komisaris tidak dapat diminta pertanggungjawabannya atas kerugian perseroan jika ia dapat membuktikan: 1. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, 2. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian, dan 3. Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. 35 Jadi anggota Direksi dan Komisaris jelas dilarang untuk menjalankan kegiatan usaha perseroan untuk kepentingan pemegang saham tertentu atau pihak- pihak ketiga lainnya diluar dari kepentingan perseroan. Jika dalam menjalankan tindakan tertentu anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan Ketentuan-ketentuan UUPT tersebut di atas jelas mengatur adanya kewajiban hukum anggota Direksi dan Dewan Komisaris untuk selalu menjalankan kegiatan usaha perseroan hanya untuk kepentingan dan usaha perseroan sebagai badan hukum itu sendiri. 35 Chatamarrasjid, Op.Cit, hal 21 Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 kepentingan dengan perseroan, maka yang berhak untuk mewakili perseroan adalah : anggota direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan, atau Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan, atau pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan Pasal 99 UUPT. Kewajiban untuk menegakkan fiduciary duties yang bersifat memaksa tersebut memang sangat penting untuk ditegakkan dalam praktek, khususnya terkait dengan suatu perusahaan publikperusahaan terbuka atau perusahaan yang mempunyai skala usaha dan modal yang besar. Jika terdapat kepentingan yang berbeda dari Direksi dan Komisaris dalam melakukan kepengurusan perseroan diluar dari kepentingan perseroan tersebut, maka hal ini jelas dapat merugikan kepentingan pemegang saham publik dan perusahan publik itu sendiri. Untuk itu, Pasal 120 ayat 1 UUPT menyebutkan Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 satu orang atau lebih komisaris independen dan 1 satu orang komisaris utusan, dalam rangka menerapkan good corporate governance, telah membuka kemungkinan bagi perseroan untuk dapat mengatur pengangkatan satu orang atau lebih Komisaris Independen dan satu orang Komisaris Utusan. Komisaris Independen adalah komisaris dari pihak luar, yaitu pihak yang tidak terafilisasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi danatau anggota Dewan Komisaris lainnya. Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 Sedangkan Komisaris Utusan adalah anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris. Tugas dari Komisaris Independen pada dasarnya adalah sebagai pihak luar yang mewakili kepentingan pemegang saham public dalam mengawasi keuangan dan jalannya kegiatan usaha perseroan. Sedangkan tugas Komisaris Utusan akan tergantung dari pengaturan dalam Anggaran Dasar, dengan ketentuan bahwa tugas dan wewenang Komisaris Utusan tidak bertentangan dengan tugas dan wewenang Dewan Komisaris, dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan Direksi Pasal 120 ayat 4 UUPT : “Tugas dan wewenang komisaris utusan ditetapkan dalam anggaran dasar Perseroan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan tugas dan wewenang Dewan Komisaris dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan Direksi.” UUPT dan PP No. 68 tahun 1996 memungkinkan bertanggung jawab sampai harta pribadi anggota komisaris serta pemegang saham akibat pencabutan izin usaha perusahaan. Perlu ditegaskan di sini bahwa kemungkinan tanggung jawab sampai harta pribadi anggota komisaris danatau pemegang saham perusahaan yang dicabut izin usahanya adalah secara intern. Sedangkan secara ekstern, perusahaan tetap bertanggung jawab terhadap para komisaris kewajibannya. Hal ini dikuatkan dengan pengaturan dalam PP No. 68 tahun 1996 khusunya pada penjelasan Pasal 10 ayat 4 yang menyatakan gugatan perdata terhadap mereka yang mungkin dapat bertanggung jawab sampai harta pribadi anggota kimisaris, serta pemegang saham, dilakukan oleh Tim Likuidasi atau Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 minimal oleh 10 dari pemegang saham bank dengan hak suara yang sah agar bertanggung jawab sampai harta pribadi, dan bukan dilakukan langsung oleh para kreditor yang belum dilunasi hutangnya. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan para kreditor juga dapat menggugat langsung secara bersama-sama pemegang saham perusahaan yang memenuhi syarat atau secara sendiri terhadap mereka yang dimintakan pertanggungjawabannya sampai harta pribadi tersebut apabila menganggap bahwa gugatan yang diajukan pemegang saham bank yang bersangkutan tidak memuaskannya karena mungkin kurang bukti-bukti yang mendukung bahwa tergugat telah turut serta menjadi penyebab kesulitan keuangan yang dihadapi bank atau menjadi penyebab kegagalan usaha bank tersebut, sedangkan kreditor tersebut mempunyai bukti yang sangat kuat. Sehingga ia menilai terlalu lama memperoleh pembayarannya karena harta perusahaan tidak mencukupi lagi untuk melunasi segala kewajibannya, atau bahkan pemegang saham perusahaan yang memenuhi syarat tersebut tidak dapat membuktikan para penggugat bahwa iamereka harus bertanggung jawab sampai harta pribadi. Padahal komisaris tersebut tahu bahwa ada pihak-pihak yang dapat bertanggungjawab sampai harta pribadi. Oleh karena itu sangat tidak adil apabila gugatan langsung terhadap anggota komisaris danatau pemegang saham dilarang oleh PP No.68 tahun 1996 yang mengatur tentang teknis gugatan perdata terhadap anggota komisaris, serta pemegang saham. Padahal sangat mungkin sekali harta dalam likuidasi tidak mencukupi untuk melunasi seluruh kewajibannya utangn-utangnya. Tentunya hal ini akan sangat merugikan. Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 Apabila ditinjau dari Risalah Pembahasan RUUPT 1995, perseroan yang didaftarkan dalam daftar perusahaan adalah perseroan yang telah berstatus sebagai badan hukum. Setelah dilakukan pengesahan akta pendirian perseroan oleh Menteri, maka perseroan dapat beroperasi secara penuh sebagai badan hukum, tidak perlu menunggu sampai terbitnya Berita Negara. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 21 UUPT dan Pasal 5 UU Wajib Daftar Perusahaan di atas, direksi PT tidak boleh bertindak semaunya, bahwasanya dengan pengesahan akta pendirian perseroan oleh Menteri maka memang bagi pemegang saham pertanggungjawabannya sudah menjadi terbatas, tetapi tanggung jawab direksi masih mensyaratkan adanya pendaftaran perseroan ke dalam Daftar Perusahaan dalam jangka waktu 30 hari. Dengan demikian, perlu dibedakan antara terbatasnya tanggung jawab pemegang saham yang memang ditandai oleh lahirnya badan hukum perseroan, dengan tanggung jawab direksi untuk mendaftarkan dan mengumumkan perseroan dalam daftar perusahaan walaupun status badan hukum perseroan sudah diperoleh. Oleh karena itu, pendaftaran dan pengumuman perseroan ini tentu tidak mempengaruhi keabsahan dari kelahiran perseroan sebagai badan hukum. Status Badan hukum itu secara konstitutif timbul setelah akta pendirian perseroan disahkan Menteri, sementara pendaftaran dan pengumuman perseroan itu hanya sebagai wadah publikasi supaya dapat dilihat oleh masyarakat umum, bukan sebagai syarat tambahan untuk kelahiran status badan hukum perseroan. Hakikat dari pengumuman itu sendiri sebenarnya dalam rangka sarana publikasi dan pemenuhan aspek transparansi PT kepada pihak ketiga, bahwasanya telah Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009 didirikan PT yang bersangkutan dengan status sebagai suatu badan hukum. Dengan pengumuman ini diharapkan pihak ketiga mengetahui eksistensi PT beserta status hukumnya. Oleh karena itu, pengumuman PT pada dasarnya dimaksudkan untuk menjaga agar khalayak tidak dirugikan. Dengan demikian jelas kiranya bahwa PT memperoleh status badan hukum adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat 4 UUPT, yaitu setelah akta pendirian PT disahkan oleh Menteri. Pasal 14 UUPT itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap status badan hukum PT yang sudah diperoleh, itu hanya berpengaruh pada dampak dari tidak didaftarkan dan diumumkannya PT, yaitu dampak kerugian yang mungkin diderita oleh pihak ketiga. Dengan memperhatikan uraian tersebut jelas kiranya bahwa Pasal 14 UUPT itu sekedar mengatur tentang apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab direksi sehingga Pasal 14 UUPT itu tidak berpengaruh terhadap saat kelahiran dari PT sebagai badan hukum. Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL DIKAITKAN