Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.
B. Tanggung Jawab Yuridis Dari Suatu Perusahaan
Dari berbagai bentuk perusahaan yang hidup di Indonesia perseroan terbatas merupakan bentuk yang paling lazim, bahkan sering dikatakan bahwa
perseroan terbatas merupakan bentuk perusahaan yang dominan. Perseroan terbatas sangat menarik minat investor atau penanam modal untuk menanamkan
modalnya, bahkan perseroan terbatas sudah menarik hampir seluruh perhatian dunia usaha pada tahun-tahun belakangan ini dikarenakan oleh perkembangan
haknya dalam hidup perekonomian di banyak negara. Dengan dominasi yang besar di Indonesia, perusahaan telah ikut meningkatkan taraf hidup bangsa
Indonesia, baik melalui Penanaman Modal Asing PMA maupun Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, sehingga perusahaan merupakan salah satu pilar
pekonomian nasional. Lebih dipilihnya perusahaan sebagai bentuk perusahaan dibandingkan dengan bentuk yang lain ini dikarenakan oleh dua hal, pertama,
perusahaan merupakan asosiasi modal, dan kedua, perusahaan merupakan badan hukum yang mandiri. Sebagai asosiasi modal maka ada kemudahan bagi
pemegang saham perusahaan untuk mengalihkan sahamnya kepada orang lain, sedangkan sebagai badan hukum yang mandiri berdasarkan Pasal 3 ayat 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas UUPT menentukan bahwa pertanggungjawaban pemegang saham PT hanya terbatas pada
nilai saham yang dimiliki dalam perusahaan. Secara ekonomis, unsur
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
pertanggungjawaban terbatas dari pemegang saham PT tersebut merupakan faktor yang penting sebagai umpan pendorong bagi kesediaan para calon penanam
modal untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, cukup jelas kiranya bahwa status badan hukum PT itu cukup penting.
Dasar hukum dari status badan hukum perusahaan terbatas tersebut tercantum di dalam Pasal 1 butir 1 UUPT, Dari ketentuan tersebut secara eksplisit
sangat jelas disebutkan bahwa perusahaan terbatas merupakan badan hukum. Perseroan merupakan suatu bentuk legal form yang didirikan atas fiksi hukum
legal fiction bahwa perseroan memiliki kapasitas yuridis yang sama dengan yang dimiliki oleh orang perseorangan natural person.
Menurut Soejono Dirdjosisworo, sebagai badan hukumatau artificial person, perseroan terbatas mampu bertindak melakukan perbuatan hukum melalui
wakilnya. Untuk itu ada yang disebut dengan agent, yaitu orang yang mewakili perseroan serta bertindak untuk dan atas nama perseroan, perseroan terbatas
mempunyai hak dan kewajiban dalam hugungan hukum sama halnya dengan manusia biasa atau natural person atau naturlijke persoon, dapat menggugat
ataupun digugat, dapat membuat keputusan dan mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia.
17
17
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung : PT. Alumni, 2004, hal 50
Apabila dikaitkan dengan unsur-unsur mengenai badan hukum, maka unsur-unsur yang menandai perusahaan terbatas sebagai badan hukum adalah
bahwa :
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
a. Organisasi yang teratur
Organisasi yang teratur ini dapat kita lihat dari adanya organ perusahaan yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Direksi, dan Dewan
Komisaris seperti di dalam Pasal 1 angka 2 UUPT, keteraturan organisasi perseroan terbatas dapat diketahui melalui ketentuan UUPT, Anggaran Dasar
Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan Komisaris, Keputuan Direksi dan Peraturan-peraturan yang dikeluarkan dari
waktu ke waktu. b.
Harta kekayaan sendiri Perseroan terbatas mempunyai harta kekayaan sandiri yang dipisahkan
dari harata kekayaan pribadi perseroannya, berupa modal yang berasal dari peamasukan harta kekayaan persero yang dipisahkan dan harta kekayaan lainnya
baik berupa benda berwujud atau tidak berwujud yang merupakan milik perseroan. Pasal 31 ayat 1 UUPT dan dihubungkan dengan Pasal 34 ayat 1
UUPT menegaskan bahwa harta kekayaan perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham yang dapat dilakukan dalam bentuk uang atau dalam bentuk
lainnya. c. Melakukan hubungan hukum sendiri
Sebagai badan hukum, perseroan terbatas dapat mengadakan hubungan hukum sendiri dalam rangka melakukan perbuatan hukum tertentu dengan pihak
ketiga. Dalam melakukan hubungan hukum teresebut umunya perseroan terbatas diwakili oleh pengurus atau organ perseroan terbatas , yang disebut dengan
direksi. Direksi inilah yang bertanggungjawab penuh atas kepengurusan perseroan
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Di samping direksi, diadakan pula komisaris yang
bertugas mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi.
d. Mempunyai tujuan tertentu Sebagai badan huklum yang melakukan kegiatan usaha, perseroan terbatas
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Karena itu, kegiatan usaha yang dijalankan perseroan terbatas dilakukan dalam rangka mewujudkan makksud dan
tujuan pendirian perseroan terbatas. Dalam Pasal 15 huruf b UUPT dinyatakan bahwa maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlakau ditetapkan dalam anggaran dasar. Berhubung perseroan terbatas menjalankan perusahaan, kegiatan perseroan
terbatas diharapkan dapat mendatangkan keuntungan dan laba. Sesuai dengan UUPT , status badan hukum perseroan terbatas yang
diperoleh sejak akta pendirian perseroan disahkan oleh Mentrei Kehakiman. Ketentuan ini berbeda dengan ketentuan KUHD yang menentukan bahwa status
badan hukum perseroan diperoleh sejak diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Dengan demikia, UUPT menaganut asas pengesahan,
sedangkan KUHD menganut asas publisitas untuk menentukan status badan hukum perseroan terbatas.
Kemudian disebutkan pula bahwa perseroan terbatas didirikan berdasarkan perjanjian, hal ini menunjukkan sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang
bersepakat mendirikan suatu badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas.
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
Ketentuan Pasal 7 ayat 1 UUPT menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Rumusan ini pada dasarnya mempertegas kembali makna perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan umum mengenai perjanjian yang ada dalam kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Sebagai perjanjian khusus yang bernama, perjanjian pembentukan perseroan terbatas ini juga tunduk sepenuhnya pada syarat-syarat
sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, disamping ketentuan khusus yang diatur dalam UUPT tersebut.
Perjanjian pendirian perseroan terbatas yang dilakukan oleh para “pendiri” tersebut dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut dengan “Akta
Pendirian”. Akta pendirian ini pada dasarnya menagatur berbagai macam hak-hak dan kewajiban para pihak pendiri perseroan dalam mengelola dan menjalankan
perseroan terbatas tersebut. Hak –hak dan kewajiban-kewajiban tersebut merupakan isi perjanjian selanjutnya disebut dengan “Anggaran Dasar” perseroan,
sebagaimana ditegaskan kembali di dalam Pasal 15 ayat 1 UUPT, yaitu: Anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya:
a. nama dan tempat kedudukan Perseroan; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. jangka waktu berdirinya Perseroan; d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham;
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris; g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen. Perseroan terbatas sebagai suatu badan usaha harus menjalankan kegiatan
usaha. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Kegiatan usaha yang dilakukan perseroan terbatas adalah dalam bidang perekonomian
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan laba. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh perseroan terbatas haruslah kegiatan usaha yang halal, artinya
kegiatan perseroan terbatas harus sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian perseroan terbatas serta tidak boleh bertentangan denagn peraturan perundang-
undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaaan. Perseroan terbatas tidak dapat didirikan dan dijalankan jika tidak memiliki tujuan dan kegiatan usaha yang jelas.
Mengenai modal dasar perseroan terbatas yang disebutkan di bagi dalam saham, bahwa dari kata terbagi dapat diketahui modal perseroan terbatas tidak
satu atau dengan kata lain tidak berasal dari satu orang melainkan modalnya dipecah menjadi beberapa atau sejumlah saham. Hal itu terjadi karena dalam
hubungannya denagn pendirian perseroan terbatas berdasarkan perjanjian yang berarti modal perseroan terbatas harus dimiliki oleh beberapa orang. Dengan
demikian dalam suatu perseroan terbatas pasti terdapat sejumlah pemegang saham. Para pemegang saham pada prinsipnya hanya bertanggungjawab sebesaar
nilai saham yang dimasukkan dalam perseroan.
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam keberadaanya setiap perseroan terbatas harus memenuhi persyaratan UUPT dan peraturan pelaksanaanya mulai dari pendiriannya,
beroprasinya, dan berakhirnya. Hal ini menunjukkan bahwa UUPT menganut sistem tertutup close system.
18
1. Pasal 36 ayat 1 KUHDagang menyatakan bahwa perseroan terbatas tidak
mempunyai firma yaitu nama orang sekutu yang dipergunakan sebagai nama perusahaan. Adapun nama perseroan terbatas diambil dari tujuan
perusahaanya. Peraturan perseroan terbatas pada mulanya diatur dalam kitab UU Hukum
Dagang buku 1 bab III bagian III mulai dari Pasal 36 sampai denagn Pasal 56, sebagaimana telah dirubah terakhir denagn UU No. 4 Tahun 1971 dan Ordonantie
Maskapai Andil Indonesia Stb 1939 No. 569 Jo No. 717, pengaturan dalam KUHDagang ini tidak menyebutka secara tegas pengertian dari perseroan terbatas.
Hanya dapat disimpulkan ari ketentuan Pasal 36, Pasal 40, Pasal 42, dan Pasal 45 KUHDagang tersebut yaitu :
2. Pasal 36 ayat 2 KUHDagang menghendaki agar naskah akta
pendiriannya dimintakan pengesahan kepada Menteri Kehakiman dalam hal ini Kepala Direktorat Perdata pada Departemen Kehakiman.
Pengesahan tersebut diatas harus juga dilakukan pada tiap-tiap ada perubahan syarat-syarat pendiriannya dan juga pada tiap perpanjangan
waktu bagi perseroan terbatas itu.
18
Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999, hal 13
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
3. Pasal 40 ayat 1 KUHDagang menentukan bahwa modal perseroan terdiri
dari saham-saham atas nama atau blanko atas pembawa, sedangkan ayat 2-nya menentukan bahwa tanggung jawab pemegang saham terbatas dari
jumlah nominal dari saham-saham yang dimilikinya. 4.
Pasal 42 KUHDagang menentukan bahwa saham, baik yang atas nama maupun yang atas pembawa dapat diperalihkan kepada orang lain.
Namun karena ketentuann-ketentuan dala KUHDagang itu dirasa tidak cocok lagi maka pemerintah mengeluarkan undang-undang yang baru tentang
perseroan terbatas yang mengatur secara lebih terperinci tentang perseroan terbatas yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 yang kemudian diganti dengan
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007. Dengan berlakunya undang-undang ini maka Buku ke I Bab III bagian III
Pasal 36 sampai Pasal 56 KUHDagang yang mengatur mengenai perseroan terbatas berikut segala perubahannya yaitu Undang-undang No. 4 Tahun 1971
dinyatakan tidak berlaku dan terhitung 3 tiga tahun sejak berlakunya undang- undang tentang perseroan terbatas ini maka Ordonansi Maskapai Andil Indonesia
dinyatakan tidak berlaku lagi. Sejak PT berstatus sebagai badan hukum, maka
hukum memperlakukan perusahaan terbatas sebagai pribadi mandiri yang dapat bertanggung jawab sendiri atas perbuatannya. Dengan dimulainya status
badan hukum perusahaan terbatas. Dewan Komisaris melakukan pengawasan terhadap pengelolaan
Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi mencakup rencana pengembangan, pelaksanaan kerja dan anggaran, pelaksanaan ketentuan-ketentuan anggaran dasar
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
dan pelaksanaan keputusan RUPS. Melakukan tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar Perusahaan,
keputusan RUPS dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
19
Hati-hati bila Anda menjabat direktur atau komisaris di suatu perusahaan. nya,
Dewan Komisaris bertanggung jawab dalam memberikan saran pendapat kepada RUPS mengenai laporan keuangan tahunan, rencana
pengembangan Persahaan, penunjukan akuntan untuk melakukan audit keuangan, dan hal-hal penting lainnya; Mengesahkan rencana kerja dan anggaran
Perusahaan; Mengikuti perkembangan kegiatan Perusahaan, dan dalam hal Perusahaan menunjukkan gejala kemunduran segera meminta Direksi untuk
mengumumkan kepada para pemegang saham dan memberi saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT mengatur lebih tegas tentang tanggung jawab keduanya. Bahkan UU itu
memungkinkan direksi maupun komisaris untuk digugat ke pengadilan oleh pemegang saham, bila keduanya terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian
yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Sebenarnya, ketentuan tentang tanggung jawab direksi dan komisaris yang
ada dalam UU No. 40 Tahun 2007, tak jauh beda dengan UUPT yang lama UU No. 1 Tahun 1995. Namun, dalam UUPT yang baru ini, tanggung jawab itu
19
Sjahdeini, Sutan Remy, Tanggung Jawab Pribadi Direksi Dan Komisaris, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 14 Tahun 2001, hal 72
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
dipertegas dan disempurnakan. Tujuannya supaya direksi dan komisaris itu tidak main-main dalam menjalankan usahanya.
Seperti diketahui, lebih dari Pasal 13 klausul dalam UU No. 40 Tahun 2007 yang mengatur tentang tanggung jawab direksi dan komisaris. walaupun
mengatur tanggung jawab secara tegas, namun masih ada lain yang memberi ruang gerak bagi direksi dan komisaris untuk membela diri. Salah satunya diatur
dalam 114 Ayat 3 Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau
lalai menjalankan tugasnya. Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perusahaan,
apabila dia dapat membuktikan salah satu dari 4 hal yang dikecualikan. Pertama, kerugian yang ditimbulkan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, kedua,
direksi telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Ketiga, tidak
mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian, dan keempat telah
mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
20
Demikian pula dengan tanggung jawab direksi dalam hal terjadinya kepailitan di perusahaan. anggota direksi dapat dibebaskan dari tanggung jawab
membayar seluruh kewajiban perusahaan yang diputus pailit, asalkan dia bisa
20
I.G. Rai, Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Edisi Revisi, Jakarta : Megapoin Kesaint Blanc, 2002, hal 65
Abdi Fikri : Doktrin Piercing The Corporate Veil Dikaitkan Dengan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris Dalam UU No. 40 Tahun 2007, 2009.
USU Repository © 2009
membuktikan tidak bersalah dan tidak lalai dalam menjalankan roda perusahaan. Indonesia tidak seperti Anglo Saxon, dimana mereka mengenal ada direksi aktif
dan pasif.
21
C. Piercing the corporate veil. Topik populer dalam tatanan hukum