47
terdaftar.
65
Ketentuan lebih lanjut mengenai PPAIW, tata cara pendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf diatur dengan Peraturan Pemerintah.
66
Menurut beberapa warga masyarakat Tionghoa tanah tersebut adalah tanah nenek moyang. Masyarakat Tionghoa yang berhak mengelola tanah perkuburan
dengan menggunakan sebuah yayasan, hingga saat ini tidak diketahui nama yayasan tersebut. Tokoh masyarakat etnis Tionghoa menanyakan surat asal muasal
tanah tersebut kepada kepemilikan tanah wakaf tersebut, sebagai bukti milik keluarganya. Apabila masyarakat Tionghoa tidak dapat menunjukan surat surat
bykti kepemilikan tanah perkuburan tersebut. Warga Etnis Tionghoa di Kota Medan, mengharapkan, agar pihak pemerintah dapat segera turun tangan,
mengambil tindakan tegas terhadap masyarakat Tionghoa, terhadap pengutipan biaya penguburan dari Rp.10 juta sampai Rp.50 juta, tanpa diberi kwitansi tanda
pembayaran. Pihak berwajib kami inginkan agar segera menyikapi suara sumbang masyarakat Tionghoa sesumbar mencuat dari mulutnya, tidak pernah takut kepada
pihak berwajib, semua mudah diatur.
67
E. Pelaksanaan Wakaf Tanah di Kota Medan
Hak pengelolaan merupakan hak menguasai oleh negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya. Pengertian ini
dapat diartikan bahwa hak pengelolaan bukan merupakan salah satu hak atas tanah, namun hanya merupakan pelimpahan hak menguasai dari negara. Hak menguasasi
dari negara tersebut berdasarkan ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-
65
Ibid,Pasal 38
66
Ibid,Pasal 39
67
http:m.kaskus.co.idthread5199f15ebbf87bb96a000003biaya-penguburan-tinggi- warga-tionghoa-tpura-takut-mati?goto=newpost?goto=newpost.html, diakses tanggal 25 April
2015
48
undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang menyebutkan bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada
tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Adanya hak pengelolaan dalam hukum tanah nasional kita tidak disebut
dalam UUPA, tetapi tersirat dalam penjelasan umum UUPA yang menyatakan bahwa dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan di atas, negara dapat
memberikan tanah yang demikian dimaksudkan adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak oleh seseorang atau pihak lain kepada seseorang atau badan-
badan dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya.
68
Sementara peraturan mengenai dasar-dasar wakaf, tujuan dan fungsi wakaf, wakif, harta benda wakaf, ikrar wakaf, peruntukan harta benda wakaf, wakaf
dengan wasiat, dan lain-lain, relatif sama hanya ada beberapa penyesuaian karena terbentuknya BWI. Para ulama juga sepakat bahwa Nazhir dipercaya atas harta
wakaf yang dipegangnya. Sebagai orang yang mendapat kepercayaan, dia tidak bertanggung jawab untuk mengganti harta wakaf yang hilang, jika hilangnya
barang tersebut bukan karena faktor kesengajaan atau kelalaian.
69
68
Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, Jakarta : Penerbit Rajawali Pers, 2009, hal 49-53
69
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf Kajian Kontemporer Pertama dan terlengkap Tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf.
Depok : Penerbit Pustaka Ilman, 2004. hal 538.
Pertama, Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dilakukan secara produktif. Kedua, Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat 1 diperlukan
penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah. Ketiga, Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Keempat, Izin hanya dapat diberikan
49
apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar wakaf.
Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya.
70
Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.
71
Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif.
72
Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah.
73
Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir dilarang melakukan perubahan
peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis dari Badan Wakaf Indonesia.
74
Izin hanya dapat diberikan apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar
wakaf.
75
1. Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir
diberhentikan dan diganti dengan Nazhir lain apabila Nazhir yang bersangkutan:
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, seorang Nazhir dapat regenerasi atau diganti dengan ketentuan-
ketentuannya antara lain:
70
Undang-undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 42
71
Ibid, Pasal 42 ayat 1
72
Ibid, Pasal 42 ayat 2
73
Ibid, Pasal 42 ayat 3
74
Ibid, Pasal 43 ayat 1
75
Ibid, Pasal 43 ayat 2
50
a meninggal dunia bagi Nazhir perseorangan; bubar atau dibubarkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang.undangan yang berlaku untuk Nazhir organisasi atau Nazhir badan hukum;
b atas permintaan sendiri;
c tidak melaksanakan tugasnya sebagai Nazhir danatau melanggar
ketentuan larangan dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sesuai dengan ketentuan peraturan perundang.undanganyang
berlaku; d
dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
76
2. Pemberhentian dan penggantian Nazhir dilaksanakan oleh Badan Wakaf
Indonesia.
77
3. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh
Nazhir lain karena pemberhentian dan penggantian Nazhir, dilakukan dengan tetap memperhatikan peruntukan harta benda wakaf yang ditetapkan dan
tujuan serta fungsi wakaf.
78
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diatur dengan Peraturan Pemerintah.
79
Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukan yang tercantum
dalam BIW.
80
76
Ibid, Pasal 45 ayat 1
77
Ibid, Pasal 45 ayat 2
78
Ibid, Pasal 45 ayat 3
79
Ibid, Pasal 46
80
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 45 ayat 1
Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf untuk memajukan kesejahteraan umum, Nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain
51
sesuai dengan prinsip syariah.
81
Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dari perorangan warga negara asing, organisasi asing dan badan hukum asing yang
berskala nasional atau internasional serta harta benda wakaf terlantar, dapat dilakukan oleh BWI.
82
Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf harus berpedoman pada peraturan BWI.
83
Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS danatau
instrumen keuangan syariah.
84
Dalam hal LKS-PWU menerima wakaf uang untuk jangka waktu tertentu, maka Nazhir hanya dapat melakukan pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf uang pada LKS-PWU.
85
Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan pada bank syariah
harus mengikuti program lembaga penjamin simpanan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
86
Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan dalam bentuk investasi di luar bank syariah harus
diasuransikan pada asuransi syariah.
87
Apabila telah dilakukan pendaftaran tanah wakaf, aspek penting lainnya ialah aspek pengelolaan tanah, mengkaji pengelolaan tanah wakaf dalam hukum
Agraria Nasional, tidak bisa melepaskan diri dari mengkaji pengelolanya sendiri, dan pengelola tanah wakaf. Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
menegaskan bahwa fungsi wakaf adalah mengekalkan manfaat benda wakaf sesuai dengan tujuan wakaf. Dengan kekalnya harta wakaf maka manfaat tanah yang
81
Ibid, Pasal 45 ayat 2
82
Ibid, Pasal 46
83
Ibid, Pasal 48 ayat 1
84
Ibid, Pasal 48 ayat 2
85
Ibid, Pasal 48 ayat 3
86
Ibid, Pasal 48 ayat 4
87
Ibid, Pasal 48 ayat 5
52
diwakafkan agar dapat dinikmati untuk selama-lamanya. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Perwakafan untuk tanah Milik
telah terjadi suatu perubahan di bidang perwakafan tanah, yakni perwakafan tanah milik diatur, ditertibkan dan diarahkan sehingga benar-benar memenuhi hakekat
wakaf adalah pendekatan kepada tuhan qurbah.
88
Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan
wakaf tersebut. Sedangkan aspek terpenting
dari pengelolaan wakaf ialah peran serta Nadzir sebagai top manajer yang menentukan, mengendalikan manajerial perwakafan sehingga berdaya guna dan
behasil guna, mengingat kedudukan penting dari Nadzir, PP No 28 Tahun 1997 menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai Nadzir.
89
88
Noel J Coulso, Hukum Islam dalam Perspektif Sejarah The History of Islamic Law, diterjemahkan oleh Hamid Ahmad, cetakan pertama, Jakarta : Penerbit P3M, 1987, hal198
89
Suparman Usman. Hukum perwakafan di Indonesia. Serang : Penerbit Darul Ulum Press, 1994, hal. 33
Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat 4 tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak yang menerima
hartabenda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
Pengembangan harta wakaf dapat diartikan dengan pembangunan kembali wakaf yang telah hancur atau membangun kembali dan memperbaiki yang rusak,
pengembangan ini merupakan masalah lama yang dialami oleh wakaf sejak dahulu. Sedangkan, pengembangan yang kedua dapat diartikan dengan
memperluas wakaf yang sudah ada atau menambah wakaf baru kepada wakaf lama yang berpengaruh terhadap tujuan awal wakaf.
53
Berangkat dari sini, peran nazhir dalam mengelola harta wakaf sangat vital karena mempunyai wewenang penuh dalam mengelola harta wakaf dalam usaha
memajukan dan mengembangkan harta wakaf. Nazhir adalah pemimpin umum dalam wakaf, oleh karena itu seorang nazhir harus berakhlak mulia, amanah,
berkelakuan baik, berpengalaman menguasai ilmu administrasi dan keuangan yang dianggap perlu untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan jenis wakaf dan
tujuannya. Pengembangan harta wakaf terkait dengan penambahan wakaf baru pada
wakaf lama dapat disebut sebagai penambahan modal wakaf dari sebagian hasilnya, dalam masalah penyisihan sebagian dari hasil wakaf untuk menambah
modal adalah prinsip dalam wakaf untuk menghormati syarat yang telah ditetapkan oleh wakif. Berkaitan dengan masalah ini al-Kamal bin al-Hamman mengatakan
dalam pembahasannya tentang pembangunan wakaf, “Pembangunan yang layak adalah sesuai dengan kemampuan yang ada pada orang-orang yang berhak atas
hasil wakaf berdasarkan kategori yang ditentukan oleh wakif.” Beliau juga mempertegas dengan perkataannya, “Sedangkan penambahan pada wakaf dari
hasil itu bukan haknya. Sebab hasil dari wakaf telah menjadi hak orang yang berhak mendapatkan hasilnya.”
90
Mengenai kemungkinan pengembangan harta wakaf dari hasilnya dalam beberapa bentuk, yang muncul karena situasi dan kondisi yang baru. Diantaranya,
Dengan demikian, hal baru yang berkaitan dengan penambahan modal wakaf dapat dikatakan harus mendapatkan izin dari
pada wakif atau ahlul baitnya.
90
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta : Penerbit Khalifa, 2005, hlm. 231
54
harta wakaf yang ada ditangan nazhir menghasilkan keuntungan yang sangat besar dan masih berlebihan setelah dibagikan pada yang berhak, kemudian sisa hasilnya
tersebut dipakai untuk berinvestasi, misalnya mendirikan toko, rumah persewaan, lahan pertanian, dan lain-lain.
55
BAB III PENGELOLAAN PERWAKAFAN TANAH PADA MASYARAKAT