77
tanah tersebut harus menjadi tanah negara terlebih dahulu, dan berdasarkan tata ruang yang ada bisa diberikan hak milik.
106
D. Kepastian Hukum Terhadap Tanah Wakaf Pada Masyarakat Tionghoa di
Kota Medan
Dalam pelaksanaan perwakafan tanah hak milik di Indonesia yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan tanah Hak
milik, salah satu pertimbangan untuk mengeluarkan peraturan pemerintah tersebut adalah bahwa wakaf merupakan suatu lembaga keagamaan yang dapat
dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan, dalam rangka mencapai kesejahteraan sprituil dan materiil menuju
masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila. Inti dari ketentuan Pasal 19 UUPA ialah guna menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah yang meliputi a pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut c Pemberian
surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat. Pasal 3 PP No. 24 Tahun 1997 mengatur lebih lanjut ketentuan-ketentuan
yang ada dalam Pasal 19 ayat 1 UUPA yakni; untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah, satuan rumah susun
dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan, guna menyediakan informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemeritah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai
106
Herwati, Siti Rahma Mary dan Dody Setiadi, Memahami Hak Atas Tanah: Dalam Praktek Advokasi. Surakarta; Cakra Books, 2005, hal 41
78
bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar dan untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Sesuai dengan maksud dan tujuan UUPA No. 5 Tahun 1960, khususnya mengenai usaha-usahan meletakkan dasar-dasar dalam rangka mengadakan
kepastian hukum atas tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 19, 23, 32, dan 38 yang menghendaki agar pemerintah menyelenggarakan Pendaftaran Tanah yang
bersifat “Rechts Kadaster” dengan asas bahwa penguasaan saja terhadap suatu bidang tanah belum merupakan jaminan bahwa orang tersebut berhak atas
tanahnya nemo plus yuridis. UUPA masih meninggalkan banyak pekerjaan rumah. Di samping itu,
masalah pertanahan yang dihadapi tidak semakin berkurang, namun justru bertambah dalam kompleks permasalahannya. Di dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan UUPA ataupun peraturan-peraturan lain yang relevan, pada umumnya tidak dilengkapi dengan
pemikiran yang tuntas terhadap peraturan pelaksanaannya. Kesenajangan ini bila dibiarkan terlampau lama tentu menimbulkan ketidakpastian hukum.
107
Perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk
bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah
memberikan perlindungan pengayoman kepada masyarakat. Oleh karena itu,
107
Maria Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Penerbit Kompas, Jakarta, 2006, hal 6-7
79
perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.
108
Kenyataan di lapangan bidang-bidang tanah yang diwakafkan masih banyak yang belum jelas statusnya atau belum memperoleh kepastian hukum
karena belum dilaksanakan pendaftaran haknya atau belum disertifikatkan, kendati tanah tersebut sudah dimanfaatkan untuk kepentingan yang langsung berhubungan
dengan kepentingan keagamaan dan sudah digunakan sesuai dengan fungsinya serta sudah diakui oleh masyarakat.
Dalam praktek, perwakafan tanah ini masih belum dapat kepastian hukum atas bidang-bidang tanahnya. Dalam hal pemerintah berkehendak agar perwakafan
tanah tidak hanya sampai pada penyerahan tanah tersebut oleh masyarakat Tionghoa, tetapi harus didaftarkan guna mendapatkan kepastian hukum atas tanah
yang diwakafkan, hasil dari pendaftaran tersebut adalah sertifikat tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
109
Chadidjah Dalimunte, mengemukan dalam penjelasan Pasal 19 UUPA No. 5 Tahun 1960, dinyatakan bahwa untuk menjamin kepastian hukum, hak-hak atas
tanah harus didaftarkan, pendaftaran tanah berfungsi untuk melindungi sipemilik, disamping itu pendaftaran tanah juga berfungsi untuk mengetahui status bidang
tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebaginya, dengan kata lain pendaftaran tanah bersifat Land Information dan
geografis information system.
110
108
Raharjo, Satjipto, Sisi-sisi lain dari Hukum di Indonesia. Jakarta; Kompas, 2003, hal 56
109
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Lubis, Op.Cit, hal 231
110
Chadijah Dalimunthe, Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan permasalahannya, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara Medan, 2000, hal. 15.
Apa yang diperintahkan Pasal 19 UUPA, maka oleh pemerintah telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 telah
80
diatur lebih lanjut sebagai penegasan hak, pendaftaran tanah merupakan wujud nyata dari penjabaran yang terkandung dalam UUPA No. 5 Tahun 1960, yang
menginginkan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan nasional serta memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh
rakyat. Pada dasarnya yang didaftarkan dalam pendaftaran tanah itu adalah hak
dimana fungsi hak lebih dominan dalam pendaftaran tanah, yang terdaftar bukan hak, tetapi fungsi hak dengan tujuan akhir dari pendaftaran tanah adalah untuk
memungsikan haknya tersebut. Dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah penegasan tentang sejauhmana kekuatan
pembuktian sertifikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat. Untuk itu dikatakan bahwa selama dan sebelum dibuktikan sebaliknya atas data fisik dan
data yuridis yang dicantumkan dalam sertifikat tersebut harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam sengketa
di Pengadilan sepanjang data tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanahnya.
Dalam proses pendaftaran tanah dengan pemberian sertifikat, diperlukan ketelitian dan ketepatan dari proses yang mendahuluinya sehingga suatu bidang
tanah terdaftar, serta prosedur yang dilalui lebih efektif dan efisien, agar tidak memberatkan terhadap kepentingan rakyat banyak. Oleh karena itu, pemerintah
harus menciptakan pendaftaran tanah ini melalui suatu yang sangat teliti dan terarah, sehingga tidak mungkin asal saja. Lebih-lebih lagi bukan tujuan
pendaftaran tanah tersebut sekedar hanya diterbitkannya bukti pendaftaran tanah saja.
81
Usaha di bidang pendaftaran tanah jelas bertujuan untuk memberikan kepastian hukum kepada pemegang haknya dan demikian juga kepada obyek
luasnya dan batasnya, sehingga pemerintah maupun pihak yang berkepntingan dapat dengan mudah untuk mengetahui data-data yang disimpan di kantor
pertanahan baik tentang subyek maupun obyek hak atas tanah disusun sedemikian rupa dan dapat diteliti agar dikemudian hari memudahkan siapapun yang ingin
melihat data-data tersebut, apakah itu calon pembeli ataukah kreditur ataukah pemerintah sendiri dalam rangka mempelancar setiap peralihan hak atas tanah atau
dalam rangka pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah. Atas dasar hal tersebut di atas, maka tujuan pendaftaran tanah adalah untuk penyediaan data-data
penggunaan tanah bagi pemerintah maupun untuk masyarakat sendiri demi terjaminnya kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah. Keteranganketerangan
mengenai data-data pertanahan yang terhimpun di kantor pertanahan, dikelompokkan menjadi 2 dua yaitu:
111
1. Kelompok Yuridis, yang menghimpun data-data tentang nama hak atas tanah,
siapa pemegang, peralihan dan pembebanannya jika ada, semua ini dihimpun dalam Buku Tanah;
2. Kelompok Teknis, yang menghimpun data-data tentang letak tanah dimana,
panjang atau lebar tanah serta batas-batas tanah semuanya ini dihimpun dalam surat ukur.
Berdasarkan keterangan-keterangan data-data pertanahan di dalam kedua kelompok di atas, diterbitkanlah sertifikat tanah. Jadi dengan demikian sertifikat
tanah adalah salinan dari buku tanah dan salinan dari surat ukur yang keduanya
111
http: www.bpn.com. html, diakses tanggal 23 April 2015
82
kemudian dijilid menjadi satu serta diberi sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri. Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasa Belanda Certificaat yang
artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu. Maka sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas
sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu
mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang. Telah dikatakan bahwa sertifikat tanah berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat atas pemegang sebidang tanah, yang dimaksud kuat di sini mengandung arti bahwa sertifikat tanah itu tidaklah merupakan alat bukti yang
mutlak satu-satunya, jadi sertifikat tanah tersebut menurut sitem pendaftaran tanah yang di anut UUPA masih harus dibuktikan di Pengadilan Negeri bahwa sertifikat
tanah yang dipersengketakan adalah tidak benar. Sebagai penegasan hak, maka Pasal 65 ayat 1 a Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah disebutkan bahwa hak atas bidang tanah yang alat bukti tertulisnya lengkap atau alat buktinya tidak lengkap
tapi ada keterangan saksi, maupun pernyataan yang bersangkutan dan keterangan yang dapat dipercaya dari sekurang-kurangnya 2 dua orang saksi dari lingkungan
masyarakat setempat yang menyatakan yang bersangkutan adalah benar pemilik bidang tanah yang bersangkutan.
112
Dalam kegiatan pendaftaran tanah, kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah secara terus menerus adalah dalam rangka menginventarisasikan
112
Dapat dibaca Muhammad Yamin Chadidjah Dalimunthe, Modul Hukum Agraria, Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan,
2009
83
datadata yang berkenaan dengan hak-hak atas tanah menurut UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, sedangkan
pendaftaran hak atas tanah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang hak yang bersangkutan dan dilaksanakan secara terus menerus setiap
ada peralihan hak atas tanah tersebut, dalam rangka mengiventarisasikan data-data peralihan hak atas tanah menurut UUPA dan guna mendapatkan sertifikat tanda
bukti hak atas tanah yang kuat. Jika ditelusuri dari awal proses pendaftaran tanah wakaf yang dilaksanakan
pada masyarakat Tionghua di Kota Medan sebagian besar belum melaksanakan
ketentuan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Dikarenakan undang-undang wakaf tersebut belum sepenuhnya dipahami dan ditaati. Keadaan
ini karena kurangnya sosialisasi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf oleh pihak-pihak yang berkompeten, karena tidaklah dengan sendirinya
semua warga masyarakat mengetahui dan memahami seluk beluk mengenai pendaftaran perwakafan tanah milik. Dalam kenyataannya wakif maupun Nazhir
mengabaikan unsur kepastian hukum atas tanah wakaf dan beranggapan bahwa tidak mungkin terjadi persengketaan atas tanah wakaf tersebut, sebab apabila ada
orang yang berani menuntut tanah wakaf, maka orang itu berdosa besar. Pengabaian kepastian hukum oleh masyarakat Tionghoa dapat saja menimbulkan
perubahan status tanah wakaf, misalnya fungsi tanah berubah peruntukannya menjadi milik pribadi. Untuk menjamin kepastian hak dan kewajiban hukum atas
tanah. Pendaftaran tanah dilakukan sangat berguna bagi pemegang hak atas tanah
terutama untuk memperoleh bukti kepemilikan hak dengan dikeluarkannya
84
sertipikat hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Perlindungan hukum terhadap tanah wakaf pada masyarakat Tionghoa di Kota
Medan masih lemah, karena pelaksanaan perwakafan belum sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Hal tersebut
terlihat masih banyaknya tanah wakaf yang belum bersertipikat, di mana tujuan Undang-Undang tersebut memberikan perlindungan hukum tanah wakaf kepada
masyarakat Tionghoa. Terlihat dari masih banyaknya tanah wakaf yang belum bersertipikat, karena sertipikat itu merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat bukti yang kuat.
E. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat Tionghua dalam pelaksanaan