Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002
USU Repository ©2006
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Gurusinga
Deskripsi berikut ini mengenai lokasi desa Gurusinga, keadaan lingkungan alam penduduk dan tata ruang desa. Topik ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan bahwa sarana
dan prasarana yang terdapat di desa ini sangat mendukung untuk kegiatan praktik tanam campuran petani.
1. Lokasi dan Penduduk Desa Gurusinga
Desa Gurusinga secara administratif dibagi ke dalam empat dusun
3
. Desa ini merupakan desa terluas kedua di wilayah kecamatan Berastagi, mencapai 600 ha, dan juga
memiliki areal perladangan terbesar mencapai 315 ha. Areal perladangan ini digunakan secara efektif untuk penanaman hortikultura, khususnya sayur-sayuran. Pemanfaatan lahan lainnya
digunakan untuk pemukiman seluas 35 ha, tanah wakaf 3 ha, hutan lindung dan hutan masyarakat 130 ha, rawa-rawa 30 ha, lain-lain 87 ha BPS, 1997.
Desa ini diapit oleh beberapa desa di wilayah Kecamatan Berastagi dan desa-desa lain di wilayah Kecamatan Simpang Empat. Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lingga
Julu, di utara berbatasan dengan Desa Raya dan Desa Rumah Berastagi dan Desa Gundaling II. Sementara di sebelah barat berbatasan dengan Desa Bulan Baru dan Desa Raja Payung, dan
di timur berbatasan dengan Desa Kaban. Desa Gurusinga memiliki sarana jalan yang cukup baik. Sarana jalan ini
menghubungkan Desa Gurusinga dengan desa lainya, dan juga dengan ibu kota kecamatan dan ibu kota kabupaten lihat lampiran peta-l. Dari Ibu kota Propinsi Sumatera Utara, desa ini
dapat dicapai dalam waktu satu jam tiga puluh menit, dengan jarak berkisar 60 km. Sementara dari ibu kota kabupaten di Kabanjahe, desa ini dapat dicapai dalam waktu lima belas sampai
dua puluh menit. Desa ini juga dapat dicapai dengan mudah dalam waktu yang cukup singkat melalui dua jalur dari terminal di Ibu kota kecamatan di Berastagi.
3
Dusun I dan II terletak di Kuta atau Gurusinga, begitu sebutan yang digunakan penduduk untuk kompleks pemukiman yang terletak di desa ini. Dusun III disebut Korpri dan dusun IV disebut Tangkulen lihat peta-l.
13
Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002
USU Repository ©2006
Pada jalur pertama, bus akan melewati Desa Gundaling Dua untuk menuju dusun IV. Perjalanan sekitar sepuluh menit dengan jarak berkisar 1 km. Penduduk Gurusinga yang
berdomisili di dusun IV tinggal terpisah dengan ke tiga dusun lainnya. Lokasi dusun ini terletak di pinggir jalan umum antar kecamatan, penduduknya tinggal berdampingan, serta
dapat berinteraksi dengan penduduk dari desa lain setiap hari. Dusun ini lebih juga dekat ke ibu kota kecamatan.
Transportasi umum dan truk pengangkut hasil ladang lebih lancar berhilir mudik melewati dusun IV
4
. Di samping itu, mobilitas penduduknya juga cukup tinggi untuk ke luar- masuk desa setiap saat. Hal ini memungkinkan setiap individu bertemu dan berbicara dengan
banyak orang. Petani dapat pergi ke kios untuk mencari informasi tentang harga pupuk dan pestisida, ataupun berdiskusi tentang kebutuhan pestisida untuk tanaman mereka, atau ke pasar
untuk mencari informasi tentang perkembangan harga dan distribusi barang. Hal ini merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi petani dalam hubungannya dengan
kegiatan perladangan. Terutama saat ini, petani sangat ‘gusar’ terhadap fluktuasi harga dan tingginya harga-harga pupuk dan pestisida.
Jalur kedua menuju desa membutuhkan waktu sedikit lebih lama, berkisar 20menit, dengan jarak berkisar 3-4 km dari terminal di Kecamatan Berastagi. Jalur ini akan melewati
jalan utama menuju kota kabupaten sebelum tiba di Gurusinga lihat lampiran peta-l. Dari terminal menuju Desa Gurusinga, bus terlebih dahulu akan melewati Desa Rumah Berastagi
dan Desa Raya yang terkenal dengan jenis cocok tanam capcai
5
. Kemudian, setelah melewati
kedua desa ini, bus akan membelok ke kanan memasuki Dusun III Korpri Desa Gurusinga. Kemudian, bus akan berhenti tepat di tengah kuta Dusun I dan II, karena tujuan bus dan
penumpang pada jalur ini hanyalah menuju Desa Gurusinga lihat lampiran peta-1. Lalu lintas bus dan truk pengangkut hasil ladang pada jalur ini juga sangat lancar dan tersedia setiap saat
dimulai pada pagi hari berkisar pukul 06.00 wib sampai berkisar pukul 18.
00
atau 19
00
wib setiap harinya
6
.
4 Di dusun IV ini terdapat 8 gudang penyimpanan dan gudang untuk memuat produk-produk hasil pertanian. 5 Capcai adalah penyebutan untuk sekelompok jenis tanaman yang berusia 3 bulan. Namun, beberapa dari jenis tanaman ini
dapat dipanen dan laku di jual ke pasar walupun usianya masih sekitar dua bulan Tanaman tersebut antara lain adalah selada, daun bawang, daun saledri, daun ketumbar, sayur manis, ketna, dan bit.
6 Jalur kedua ini akan terlihat lebih sibuk dengan lalu lalangnya truk- truk ukuran sedang dan besar yang mengangkut hasil komoditi hortikultura dan buah - buahan jeruk dari desa lain. Hal ini disebabkan karena di Dusun III terdapat empat gudang
bongkar muat hasil ladang dalam jumlah besar.
14
Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002
USU Repository ©2006
Jalur alternatif menuju kuta Dusun Idan II dapat di tempuh melalui dusun IV, dengan membelok ke kiri pada simpang Gurusinga, begitu penduduk menyebut nama persimpangan
jalan tersebut lihat lampiran peta-l. Persimpangan ini berbatasan dengan Desa Raja Payung. Melalui simpang ini, waktu tempuh berkisar 15 menit mencapai kuta dusun I dan II dan
Korpri dusun III. Kemudahan melakukan perjalanan dari dan ke desa ini juga disebabkan karena
beberapa penduduk desa memiliki sarana transportasi pribadi, seperti mobil dan sepeda motor. Kemudahan untuk memperoleh informasi melalui media komunikasi juga telah dapat
dirasakan penduduk Gurusinga. Seluruh keluarga petani telah memiliki sebuah pesawat radio tape. Sementara untuk kepemilikan pesawat televisi, hampir seluruh keluarga telah
memilikiya. Sarana informasi melalui media cetak, seperti koran lokal juga tersedia di beberapa warung kopi. Di dusun I dan II terdapat 8 warung kopi, di Dusun II terdapat 3
warung kopi, dan di Dusun IV terdapat 2 warung kopi. Semua warung kopi ini berlangganan koran setiap harinya. Warung kopi ini merupakan tempat bagi penduduk desa khususnya pria
untuk menghabiskan waktu luang mereka. Penduduk Desa Gurusinga ini hampir seluruhnya orang Karo. Penduduk Desa
Gurusinga terdiri dari 465 kk, dan jumlah penduduk secara keseluruhan mencapai 2027 jiwa. Terdapat juga orang Jawa dan Toba yang merupakan kelompok pendatang. Kelompok
pendatang ini tidak dihitung dalam data kependudukan desa. Mereka hanya diwajibkan untuk melaporkan kedatangannya. Mereka tinggal di Gurusinga untuk sementara waktu, bekerja
sebagai buruh tani harian, dan dapat pergi kapan saja sesuka hati mereka. Data kependudukan Desa Gurusinga berdasarkan mata pencaharian penduduknya
menunjukkan bahwa dari 465 kk yang ada di desa, terdapat 375 kk sebagai petani, 70 kk pedagang dan 20 kk pegawai negeri lihat lampiran 4. Beberapa dari keluarga pedagang dan
pegawai negeri juga melakukan kegiatan cocok tanam di ladang. Ladang tersebut merupakan warisan dari orang tua mereka. Di samping itu, beberapa penduduk dari semua golongan mata
pencaharian ini juga melakukan usaha sampingan dengan beternak sapi, kerbau, ayam, itik serati, bebek dan juga angsa, baik disekitar rumah atau di ladang mereka.
15
Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002
USU Repository ©2006
Usaha sampingan ini tidak untuk dijual. Sapi atau kerbau merupakan investasi bagi petani, dapat juga digunakan petani untuk menarik pedati ke dan dari ladang, sebagai alat transportasi
mereka atau untuk mengangkat pupuk dan hasil ladang. Sementara ternak lainnya untuk dikonsumsi sendiri. Penduduk yang disebut pedagang adalah mereka yang membuka usaha-
usaha kedai kopi, kedai nasi, warung kelontong, penjual gorengan, pengusaha angkutan bus, pedagang perantara, serta pemilik kios pupuk dan pestisida. Sementara mereka yang disebut
pegawai adalah penduduk yang bekerja di kantor-kantor pemerintahan atau berprofesi sebagai guru, baik di sekolah swasta ataupun negeri.
Data kependudukan lainnya menunjukkan bahwa sebahagian besar dari penduduk dewasa usia 50-60 tahun memiliki pendidikan hanya tamat sekolah dasar SD, yakni
berjumlah 615 orang. Penduduk yang tidak tamat SD berjumlah 345, dan jumlah ini hampir sama banyak dengan penduduk yang memiliki pendidikan hanya sampai pada tingkat SLTP.
Sementara, penduduk yang mengenyam pendidikan sampai jenjang SLTA mencapai 200 orang, dan jenjang akademi mencapai 125 orang. Penduduk yang memiliki gelar sarjana juga
mencapai 98 orang. Selain itu juga terdapat beberapa kelompok anak-anak yang belum mencapai usia sekolah sekitar 254 orang. Beberapa penduduk yang telah mengenyam
pendidikan hingga tingkat sarjana ini berasal dari lulusan Universitas Karo UKA yang berada di ibu kota kabupaten di Kabanjahe.
Penduduk Gurusinga juga memeluk agama yang berbeda-beda. Pemeluk Kristen Protestan memiliki jumlah terbesar, yaitu 1185 jiwa. Pemeluk agama Islam berjumlah 510
jiwa. Pemeluk agama Katolik berjumlah 230 jiwa, dan pemeluk aliran kepercayaan berjumlah 120 jiwa. Sehingga jumlah total penduduk desa ini adalah 2027 jiwa.
2. Kondisi Lingkungan Alam dan Tata Ruang Desa Gurusinga