KIasifikasi T anaman Berdasarkan Fluktuasi Harga

Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository ©2006

8. KIasifikasi T anaman Berdasarkan Fluktuasi Harga

Petani menggolongkan jenis tanaman atas fluktuasi harga menjadi dua bagian; tanaman dengan perubahan harga yang sangat cepat dan tanaman dengan perubahan harga yang tidak terlalu cepat. Petani menyebut tanaman dengan fluktuasi harga tinggi dengan tanamen ngeri atau tanamen ngeri-ngeri sedap, seperti; tomat, kentang, cabai merah, kubis bunga dan wortel 18 . Harga tanaman ini dapat berubah ‘jauh’ dalam hitungan hari. Perbedaan harga sangat mencolok dari hari ke hari. jenis tanaman ini sebahagian besar tergolong tanaman ekspor. Besamya permintaan ekspor barang menentukan perubahan harga. Tanaman yang tergolong memiliki fluktuasi harga pasar yang tidak terlalu cepat adalah; buncis, brokoli, lobak, jenis terung dan jenis capcai kecuali wortel. Jenis tanaman ini tidak berubah secara mencolok perbedaan harganya. Jika naik,harga tidak terlalu tinggi dan jika turun harga tidak jatuh terlalu besar l9. Sehubungan dengan fluktuasi harga ini, petani menempuh beberapa cara untuk: mendapatkan informasi baru yang di ‘up date’ setiap hari bahkan beberapa kali dalam sehari, terutama apabila petani hendak menjual tanamannya. Petani mengembangkan jalur informasi dengan para agen dan perko per. Bahkan banyak petani yang membuka jalur informasi dengan tukang timbang di pasar induk dan juga dengan supir angkot dalam kotaantar kampung. Mereka inilah yang lebih cepat mendapat informasi mengenai harga barang, jenis tanaman yang ‘banjir barang’, arus ekspor, distribusi antar kota. 18 Petani Gurusinga menjelaskan bahwa harga jenis tanaman ngeri ini dapat tiba-tiba menjadi mejile mahal dan juga tiba- tiba menjadi mejin murah. Menurut pengalaman petani dalam menjual tanaman ini, mereka dapat untung besar tetapi juga dapat memperoleh kerugian besar. 19 Petani-petani rnenjelaskan penyebab perubahan harga dengan beragam versi. Beberapa petani mengatakan harga dapat berubah-ubah karena jumlah panen yang sangat banyak atau ‘banjir barang’ untuk jenis tanaman yang sama. Harga dapat naik jika ada permintaan barang dari daerah lain atau dari luar negeri, atau karena kegagalan panen di daerah lain untuk satu jenis tanaman tertentu. 29 Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository ©2006

C. Bentuk-Bentuk Praktik Tanam Campuran Petani

Petani hortikultura di Desa Gurusinga memperlihatkan adanya perbedaan-perbedaan pada bentuk praktik tanam campuran mereka. Perbedaan tersebut dapat dibedakan dalam lima bentuk pola tanam. Petani membedakannya secara tegas dalam penamaan tertentu untuk setiap pola tanam, yaitu; campur-campur, tumpang tindih, tua-muda, rotasi sada-sada dan bertingkat. Menurut petani, perbedaan penyebutan ini didasarkan pada jenis dan jumlah percampuran tanaman di dalam ladang tersebut. Dengan kata lain, perbedaan penyebutan tersebut berhubungan dengan bentuk klasifikasi petani atas tanaman-tanaman hortikultura yang mereka budidayakan. Uraian berikut akan mendeskripsikan bagaimana bentuk pola tanam itu dilakukan petani Gurusinga. 1. Pola Tanam Campur-campur Pada pola tanam campur-campur, petani-petani menanam lebih dari satu jenis tanaman muda di ladang. Tanaman tersebut dapat berasal dari tanaman ekspor atau lokal. Jenis tanaman yang dipilih cenderung memiliki usia panen satu kali. Dalam melakukan penanaman, petani membuat perencanaan waktu tanam dan waktu panen yang tidak serentak antara beberapa jenis tanaman yang dipilih. Dengan demikian, petani dapat melakukan perawatan dengan baik untuk semua tanamannya. Tujuan penanaman cenderung untuk dijual ke pasar tanamen dayaan. Pada pola tanam ini, petani menata ladangnya dengan membagi satu lahan ladang menjadi beberapa petak. Ukuran setiap petak tergantung pada keinginan si petani. Beberapa jenis tanaman akan ditanam petani dalam setiap petak. Satu petak dapat juga hanya satu jenis tanaman. Sehingga akan terlihat keragaman tanaman dalam tiap petak-petak di satu ladang. Ladang petani akan terlihat seperti pola kain perca ‘tambal-sulam’. Satu petak akan berwama hijau dan berdaun lebat dengan ukuran tinggi berkisar setengah meter. Petak lain berwarna lebih putih, sangat pendek dan tidak memiliki batang tanaman. Petak lainnya hanya berupa barisan gundukan tanah dengan tanaman yang masih berukuran tinggi sekitar 10 cm. 30