Petani Lahan Tunggal Strategi Tanam untuk Peningkatan Hasil

Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository ©2006 Petani dengan pola tanam ragi-ragi juga mengatakan mereka adalah petani penanam tanaman campuran. Petani - petani ini menjelaskan bahwa mereka juga menanam jenis tanaman muda lain di lahan ladang mereka lainnya dengan pilihan pola tanam yang berbeda, seperti tua-muda atau tumpang-tindih. Menurut beberapa petani, mereka melakukan beberapa pilihan pola tanam karena mempunyai lebih dari satu ladang.

D. Strategi Tanam untuk Peningkatan Hasil

Petani di Gurusinga menerapkan beragam pola tanam di ladang mereka. Pilihan pola tanam masing-masing petani cenderung didasarkan pada pengalaman mereka dalam menanam jenis tanaman tersebut pada waktu tanam yang lampau. Pengalaman itu mengajarkan kepada mereka apa yang harus ditanam pada waktu tanam berikutnya. Berikut ini akan dideskripsikan bagaimana petani Gurusinga menerapkan pilihan strategi pola tanam untuk mendapat keuntungan maksimal di setiap panen.

1. Petani Lahan Tunggal

Petani dengan lahan tunggal mengantisipasi ketidakpastian iklim, serangan hama dan fluktuasi harga pasar dengan menggunakan dua strategi. Pertama, mereka memilih beberapa jenis pola tanam dan ada juga petani yang menyewa ladang lain. Petani dengan modal relatif kecil dan tidak berani berspekulasi untung-untungan cenderung memilih alternatif pertama. Petani dengan modal relatif besar dan bagi mereka yang berani berspekulasi akan memilih alternatif kedua. Bagi petani yang memilih alternatif pertama cenderung akan memilih pola tanam campur-campur, tumpang tindih. Beberapa petani lainnya ada juga memilih pola tanam tua- muda. Tua-muda kurang diminati kelompok petani dengan modal relatif keciI karena biaya perawatan tanaman tua seperti jeruk relatif mahal menurut mereka. Selain itu tanaman jeruk baru mulai dapat menghasilkan setelah 2 tahun 21 . 21 Menurut petani di Gurusinga, tanaman jeruk telah mulai berbuah setelah berusia lebih dari satu tahun. Mereka mengatakan buah yang dihasilkan belum memberi keuntungan karena relatif sedikit. Mereka menyebut usia ini dengan penyebutan sangana erlajar erbuah sedang belajar berbuah. Masa ini buah jeruk hanya dapat diharapkan untuk dikonsumsi sendiri dan hanya relatif sedikit jumlah yang dapat dijual. Pada periode panen awal ini, menurut petani hasil penjualan jerukpun tidak cukulp untuk membeli pupuk dan pestisida yang digunakan untuk merawat jeruk. 34 Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository ©2006 Penanaman beragam tanaman ini dimaksudkan petani untuk mengantisipasi kerugian akibat kondisi ketidakpastian iklim, serangan hama dan penyakit dan juga fluktuasi harga tanaman yang sangat cepat. Jika tidak diantisipasi dengan pilihan keragaman tanaman, maka jika bernasib baik dapat untung besar. Tetapi juga dapat rugi besar. Petani yang hanya memiliki satu lahan dan tidak menyewa lahan ini mengatakan bahwa masalah utama yang tidak dapat mereka tangani dari tiga kondisi ketidakpastian di atas adalah tingginya fluktuasi harga pasar. Sebagaimana diungkapkan Pak SG 45 tahun: Kalau iklim itu adalah hak Tuhan Yang Kuasa, kami petani tidak bisa campuri sama sekali, begitu juga serangan hama dan penyakit sangat tergantung iklim. Tapi masih bisa kami campuri dengan bantuan perawatan dan pestisida. Tetapi kalau harga, wah... itu kuasanya pemerintah dan Bosslah, kami tidak bisa campuri, kami ini apalah...... Jadi Untuk antisipasinya ya.. tanamlah bermacam-macam, kalau tidak tomat mahal..mudah- mudahan wortel, atau buncis atau kentang atau bunga kol kubis bunga, pen atau apa sajalah Mengenai tingginya fluktuasi harga ini, petani mengatakan bahwa mereka selalu dipusingkan dengan pilihan kapan harus memanen tanaman jika usia panen sudah tiba. Apakah pada pagi hari, siang atau sore. Karena harga dalam satu hari dapat berubah-ubah di pasar induk lokal di Berastagi. Beberapa petani malah mengatakan bahwa kesulitan tidak hanya pada saat memilih waktu panen di ladang dan kapan membawanya ke pasar, tetapi kesulitan juga timbul pada saat memilih detik-detik untuk memutuskan ‘lepas’ barang jual atau ‘tahan’ menunda menjual dengan harapan harga naik. Kompleksnya pilihan untuk menjual ini juga diungkapkan oleh Ibu NG 50 thn yang mengelola lahan tunggal: “Saya pernah pilih panen buncis pagi hari, lalu menjelang siang saya bawa ke pasar Berastagi, sekitar jam 2 siang ada yang tawar Rp.700 satu kilo. Saya tidak jual dengan harapan sebentar lagi mungkin akan naik, karena saya lihat tidak ada petani yang bawa buncis, eh.. malah turun jadi Rp650,- satu kilo. Tunggu lagi naik sedikit jadi Rp.700,- tunggu lagi naik jadi Rp.850,- tunggu lagi jadi Rp.800,- tunggu lagi Rp.700,- akhirnya sampai jam 5 sore harapan saya tidak terkabul. Harga turun dan akhirnya saya lepas dengan harga Rp.650,- padahal ada sekitar 50 kg panen saya, coba bayangkan kalau saya hanya tanam buncis, kan rugi,,;saya punya harapan dari tanaman wortel yang 4 hari lagi bisa dipanen”. 35 Sri Alem Sembiring: Pengetahuan Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository ©2006 Kondisi ketidakpastian ini juga yang menyebabkan petani dengan ladang tunggal ini tidak berani berspekulasi untuk menyewa ladang lain. Karena disamping biaya sewa ladang yang relatif tinggi menurut mereka. Mereka juga ditakutkan dengan kerugian akibat naik- turunnya harga yang begitu cepat untuk sebahagian jenis tanaman muda yang mereka budidayakan. Bagi petani lahan tunggal yang memilih alternatif kedua, yaitu dengan menyewa lahan lain mempunyai dilemma yang sama dengan petani pemilik lahan lebih dari satu lahan multi. Karena mereka juga sudah tergolong sudah memiliki lahan lebih dari satu. Sehingga strategi mereka cenderung sama dengan petani lahan multi sebagaimana yang akan diuraikan dibawah ini.

2. Petani Lahan Multi