BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat –alat
− Cawan petridish
− Kertas saring whotman
− Neraca Analitik
Metter Toledo AB 204-5 −
Oven Memmert
− Tang penjepit
− Labu alas
Pyrex −
Timbel −
Kapas −
Soklet Besttech
− Kondensor
BLT Duran 5042 −
Hot plate −
Desikator
3.2 Bahan – bahan
− N-hexan
− Air kondensat rebusan
Universitas Sumatera Utara
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Penentuan Kadar Air
1. Diambil sampel air kondensat pada tekanan 1,5 kgcm2, 2,0 kgcm2, dan 2,8
kgcm2. 2.
Didinginkan 3.
Ditimbang cawan petridish dengan menggunakan neraca analitik. 4.
Dimasukkan sampel air kondensat sebanyak ± 10 gram lalu ditimbang. 5.
Dimasukkan cawan petridish yang telah berisi masing-masing sampel kedalam oven pada suhu 1050 C selama 3 jam.
6. Dikeluarkan sampel dari oven dan dimasukkan kedalam desikator selama ± 20
menit. 7.
Ditimbang cawan yang telah diovenkan dan dihitung kadar airnya.
3.3.2 Penentuan Kadar Minyak
8. Dimasukkan sampel kedalam timbel, lalu ditutup dengan kapas.
9. Ditimbang labu alas kosong, kemudian diisi dengan n-hexan sebanyak 250 ml.
10. Dimasukkan timbel dan n-hexan kedalam soklet.
11. Diekstraksi dengan memakai kondensor sebagai pendingin dan hot plate
sebagai pemanas selama ± 4 jam. 12.
Dimasukkan labu alas yang digunakan pada waktu ekstraksi kedalam desikator selama ± 20 menit.
13. Ditimbang labu alas 250 ml, yang digunakan pada saat ekstraksi.
14. Dihitung kadar minyak untuk masing-masing puncak dari sampel yang
digunakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Data
Tabel 4.1 Data hasil analisa pengaruh tekanan terhadap kadar air, dan kadar minyak didalam air kondensat rebusan yang dianalisa di Laboratorium PKS Sei –
Mangkei tahun 2010:
4.1.2. Perhitungan
Dari data yang dikumpulkan di laboratorium, maka dapat dihitung kadar air dan kadar minyak dalam air rebusan yang dinyatakan dalam persen berat. Sebagai
contoh perhitungan diambil sampel pada tekanan 1,5 kgcm
2
dan waktu 70 menit.
Analisa Tekanan
Uap kg cm
Waktu Perbusan
menit A
g B
g C
g Kadar
Minyak Kadar
Air 1
1.50 70
10.6789 0.6696
0.0811 0.76
93.73 2.00
90 10.5697
0.5909 0.1754
1.66 94.21
2.50 110
10.5645 1.0734
0.3665 3.47
89.84 2
1.50 70
10.5471 0.8311
0.0938 0.89
92.12 2.00
90 10.5648
0.5947 0.1626
1.54 94.37
2.50 110
10.5570 1.1707
0.3314 3.14
88.71 3
1.50 70
10.5659 0.8315
0.0644 0.61
92.13 2.00
90 10.5650
0.6117 0.2028
1.92 94.41
2.50 110
10.5591 1.1921
0.4128 3.91
88.91
Universitas Sumatera Utara
0, 6696 100
10, 6789 6, 27
g x
g =
=
Sisa uapan =
massa zat menguap g Massa contoh g
X 100
- Persentase kadar air dalam air kondensat rebusan adalah :
Sebelum dioven Massa cawan kosong + contoh
= 49,4331 g Massa cawan kosong
= 38,7542 g -
Massa contoh = 10,6789 g
Setelah penguapan dalam oven selama 3 jam, dengan suhu 105 C
Massa cawan kosong + contoh = 39,4238 g
Massa cawan kosong = 38,7542 g
- Massa contoh
= 0,0669 g
Kadar Air = 100 - Sisa uapan = 100 - 6,27
= 93,73
- Persentase kadar minyak daam air kondensat rebusan adalah :
Massa minyak dalam air setelah diekstraksi Massa labu kosong + contoh
= 110,2783 g Massa labu kosong
= 110,2078 g - Massa minyak
= 0,0811 g
Universitas Sumatera Utara
kadar minyak = massa minyak g
massa contoh g x 100
=
0,0811 10,6789
x 100
=
0,76
Maka persentase minyak yang terikut pada air kondensat adalah
Sehingga akan didapat persentase rata-rata kadar air dan kadar minyak didalam air kondensat pada laboratorium PKS Sei Mangkei, diperoleh data sebagai
berikut : Tabel 4.2 : Pengaruh Tekanan uap dan Waktu perebusan terhadap persentase
rata-rata kadar air dan kadar minyak didalam air kondensat rebusan yang dianalisa di laboratorium PKS Sei Mangkei 2010 :
Analisa Tekanan
Uap kgcm
Waktu Perebusan
menit Kadar
Minyak Kadar
Air
1 1.50
70 0.75
92.06 2
2.00 90
1.70 94.33
3 2.80
110 3.50
89.15
Rata-rata 2.1
90 1.98
92.04
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan
Dari data hasil analisa diatas terlihat bahwa semakin tinggi tekanan perebusan, maka kadar minyak yang dihasilkan akan tinggi. Sedangkan untuk kadar airnya akan
tinggi pada tekanan uap perebusan dipuncak kedua 2 kgcm
2
. Hal ini disebabkan karena uap panas steam pada tekanan uap perebusan puncak pertama 1.5 kgcm
2
tidak semua terbuang, masih tertinggal didalam perebusan, dan akan terbuang pada saat pembuangan uap di puncak kedua. Tekanan yang tinggi, dengan sendirinya
memberikan temperatur yang tinggi. Dan semakin tinggi tekanan yang digunakan, maka akan semakin besar uap panas Steam yang diperlukan.
Kehilangan minyak yang paling rendah adalah pada kondisi tekanan 1,5 kgcm
2
, dan waktu 70 menit.Namun pada kondisi kerja seperti ini, perebusan tandan buah segar belum mencapai hasil yang optimal, karena semua brondolan buah belum
matang, terutama bagian dalamnya. Sehingga akan mengganggu proses pengolahan selanjutnya. Hal demikian juga terjadi pada kondisi kerja dengan tekanan 2,0 kgcm
2
.
Dengan kondisi tekanan 2,8 kgcm
2
, diharapkan kadar minyak dalam air kondensat dapat ditekan sekecil mungkin. Tetapi pada kenyataannya kehilangan
minyak telah melebihi batas normal pada PKS Sie Mangkei. Dimana kadar minyak diperoleh 0,75 – 3,50 . Sedangkan batas normal yang telah ditetapkan untuk
kehilangan minyak dalam air kondensat 0,70 . Namun pada kondisi tersebut, perebusan telah mencapai hasil yang optimum dan sempurna yaitu brondolan sudah
dapat lepas dari tandannya. Hal ini dapat dilihat pada proses selanjutnya, dimana buah akan mudah terpipil dan pengempaan pada screw press sempurna. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
kehilangan minyak pada stasiun ini semakin kecil. Selain itu minyak dapat mudah dipucatkan dan menghasilkan minyak yang kandungan ALB rendah sehingga dapat
meningkatkan rendemen minyak.
Tingginya kehilangan minyak dan kadar air dalam air kondensat pada PTPN III Sei Mangkei disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu, sebaiknya buah yang
ingin diolah langsung diolah dalam keadaan segar. Tekanan Uap perebusan, untuk mendapatkan hasil kerja yang baik maka harus diperhatikan tekanan uap perebusan
yang digunakan. Tekanan uap perebusan optimal adalah 2,8 kgcm
2
.
Tekanan yang rendah dan waktu perebusan yang singkat akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut yaitu, buah yang kurang masak sehingga brondolan tidak lepas
dari tandan yang menyebabkan kehilangan minyak dalam tandan kosong meningkat, persentase brondolan yang tertinggal dalam tandan meningkat,kadar air pada biji akan
meningkat sehingga pemisahan inti dengan cangkang akan lebih sulit dilakukan, pelumatan dalam digester tidak sempurna, dan sebagian daging buah tidak lepas dari
biji. Sehingga mengakibatkan proses pengepresan tidak sempurna dan akibatnya kerugian minyak pada ampas dan biji bertambah, ampas fiber menjadi basah yang
mengakibatkan pembakaran dalam ketel uap tidak sempurna.
Dan apabila tekanan tinggi dan waktu perebusan terlalu lama akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut yaitu, buah menjadi memar, kerugian minyak
dalam air kondensat rebusan dan tandan kosong bertambah, mutu minyak dan inti akan menurun, sebagian buah akan menjadi gosong, disebabkan oleh kenaikan
Universitas Sumatera Utara
tekanan yang sejalan dengan meningkatnya temperatur, kadar minyak pada air kondensat atau air rebusan akan meningkat.
Waktu perebusan, untuk waktu perebusan diusahakan sesingkat mungkin. Dengan suatu catatan bahwa seluruh buah matang dan akan habis membrondol pada
proses perebusan sawit. Waktu perebusan mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengatasi kehilangan minyak selama proses perebusan berlangsung. Waktu
yang terlalu lama untuk merebus tandan buah segar akan menyebabkan kehilangan minyak sebesar 0,5 dari berat buah yang diolah, sedangkan waktu perebusan yang
terlalu singkat juga akan mengakibatkan perubahan buah yang tidak sempurna dan kesulitan diwaktu pengempaaan karena buah kurang masak.
Secara umum penetapan tekanan uap dan waktu perebusan buah kelapa sawit tergantung pada bahan baku yang akan diolah. Penetapan waktu perebusan dan
tekanan uap pada setiap pabrik kelapa sawit tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan itu sendiri, meskipun parameter kehilangan minyak sawit tersebut telah
ditentukan oleh perusahaan, namun dalam prakteknya untuk mencapai parameter tersebut perlu diperhatikan adalah kualitas bahan baku yang akan diolah dan begitu
juga peralatan operasi harus bekerja cukup baik, serta keterampilan pekerja dalam menangani peralatan tersebut. Dengan demikian kehilangan minyak sawit dapat
ditekan sekecil mungkin atau sesuai dengan parameter yang ditentukan. Maka dengan perencanaan yang baik, adanya keterpaduan transpor buah ke
pabrik dan penerimaan buah dipabrik, sumber daya manusia yang berkualitas dan peralatan-peralatan dalam kondisi baik akan memberikan manfaat dan keuntungan
bagi pabrik yaitu meningkatkan rendemen minyak yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan