berasal dari departemen-departemen pusat dan pemerintah propinsi atau menggali potensi-potensi PAD yang selama ini masih belum dikelola atau bahkan belum
dimanfaatkan oleh pemerintah daerah.
2.2. Tinjauan Umum Perpajakan
2.2.1. Pengertian Pajak
Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti pemberian secara cuma-cuma namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus
dilaksanakan oleh rakyat masyarakat kepada seorang raja atau penguasa. Rakyat ketika itu memberikan upetinya kepada raja atau penguasa berbentuk natura berupa
padi, ternak atau hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa dan lain-lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan atau
kepentingan raja atau penguasa setempat, sedangkan imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat tidak ada oleh karena memang sifatnya hanya untuk
kepentingan sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat.
Namun, dalam perkembangannya kemudian, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada
kepentingan rakyat itu sendiri. Artinya pemberian yang dilakukan rakyat kepada raja atau penguasa digunakan untuk kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan
rakyat, memelihara jalan, membangun saluran air untuk pengairan sawah, membangun sarana sosial lainnya seperti taman, serta kepentingan umum lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Pembayaran dan kewajiban masyarakat kepada pemerintah adalah ibarat darah yang mengalir di urat nadi yang mengalir di tubuh manusia, yang menjadi
sumber kehidupan. Hal ini tentu dalam penyelenggaraan pemerintahan erat kaitannya dalam sumber dana yang diperoleh dari rakyat, yang dipungut berupa pajak daerah
dan retribusi daerah. Oleh karena itu, sangat signifikan dan sinergi bahwa tanpa adanya sumber dana atau keuangan bagi pemerintah tentu tidak ada program
pembangunan yang dapat dilakukan. Berkat adanya perkembangan suatu masyarakat, maka sifat upeti pemberian
yang semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya tidak memaksa tersebut, selanjutnya dibuat suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,
namun unsur keadilan lebih diperhatikan. Guna memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak,
yang nantinya akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat itu sendiri. Adanya perkembangan masyarakat yang akhirnya membentuk suatu negara
dan dilandasi unsur keadilan dalam pemungutan pajak, maka dibuatlah suatu ketentuan berupa undang-undang yang mengatur mengenai bagaimana tata cara
pemungutan pajak, jenis-jenis pajak apa saja yang dapat dipungut, harus membayar pajak, serta berapa besarnya pajak yang harus dibayar. Terlalu banyaknya undang-
undang yang dikeluarkan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan dalam pelaksanaan sehari-hari. Selain itu, undang-undang di atas ternyata dalam
perkembangannya tidak memenuhi rasa keadilan, lebih dari itu falsafah undang- undang dimaksud masih dibuat oleh dan untuk kepentingan penjajah Belanda.
Universitas Sumatera Utara
Menyadari kondisi di atas, maka pada tahun 1983 pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sepakat melakukan reformasi undang-undang perpajakan
yang ada dengan mencabut semua undang-undang yang ada dan mengundang 5 lima paket undang-undang perpajakan yang sifatnya lebih mudah dipelajari dan
dipraktikkan serta tidak menimbulkan duplikasi dalam hal pemungutan pajaknya dan unsur keadilan menjadi lebih diutamakan, bahkan sistem perpajakan yang semula
official assessment system dirubah menjadi self assessment sistem. Istilah pajak muncul pada abad ke XIX di Pulau Jawa, yaitu saat Pulau Jawa
dijajah oleh pemerintah Kolonial Inggris tahun 1811-1816. Pada waktu itu diadakan pungutan landrente yang diciptakan oleh Thomas Stafford Raffles, Letnan Gubernur
yang diangkat oleh Lord Minto Gubernur Jendral Inggris di India. Pada tahun 1813 dikeluarkan Peraturan Landrente Stelsel bahwa jumlah uang yang harus dibayar oleh
pemilik tanah itu tiap tahunnya hampir sama besarnya. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa, yaitu “ajeg”, yang berarti pungutan
teratur pada waktu tertentu. Pa-ajeg berarti pungutan teratur terhadap hasil bumi sebesar 40 persen dari yang dihasilkan petani untuk diserahkan kepada raja dan
pengurus desa. Besar kecilnya bagian yang diserahkan tersebut hanyalah berdasarkan adat kebiasaan semata yang berkembang pada saat itu.
Penduduk menanamkan pembayaran landrente itu pa jeg atau duwit pa jeg yang berasal dari bahasa Jawa “a jeg”, artinya tetap. Jadi, duwit pa jeg atau pa jeg
diartikan sebagai jumlah uang tetap yang harus dibayar dalam jumlah yang sama tiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat sekarang, istilah pajak digunakan untuk menerjemahkan istilah kata- kata asing, yaitu belasting, fiscal Belanda, tax, fiscal Inggris, dan steuer Jerman.
Dalam literatur Indonesia sekarang, “fiscal” telah menjadi istilah populer untuk sebutan pajak, walaupun sebenarnya antara kata fiskal dengan pajak terdapat
perbedaan pengertian yang luas. Istilah fiskal berasal dari bahasa Latin, yaitu fiscus, yang berarti keranjang
yang berisi uang atau kantong uang. Pada zaman Kerajaan Romawi masih berkuasa, kata fiscus dimaksudkan untuk “kantong raja”. Fiskal dalam arti luas mengandung
pengertian segala sesuatu yang ada sangkut-pautnya dengan keuangan negara termasuk pajak, sedangkan fiskal dalam pengertian sempit itulah yang disamakan
dengan pajak. Ada beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli, namun
dari berbagai definisi tersebut mempunyai atau tujuan yang sama. Menurut Kadir 2008, Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
Menurut Andriani dalam Kadir 2008:9, Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
Universitas Sumatera Utara
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Menurut Siahaan 2005, yang dimaksud dengan Pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara pemerintah berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat
dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali kontra prestasibalas jasa secara langsung, yang hasilnya
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa pajak adalah
pembayaran wajib yang dikenakan berdasarkan undang-undang yang tidak dapat dihindari bagi yang berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak
dapat dilakukan paksaan. Dengan demikian, akan terjamin bahwa kas negara selalu berisi uang pajak. Selain itu, pengenaan pajak berdasarkan undang-undang akan
menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum bagi pembayar pajak sehingga pemerintah tidak dapat sewenang-wenang menetapkan besarnya pajak.
Sedangkan menurut undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang dimaksud dengan “Pajak adalah kontribusi wajib negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Dari beberapa pengertian pajak di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pajak adalah pungutan wajib seorang penduduk kepada negara dimana dia tinggal yang
Universitas Sumatera Utara
mana nantinya dana pungutan tersebut akan dipergunakan untuk membiayai administrasi negara dan kemakmuran rakyatnya.
Dari pengertian pajak di atas dapat disimpulkan beberapa unsur, antara lain: 1.
A compulsory, merupakan suatu kewajiban yang dikenakan pada rakyat yaitu kewajiban perpajakan. Jika tidak melaksanakan kewajibannya tersebut, maka
dapat dikenakan tindakan hukum berdasarkan undang-undang. Dapat dikatakan bahwa kewajiban ini dapat dipaksakan oleh pemerintah.
2. Contribution, diartikan sebagai iuran yang diberikan oleh rakyat yang memenuhi
kewajiban perpajakan kepada pemerintah dalam satuan moneter. 3.
By Individual or Organizational, iuran yang dapat dipaksakan tersebut dibayar oleh perorangan atau badan yang memenuhi kewajiban perpajakan.
4. Received by the government, iuran yang diberikan tersebut dibayarkan kepada
pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan suatu negara. 5.
For public purpose, iuran yang diberikan dari rakyat yang dapat dipaksakan yang merupakan penerimaan bagi pemerintah dijadikan sebagai dana untuk pemenuhan
tujuan kesejahteraan rakyat banyak.
2.2.2. Fungsi Pajak