Angka-angka tidak otomatis menjadi nilai betapa buruknya penanganan kasus HIV di setiap daerahkota tapi boleh juga menunjukkan efektifnya penemuan kasus-
kasus oleh petugas profesional di setiap daerah. Masalah yang penting dicermati adalah besarnya jumlah kasus-kasus tersebut merupakan bukti bahwa HIV sudah
merebak ke semua daerah urban propinsi.
2.3.3. Usaha Penanggulangan HIV-AIDS di Sumatera Utara 2008 - 2009
Sumatera Utara menyadari sepenuhnya masalah masalah HIV-AIDS dan bahayanya bila tidak ditanggulangi dengan serius. PBB WHO sendiri seperti yang
tertera pada inset yang dikutip menganjurkan adanya usaha penyaringan kasus-kasus yang potensil menyebarkan penularan HIV-AIS dengan menyediakan fasilitas
pemeriksaan, manajemen prosedur bahkan biaya pelaksanaan VCT Voluntary Counselling and Test untuk cegah HIV AIDS.
Usaha pencegahan tampaknya menjadi kegiatan utama dari pihak internasional untuk mengatasi penularan wabah HIV-AIDS. Satu dari pencegahan dapat berupa
pemakaian alat kontrasepsi kondom bagi mereka yang tidak dapat menghindari kasus seksual multi pasangan. Pengamanan prosedur penyaringan donor darah adalah sudah
menjadi standar pusat-pusat bank darah. Di setiap pos pelayanan dengan instrumen di klinik dan rumah sakit diwajibkan melalui prosedur steril yang absolut atau
pemakaian peralatan yang disposable sekali pakai buang. Khususnya bagi proses kehamilan, kelahiran dan pemeliharaan anak yang kemudian dikelompokkan sebagai
kelompok kegiatan PMTCT Prevention Mother to Child Transmission kegiatan itu
Universitas Sumatera Utara
selalu dimulai dengan mendeteksi kasus-kasus ibu, anak atau pasangan dengan potensi tercemar HIV yang tinggi. Kasus yang ditemukan riskan dianjurkan
mengunjungi pusat konsultasi sukarela dan pemeriksaan VCT di pos-pos tersendiri. Pada dasarnya kegiatan promosi VCT inilah yang menjadi pokok perhatian dari
penelitian ini. Secara logis dapat diterima bahwa untuk mencegah penularan penyakit
seberbahaya HIV-AIDS – karena kesehatan adalah hak azasi setiap individu – tidak seorangpun yang dapat dipaksa untuk memeriksakan diri. Kata voluntary pada VCT
menonjolkan arti sukarela ada di pihak pasien pengguna jasa. Jadi tidak ada unsur paksaan yang boleh dipakai dalam mempromosikan program pencegahan penyakit
HIV AIDS. Setiap mereka yang memilih memeriksakan diri harus menanda tangani informed concent yaitu semacam pernyataan tertulis bahwa mereka yang
memeriksakan diri menyadari keperluan pemeriksaan dan mau menjalaninya secara sukarela.
Konseling dan Testing secara sukarela VCT – Secara sukarela individu memilih untuk mengikuti tes untuk mengetahui status HIV mereka. Ini adalah bagian
dari strategi kesehatan masyarakat yang utama yaitu menjadikan individu-individu yang belum menunjukan gejala penyakit asimptomatik sebagai sasaran. Pendekatan
ini berasal dari perspektif penurunan penularan HIV yaitu untuk mengindenti- fikasikan individu-individu yang sehat dan yang oleh karena itu lebih besar
kemungkinannya untuk secara tidak sadar terlibat dalam perilaku yang berisiko penularan. Konseling perubahan perilaku dan konseling untuk mempersiapkan
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan menerima hasil tes positif adalah komponen kunci. Program VCT juga merupakan pintu masuk yang penting untuk mendapatkan perawatan.
Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpuan bahwa sebenarnya PMTCT dengan VCT adalah tim kerja sama yang saling membantu fungsi bersama yaitu
menanggulangi penularan HIV AIDS dengan program promosi deteksi dini kasus yang potensil oleh bidan, dan pemeriksaan sukarela oleh pasien di klinik VCT.
2.3.4. Kebijakan Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi