BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Komponen Komunikasi dalam pelaksanaan Prevention Mother To Child Transmission PMTCT Oleh Bidan Tehadap Kunjungan Klien
Pada Pelayanan Voluntary Councelling And Test VCT HIV-AIDS Di Kota Medan.
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan dari komunikator kepada komunikan secara sepihak atau timbal balik dengan tujuan memberi pengaruh,
minimal informasi pada pihak penerima pesan. Pengaruh informasi dapat memberi manfaat perubahan sikap attitude dan seterusnya perubahan tindakan perilaku
behavior dari komunikan Ruslan, Rosady, 2006 Pada proses komunikasi promosi kesehatan khusus yang dilakukan petugas
PMTCT yaitu mencegah terjadinya transmisi penyakit menular HIV di antara ibu dan janin, pihak petugas berfungsi sebagai inisiator komunikator awal. Pihak pasien
adalah penerima pesan. Pesan yang diberikan inisiator adalah materi tentang masalah HIVAIDS dan anjuran-anjuran supaya penerima pesan terbujuk untuk memeriksakan
diri mereka ke fasilitas VCT Voluntary Councelling and Test sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kesehatan masing-masing pasien.
Adalah tugas yang maha penting yaitu para bidan PMTCT pandai berkomunikasi memberikan anjuran efektif supaya setiap pasangan atau ibu yang
berkunjung, terutama yang potensil tercemar HIV, mau merujukkan diri ke VCT Volunteer Counseling and Test. Pencermatan bidan diperlukan di sini karena
mereka seharusnya sudah memiliki indra ke enam yaitu naluri yang terlatih menjaring
Universitas Sumatera Utara
kepada siapa anjuran tersebut diberikan. Kecermatan tersebut seyogianya didampingi dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup luas melalui pelatihan-pelatihan
yang meningkat dan berkesinambungan. Pihak asosiasi PMTCT memiliki program reguler untuk melaksanakan pelatihan yang berkesinambungan. Dinkes Sumut;
2007 Hasil uji regresi dan dengan berganda menunjukkan bahwa dari keempat
variabel komponen komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelayanan Voluntary Consultation And Test VCT HIV-AIDS dilihat dari nilai p
keseluruhan variabel 0,01. Untuk masing masing komponen komunikasi yaitu komunikator memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai p 0,00 0,05. Untuk
media dan komunikan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai p 0,66 dan p 0,13 0,01
Di dalam kegiatan pihak petugas bidan memainkan peran prevensi yaitu berpromosi menanggulangi suatu penyakit menular melalui peran dari para penderita
dengan proses komunikasi. Komunikasi sendiri menurut pakar yang dapat dipercaya Harold Lasswell melihat proses ini memiliki 5 aspek paling penting untuk di
cermati karena hal itu adalah mata rantai yang sangat mentukan keberhasilan proses pembujukan pasien untuk berpartisipasi. Aspek-aspek tersebut adalah 1
Komunikator bidan terlatih PMTCT, 2 Pesan terutama kandungan Prong 1 sd Prong4, 3 Media Komunikasi, 4 Komunikan dengan segala atribut karakteristik
mereka serta 5 Apa effeknya terhadap prilaku pasien mau berpartisipasi mengunjungi VCT Supari SF, 2006.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pengaruh Komuniktor Dalam Pelaksanaan Prevention Mother To Child Transmission PMTCT Oleh Bidan Tehadap Kunjungan Klien Pada
Pelayanan Voluntary Councelling And Test VCT HIV-AIDS Di Kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bidan terhadap kunjungan klien 51,6 sebagai komunikator kategori kurang dibandingkan sebagai komunikator
yang baik 48,4. hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan komunikator terhadap kunjungan klien p=0.00 dengan taraf signifikan p=0,05. Berdasarkan
hasil uji regresi linear berganda menunjukkan komponen komunikasi yaitu komunikator memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai p 0,00 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Bidan bahwa bidan yang sudah mendapatkan pelatihan PMTCT kurang mensosialisasikan program ini
kepada klien sehingga klien kurang pemahaman terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator. Dalam pelaksanaan PMTCT maka komunikator memahami program
yang dilaksanakan. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam program PMTCT yaitu:
1. Melakukan pendataan pada ibu hamil. 2. Penyuluhan.
3. Menanyakan kesediaan pasien untuk diperiksa lebih lanjut. 4. Pemeriksaan Laborat yang dilaksanakan oleh tim dari rumah sakit terkait
5. Apabila pasien terinfeksi HIVAIDS, maka pelayanan pemeriksaan pencegahan infeksi yang dilakukan puskesmas lebih ditingkatkan. Namun biasanya pasien
tersebut dirujuk ke rumah sakit dan dari pihak PKBI ada yang mendampingi mulai
Universitas Sumatera Utara
dari kehamilan, persalinan dan nifas. Pihak PKBI juga mendampingi pasien dalam mengkonsumsi obat ARV.
Komunikator pelaksana promosi pemeriksaan diri pasien yang beresiko tinggi HIV-AIDS ke VCT adalah para bidan yang sudah terlatih dengan tugas promosi
tersebut. Para bidan ini telah terdaftar dan menerima pelatihan yang dianggap cukup untuk melaksanakan tugas penyaringan pasien-pasien yang berkunjung ke tempat
mereka bekerja sebagai bidan pelaksana Prevention Mother to Child Transmission PMTCT.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Suhartini 2009, pelayanan program PMTCT tidak sebatas di klinik PMTCT rumah sakit rujukan, tapi juga dibantu para
dokter dan Bidan di Puskesmas serta lembaga swadaya masyarakat LSM. 5.3. Pengaruh Pesan Dalam Pelaksanaan Prevention Mother To Child
Transmission PMTCT Oleh Bidan Tehadap Kunjungan Klien Pada Pelayanan Voluntary Councelling And Test VCT HIV-AIDS Di Kota
Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bidan terhadap kunjungan klien 57,6 sebagai pesan kategori baik dibandingkan sebagai pesan yang kurang
42,4. hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan pesan terhadap kunjungan klien p=0.08 dengan taraf signifikan p=0,05. Berdasarkan hasil uji
regresi linear berganda menunjukkan komponen pesan yaitu komunikator memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai p 0,00 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap bidan bahwa kurangnya informasi berupa pesan yang disampaikan bidan kepada ibu tentang PMTCT
Universitas Sumatera Utara
sehingga kurangnya pemahaman ibu disebabkan karena bidan kurang menyampaikan informasi tentang PMTCT dalam setiap memberikan pelayanan kepada ibu hamil.
Pemberian informasi berupa pesan secara terus menerus kepada ibu hamil secara perlahan akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman dan
pengetahuan ibu tentang pentingnya program PMTCT. Bentuk pemberian informasi tersebut dapat berupa informasi tentang PMTCT, bahan bacaan, serta informasi
kepada suami dan keluarga. Menurut Cohen dan Syme 1985 dalam Friedman 1998. Dukungan
informasional meliputi memberikan nasehat, petujuk, masukan, atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak menghadapi situasi yang dianggap
membebani. Sejalan dengan Hause dalam Newman 1987, bantuan informasi adalah komunikasi temntang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan – kesulitan
agar dapat menjadikan individu lebih mampu mengatasi sesuatu. Dani Vardiansyah menyampaikan dalam bukunya Pengantar Ilmu
Komunikasi bahwa pesan pada dasarnya abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterma oleh komunikan, manusia dengan akal budinya
menciptakan sejumlah lambing komunikasi berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan
Universitas Sumatera Utara
5.4. Pengaruh Komponen Media Dalam Pelaksanaan Prevention Mother To Child Transmission PMTCT Oleh Bidan Tehadap Kunjungan Klien
Pada Pelayanan Voluntary Councelling And Test VCT HIV-AIDS Di Kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bidan terhadap kunjungan klien 60,6 sebagai media kategori kurang dibandingkan sebagai media yang baik
39,4. hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan media terhadap kunjungan klien p=0.66 dengan taraf signifikan p=0,05. Hasil uji regresi linear
berganda menunjukkan bahwa media tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai p 0,66 dan p 0,13 0,01
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Bidan bahwa dalam memberikan informasi tentang HIVAIDS bidan kurang menggunakan media – media
seperti brosur, leaflet, daftar tilik dalam penyampaian pesan sehingga dengan kurang tersedianya media maka ibu hamil kurang mengerti tentang informasi yang
disampaikan oleh bidan. Menurut WHO 2007, bahwa penggunaan informasi berupa media – media serta
pengkajian terhadap resiko HIV AIDS dengan fokus utama pada konseling pencegahan terhadap reaksi klien sebelum dan sesudah klien mengetahui hasil tes.
Jalur komunikasi media dapat dianalisis yaitu cara dan model media. Cara komunikasi tatap muka antar pribadi boleh jadi paling efektif karena dapat menjaga
kerahasiaan pihak pasien yang memerlukan penalaran mengenai HIV-AIDS. Komunikasi per kelompok dapat lebih efektif karena ada komunitas yang saling
Universitas Sumatera Utara
mendukung. Komunikasi massa cetak dan elektronik pada sebahagian komunikan, dapat lebih efektif karena cukup umum.
5.5. Pengaruh Komponen Komunikan Dalam Pelaksanaan Prevention Mother To Child Transmission PMTCT Oleh Bidan Tehadap Kunjungan Klien
Pada Pelayanan Voluntary Councelling And Test VCT HIV-AIDS Di Kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bidan terhadap kunjungan klien 84,8 terhadap komunikan kategori baik dibandingkan terhadap komunikan yang
kurang 15,2. hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan komunikan terhadap kunjungan klien p=0.13 dengan taraf signifikan p=0,05.
Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa komunikan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai p 0,13 0,01
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Bidan kepada komunikan bahwa kurangnya pemahaman komunikan tentang HIVAIDS dan penerimaan
informasi terhadap program PMTCT yang disampaikan bidan kurang dipahami oleh ibu sehingga masih ada ibu yang tidak berkunjung ke VCT disebabkan kurangnya
sosialisasi bidan kepada komunikan. Voluntary Counselling and Testing VCT berperan dalam memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan lainnya
kepada ODHA, keluarga dan lingkungan. Menurut Nursalam 2007, VCT mempunyai tujuan sebagai :
Universitas Sumatera Utara
a. Upaya pencegahan HIV AIDS b. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsipengetahuan
tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV AIDS. c. Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan
mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral ART, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Dafid K. Berlo 1960 bahwa komunikan merupakan objek sasaran pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Untuk
mencapai keberhasilan dalam komunikasi sebaiknya harus mengenali penerima. Hal – hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut karakteristik, budaya, tehnik
penyampaian, tingkat pemahaman, waktu, lingkungan fisik dan sikologis, tingkat kebutuhan.
Pihak komunikan penerima pesan pada pihak lain memiliki karakteristik yang heterogen. Karakteristik latar belakang pendidikan, temperamen, budaya serta
kondisi-kondisi ekonomis lain dapat pula menjadi faktor penghalang komunikasi efektif yang dijalankan oleh pihak bidan dalam mempromosikan PMTCT dan VCT.
Pengaruh komunikasi yang biasanya multi tahap jadi sering lebih efektif bila dipaparkan secara simultan dan serentak oleh lembaga. Model komunikasi mana yang
kemudian paling berpengaruh dan mampu merubah sikap serta perilaku pasien PMTCT untuk mau menjalani proses VCT, hal itulah yang ingin diketahui melalui
penelitian ini Jamaludin, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN