Gambaran Umum Hasil Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Hasil Pengetahuan Pre-test dan Post-Test Anak-anak Penderita

62

4.5. Gambaran Umum Hasil Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies

Gigi tentang Makanan Kariogenik Sebelum pre-test dan sesudah post- test Diberikan Penyuluhan Dengan Metode Diskusi. Tabel 4.18 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pre-test dan Post-Test Klasifikasi Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Setelah Penyuluhan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Buruk 1 4,0 0,0 Sedang 24 96,0 0,0 Baik 3,3 25 100 Jumlah 25 100 25 100 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 25 orang siswa, sebelum diberikan penyuluhan dengan metode ceramah terdapat 1 siswa yang berpengetahuan buruk 14,5; 24 siswa yang berpengetahuan sedang 96,0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pentyuluhan dengan metode ceramah pada responden. Peningkatan pengetahuan ini disebabkan karena intervensi yang diberikan membantu responden meningkatkan pengetahuannya tentang makanan kariogenik. Dari hasil pretest dan posttest dapat dikatakan bahwa pengetahuan siswa responden setelah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan. Universitas Sumatera Utara 63

4.6. Hasil Pengetahuan Pre-test dan Post-Test Anak-anak Penderita

Karies Gigi tentang Makanan Kariogenik Di SD 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015 dengan Metode Diskusi. Hasil Pengetahuan pada bagian ini dideskriptifkan menurut tiap pertanyaan dalam kuesioner yang berjumlah 15 pertanyaan. 1. Pernah atau tidak mendengar istilah makanan kariogenik Tabel 4.19. Distribusi Pengetahuan tentang istilah makanan kariogenik Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 24 96,0 1 4,0 Sedang Baik 1 4,0 24 96,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang istilah makanan kariogenik pada pre-test dapat di kategorikan berpengetahuan kurang 24 orang 96,0; baik 1 orang 4,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 24 orang 96,0; berpengetahuan kurang menjadi 1 orang 4,0

2. Definisi Makanan Kariogenik

Tabel 4.20. Distribusi Pengetahuan tentang Definisi Makanan Kariogenik. Universitas Sumatera Utara 64 Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 7 28,0 1 4,0 Sedang 12 48,0 3 12,0 Baik 6 24,0 21 84,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang defenisi makanan kariogenik pada pretest dapat di kategorikan berpengetahuan kurang 7 orang 28,0; berpengetahuan sedang berjumlah 12 orang 48,0; berpengetahuan baik 6 orang 24,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test yang bertkategori berpengetahuan baik 21 orang 84,0; sedang 3 orang 16,7; kurang 1 orang 4,0.

3. Sifat Makanan Kariogenik

Tabel 4.21. Distribusi Pengetahuan tentang Sifat Makanan Kariogenik Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 7 28,0 Sedang 17 68,0 8 32,0 Baik 1 4,0 17 68,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Universitas Sumatera Utara 65 Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang sifat makanan kariogenik pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 7 orang 28,0, sedang 17 orang 68,0 sementara yang berpengetahuan baik 1 orang 4,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 17 orang 68,0; sedang 8 orang 32,0.

4. Alasan makanan kariogenik berbahaya

Tabel 4.22. Distribusi Pengetahuan tentang Alasan Makanan Mengapa Kariogenik Berbahaya Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 5 20,0 Sedang 5 20,0 2 8,0 Baik 15 60,0 23 92,8 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang alasan mengapa makanan kariogenik berbahaya pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 5 orang 20,0; sedang 5 orang 20,0; baik 15 orang 36,7. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 23 orang 92,0, sedang 2 orang 8,0 dan tidak ada siswa yang berpengetahuan kurang. Universitas Sumatera Utara 66

5. Lama Makanan Kariogenik Boleh Berada di dalam Mulut

Tabel 4.23. Distribusi Pengetahuan tentang Lama Makanan Kariogenik Boleh Berada di dalam Mulut Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 8 32,0 3 12,0 Sedang 16 64,0 15 60,0 Baik 1 4,0 7 8,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.22 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang bahaya makanan kariogenik boleh berada di dalam mulut pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 8 orang 32,0; sedang 16 orang 64,0 sementara yang berpengetahuan baik 1 orang 4,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 7 orang 28,0; sedang 15 orang 60,0 dan yang berpengetahuan kurang menjadi 3 orang 12,0. Universitas Sumatera Utara 67

6. Frekuensi Mengkonsumsi Makanan Kariogenik

Tabel 4.24. Distribusi Pengetahuan tentang Frekuensi Makanan Kariogenik Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 6 24,0 4 16,0 Sedang 19 76,0 18 72,0 Baik 0,0 3 12,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.23. dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang frekuensi mengkonsumsi makanan kariogenik pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 6 orang 24,0; sedang 19 orang 76,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test yang berpengetahuan baik 3 orang 12,0; sedang 18 orang 72,0 dan yang berpengetahuan kurang menjadi 4 orang 16,0. Universitas Sumatera Utara 68

7. Resiko Mengemil Terhadap Karies Gigi

Tabel 4.25. Distribusi Pengetahuan tentang Resiko Mengemil terhadap Karies Gigi Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 3 12,0 6,7 Sedang 17 68,0 16 30,0 Baik 5 200 9 63,3 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.25. dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang resiko mengemil terhadap karies gigi pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 3 orang 12,0; sedang 17 orang 68,0; berpengetahuan baik 5 orang 20,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test yang berpengetahuan baik 9 orang 36,0; sedang 16 orang 64,0. Universitas Sumatera Utara 69

8. Alasan Mengulum Makanan Tidak Baik Bagi Kesehatan Gigi

Tabel 4.26. Distribusi Pengetahuan tentang Alasan Mengulum Makanan Tidak Baik Bagi Kesehatan Gigi Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 12 48,0 1 4,0 Sedang 5 20,0 3 12,0 Baik 8 32,0 21 84,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang alasan mengulum makanan tidak baik bagi kesehatan gigi pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 12 orang 48,0; sedang 5 orang 20,0; berpengetahuan baik 8 orang 32,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test yang berpengetahuan baik 21 orang 86,7, sedang 3 orang 12,0 dan yang berpengetahuan kurang menjadi 1 orang 4,4. Universitas Sumatera Utara 70

9. Pernyataan yang Benar tentang Sukrosa

Tabel 4.27. Distribusi Pengetahuan tentang Pernyataan yang Benar Mengenai Sukrosa Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 17 68,0 2 8,0 Sedang 1 4,4 0,0 Baik 7 28,0 23 92,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.26 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang pernyataan yang benar mengenai sukrosa pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 17 orang 68,0; sedang 1 orang 4,4; berpengetahuan baik 7 orang 28,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 23 orang 92,0; dan yang berpengetahuan kurang menjadi 2 orang 8,0. Universitas Sumatera Utara 71

10. Hubungan makanan kariogenik dengan karies gigi

Tabel 4.28. Distribusi Pengetahuan tentang Hubungan Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 8 32,0 0,0 Sedang 12 48,0 5 20,0 Baik 5 20,0 20 80,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.27. dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang hubungan makanan kariogenik dengan karies gigi pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 8 orang 32,0; sedang 12 orang 48,0; berpengetahuan baik 5 orang 20,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test yang berpengetahuan baik 20 orang 80,0; sedang 5 orang 20,0. Universitas Sumatera Utara 72

11. Jenis Makanan Kariogenik

Table 4.29. Distribusi Pengetahuan tentang Jenis Makanan Kariogenik Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 3 12,0 1 4,0 Sedang 6 24,0 2 8,0 Baik 16 64,0 22 88,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.28 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang jenis makanan kariogenik pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 3 orang 12,0; sedang 6 orang 24,0 sementara yang berpengetahuan baik 16 orang 64,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 22 orang 88,0; sedang 2 orang 8,0 dan yang berpengetahuan kurang menjadi 1 orang 4,4. Universitas Sumatera Utara 73

12. Kuman atau bakteri penyebab karies gigi

Tabel 4.30. Distribusi Pengetahuan tentang Kuman atau Bakteri Penyebab Karies Gigi Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 14 56,0 3 12,0 Sedang 6 24,0 2 8,0 Baik 5 20,0 20 80,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.29 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang kuman atau bakteri penyebab karies gigi pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 14 orang 56,0; sedang 6 orang 24,0 sementara yang berpengetahuan baik 5 orang 20,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 20 orang 80,0; sedang 5 orang 20,0.

13. Definisi plak gigi

Table 4.31. Distribusi Pengetahuan tentang Definisi Plak Gigi Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 17 68,0 8 32,0 Sedang 0,0 3 12,0 Universitas Sumatera Utara 74 Baik 8 32,0 14 56,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.30 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang definisi plak gigi pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 17 orang 68,0; berpengetahuan baik 8 orang 32,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 14 orang 56,0, sedang 3 orang 12,0 dan yang berpengetahuan kurang menjadi 8orang 32,0.

14. Alasan penting menyikat gigi setelah makan

Table 4.32. Distribusi Pengetahuan Tentang Pentingnya Menyikat Gigi Setelah Makan Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 7 28,0 3 12,0 Sedang 13 52,0 9 36,0 Baik 5 20,0 13 52,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.31 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang alasan penting menyikat gigi setelah makan pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 7 orang 28,0, sedang 13 orang 52,0 sementara Universitas Sumatera Utara 75 yang berpengetahuan baik 5 orang 20,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test pada kategori berpengetahuan baik 13 orang 52,0, sedang 9 orang 26,0 dan yang berpengetahuan kurang 3 orang 12,0.

15. Frekuesi Menyikat Gigi dalam Satu Hari

Tabel 4.33. Distribusi Pengetahuan tentang Frekuensi Menyikat Gigi Dalam Satu Hari Pre-test Post-Test Penilaian Jumlah Persen Jumlah Persen Kurang 8 32,0 3 12,0 Sedang 16 24,0 12 48,0 Baik 11 44,0 10 40,0 Jumlah 25 100,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.32 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang frekuensi menyikat gigi dalam satu hari pada pre-test dapat dikategorikan berpengetahuan kurang 8 orang 32,0; sedang 16 orang 24,0 sementara yang berpengetahuan baik 11 orang 44,0. Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode diskusi, maka nilai post-test yang berpengetahuan baik 10 orang 40,0; sedang 12 orang 48,0 dan yang berpengetahuan kurang 3 orang 12,0. Universitas Sumatera Utara 76 4.7 Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest dan Postest Pengetahuan Siswa Responden Tentang Makanan Kariogenik Dengan Metode Ceramah Dan Diskusi Tabel 4.34 Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest dan Post Test Pengetahuan Siswa Responden Tentang Makanan Kariogenik Degan Metode Ceramah Variabel Mean T P Pengetahuan - Pretest 23,64 -10,989 0,000 - Post Test 37,28 Tabel 4.33. diatas menunjukkan bahwa nilai rerata pengetahuan pada Siswa Responden. Dari hasil uji paired samples t-test diketahui bahwa t hitung -10,989 dengan nilai p 0,000 p0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan rerata antara nilai pre-test dengan nilai post-test. Dimana dengan harga negatif menunjukkan nilai post-test lebih besar dari nilai pre-test, sehingga pemberian penyuluhan tentang makanan kariogenik dengan metode ceramah terhadap siswa telah meningkatkan pengetahuan mereka. Universitas Sumatera Utara 77 Tabel 4.35 Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest dan Post TestPengetahuan Siswa Responden Tentang Makanan Kariogenik Degan Metode Diskusi Variabel Mean T P Pengetahuan - Pretest 27,92 -14,814 0,000 - Post Test 38,68 Tabel 4.34. diatas menunjukkan bahwa nilai rerata pengetahuan pada Siswa Responden. Dari hasil uji paired samples t-test diketahui bahwa t hitung -14,814 dengan nilai p 0,000 p0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan rerata antara nilai pre-test dengan nilai post-test. Dimana dengan harga negatif menunjukkan nilai post-test lebih besar dari nilai pre-test, sehingga pemberian penyuluhan tentang makanan kariogenik dengan metode ceramah terhadap siswa telah meningkatkan pengetahuan mereka. Universitas Sumatera Utara 78

BAB V PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini difokuskan hanya kepada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang makanan kariogenik dengan metode cermah dan diskusi terhadap anak -anak penderita karies gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan yang dapat dilihat sebagai berikut : 5.1 Hasil Analisis hubungan pengetahuan siswa responden sebelum pre- test dan sesudah post-test diberikan penyuluhan berdasarkan tingkat klasifikasi baik, sedang dan buruk Dari tabel 4.2 tersebut di atas, dapat dilihat terjadinya peningkatan pengetahuan siswa responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah. Jumlah siswa responden yang sebelum diberikan penyuluhan 32,0 berpengetahuan buruk atau 8 orang, berubah menjadi 0,0 setelah diberikan penyuluhan. Siswa responden yang tadinya 64,0 atau berjumlah 16 orang sebelum diberikan penyuluhan, berubah menjadi 4,0 atau 1 orang setelah diberikan penyuluhan. Dan jumlah siswa responden berpengetahuan baik yang sebelum diberikan penyuluhan berjumlah 4,0 atau 1 orang, berubah menjadi 96,0 atau 24 orang setelah diberikan penyuluhan. Dari tabel 4.18. dapat dilihat terjadinya peningkatan pengetahuan siswa responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan metode diskusi. Universitas Sumatera Utara 79 Jumlah siswa responden yang sebelum diberikan penyuluhan 4,0 berpengetahuan buruk atau 1 orang, berubah menjadi 0,0 setelah diberikan penyuluhan. Siswa responden yang tadinya berpengetahuan sedang 96,0 atau berjumlah 24 orang sebelum diberikan penyuluhan, berubah menjadi 0,0. Dan jumlah siswa responden berpengetahuan baik yang sebelum diberikan penyuluhan berjumlah 0,0 berubah menjadi 100,0 atau 25 orang setelah diberikan penyuluhan 5.2 Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang makanan kariogenik dan sukrosa sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi. Menurut Notoadmojo 2010 pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan sebagainya. Dengan sendirinya ada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran telinga, dan indra penglihatan mata. Menurut Notoadmojo 2012 promosi kesehatan yang dalam penelitian ini menggunakan kata penyuluhan tidak terlepas dari kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Universitas Sumatera Utara 80 Berdasarkan hasil pre-test penelitian diketahui bahwa siswa responden umumnya memiliki pengetahuan yang kurang mengenai istilah, definisi serta sifat makanan kariogenik, dan pengetahuan yang kurang mengenai sukrosa tabel 4.3; tabel 4.4; tabel 4.5; tabel 4.11; 4.19; 4.20; 4.21; 4.27 yang merupakan kandungan gula tertinggi penyebab utama karies gigi. Hal ini menunjukan kurangnya pemahaman tentang makanan karieogenik sebagai penyebab utama terjadinya karies gigi dan didukung dengan mudahnya memperoleh dari lingkungan sekitar yaitu pada hal ini khususnya di lingkungan sekolah seperti kantin dan jajanan sekitar menurut hasil survei pendahuluan peneliti. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut didikung dengan hasil Penelitian Pratiwi 2009 bahwa sukrosa banyak terdapat pada makanan manis dan cemilan snack seperti roti, coklat, permen, dan es krim. 5.3 Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang bahaya makanan kariogenik, akibat lamanya makanan dalam mulut serta cara mengkonsumsinya seperti mengulum serta frekuensi mengkonsumsi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi. Bedasarkan tabel 4.6; 4.7; 4.8; 4.10; 4.22; 4.23; 4.24; 4.26 terjadi peningkatan pengetahuan terhadap bahaya cara dan frekuesi mengkonsumsi makanan kariogenik tersebut sebelum diberikan penyuluhan dengan sesudah diberikannya penyuluhan. Universitas Sumatera Utara 81 Sejalan dengan hasil penelitian Arisman 2002, bahwa mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang dan juga seringnya mengemil akan membuat saliva dalam rongga mulut tetap dalam suasana asam yang mengakibatkan gigi akan semakin rentan terhadap karies gigi. 5.4 Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang hubungan makanan kariogenik dengan kejadian karies dan plak gigi gigi, jenis makanan kariogenik, serta bakteri penyebab karies gigi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9; 4.12; 4.14; 4.15; 4.23; 4.28; 4.30; 4.31 menunjukan adanya peningkatan pengetahuan siswa responden yang cukup tinggi mengenai resiko mengemil terhadap hubungan terjadinya karies gigi, hubungan makanan kariogenik dengan terjadinya karies gigi. Dimana sebelum penyuluhan hampir semua 25 orang berpengetahuan kurang. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Panjaitan 1995, ada empat faktor yang langsung berhubungan dengan karies gigi yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikrooorganisme, substrat dan waktu. Serta Diet yang dimakan dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu pembiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel, juga mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak itu sendiri dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk produksi asam, enzim-enzim Universitas Sumatera Utara 82 serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan tumbuhnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies. Kebiasaan mengemil makanan manis diluar jam makan utama yakni makan pagi, siang dan malam juga mempengaruhi terjadinya karies gigi. Karena pada waktu jam makan utama, air ludah yang dihasilkan cukup banyak sehingga mambantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel pada gigi Edwina dan Sally, 1992. Dengan demikian hal ini membuktikan bahwa pemberian penyuluhan tentang hubungan makanan kariogenik dengan kejadian karies dan plak gigi gigi, jenis makanan kariogenik, serta bakteri penyebab karies gigi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terbukti meningkatkan pengetahuan siswa responden 5.5. Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang pentingnya menyikat gigi setelah makan dan frekuesi menyikat gigi yang benar sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi. Universitas Sumatera Utara 83 Berdasarkan tabel 4.16; 4.17 hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan siswa responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Menurut Ramadhan 2010, bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyikat gigi, diantaranya, waktu menyikat gigi. Dokter gigi sering menyarankan untuk menyikat gigi sebelum tidur dikarenakan pada saat tidur, air ludah berkurang sehingga asam yang dihasilkan oleh plak menjadi lebih pekat sehingga kemampuan untuk merusak gigi menjadi lebih besar. Selain itu sikat gigi juga harus dilakukan pada saat sesudah makan. 5.6. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak Tentang Makanan Kariogenik Variabel Mean T P Pengetahuan - Pretest 23,64 -10,989 0,000 - Post Test 37,28 Berdasarkan tabel 4.34 menunjukkan bahwa nilai rerata pengetahuan pada Siswa Responden. Dari hasil uji paired samples t-test diketahui bahwa t hitung -10,989 dengan nilai p 0,000 p0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan rerata antara nilai pre-test dengan nilai post-test. Dimana dengan harga negatif menunjukkan nilai post-test lebih besar dari nilai pre-test, Universitas Sumatera Utara 84 sehingga pemberian penyuluhan tentang makanan kariogenik dengan metode ceramah terhadap siswa telah meningkatkan pengetahuan mereka. Perubahan tingkat pengetahuan setelah diberikan penyuluhan yaitu menjadi lebih tinggi pada tingkat pengetahuan siswa responden yang tergolong sedang dan buruk, diimbangi dengan peningkatan yang terlihat jelas pada jumlah siswa yang memiliki pengetahuan yang tergolong baik. Perubahan jumlah ini menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan siswa responden yang dapat diartikan sebagai penyuluhan yang dilakukan telah menambah pengetahuan mengenai makanan kariogenik bagi siswa responden sesuai dengan ukuran tingkat pengetahuan anak- anak Hal ini sesuai yang dituliskan Kartasaputra 1991 bahwa efektivitas penyuluhan yang dapat mencapai efisiensi dalam mewujudkan perubahan- perubahan pada perilaku dan tingkat pengetahuan bagi peserta penyuluhan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pada penelitian kali ini perubahan yang dapat dinilai hanyalah pada tingkat pengetahuan siswa responden yang mengalami peningkatan setelah mengikuti penyuluhan yang dilakukan, maka dapat dikatakan penyuluhan yang dilakukan efektif bagi siswa responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan WHO yang dikemukakan WHO dalam Notoadmodjo 2007, salah satu strategi untuk perubahan perilaku adalah pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul kesadaran yang pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan tersebut. Universitas Sumatera Utara 85 Penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan. Hal tersebut sependapat dengan pendekatan Green dalam Tampubolon 2009 nahwa dengan pendekatan edukasional dapat merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi yang diberikan merupakan proses pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku Pendekatan Green sejalan dengan Penelitian Pulungan 2007 yang membuktikan bahwa metode pendidikan kesehatan dengan ceramah dapat meningkatkan pengetahuan setelah dilakukan pre-test dan dibandingkan dengan post-test. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan tentang makanan kariogenik dengan metode ceramah dan diskusi terhadap pengetahuan anak-anak penderita karies gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan dengan metode diskusi terbukti lebih efektif.

5.7. Pengaruh

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 4 15

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 6 16

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR Pengaruh Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 9-11 Tahun di SDN Bl

0 3 14

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR Pengaruh Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 9-11 Tahun di SDN Bl

0 5 17

Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 1 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 10

Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 16