Berdasarkan Cara Meluasnya Berdasarkan Stadium Kedalamannya Berdasarkan Lokalisasi Karies

27 tidak tembus penglihatan, ditandai dengan adanya lemak di dalam tubuli, kemungkinan merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat dan kelima. Baru setelah terjadi kavitas, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam tidak terdapat lapisan-lapisan 4 dan 5. Bila sementum oleh retraksi gingiva terbuka bagi lingkungan mulut, dapat terjadi karies akar, suatu proses yang lebih luas ke arah dalam. Hal ini menyebabkan keadaan tidak janggal bahwa dentin yang makin tua akan lebih mengalami sklerosis. Mikroorganisme menembus saluran-saluran dimana sebelumnya terdapat jaringan ikat dan dengan demikian pada lapisan lebih dalam dapat mengurus proses perluasan ke arah lebar Schuurs, 1992.

2.6. Bentuk – Bentuk Karies Gigi

Tarigan 1995 mengelompokkan karies gigi berdasarkan cara meluasnya, stadium kedalamannya, lokalisasi dan berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies.

2.6.1. Berdasarkan Cara Meluasnya

Berdasarkan cara meluasnya karies gigi, karies terbagi sebagai berikut: 1. Penetrierende Karies Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secarapenetrasi, yaitu merembes ke arah dalam. 2. Unterminirende Karies Universitas Sumatera Utara 28 Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping, sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk.

2.6.2. Berdasarkan Stadium Kedalamannya

Berdasarkan stadium kedalamannya karies gigi, karies terbagi sebagai berikut: 1. Karies Superficialis Ciri-ciri karies superficialis adalah karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena. 2. Karies Media Ciri-ciri karies superficialis adalah karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. 3. Karies Profunda Ciri-ciri karies superficialis adalah karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda dapat dibagi lagi atas : a. Karies profunda stadium I Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa belum dijumpai. b. Karies profunda stadium II Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa dan telah terjadi radang pulpa. c. Karies profunda stadium III Pulpa telah terbuka, dijumpai bermacam-macam radang pulpa. Universitas Sumatera Utara 29

2.6.3. Berdasarkan Lokalisasi Karies

Berdasarkan lokalisasi, karies terbagi sebagai berikut: 1. Karies Oklusal Karies yang terdapat pada bagian oklusal pits dan fissure dari gigi premolar dan molar gigi posterior. Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum. 2. Kariess Labial Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi molar atau premolar, yang umumnya meluas sampai kebagian oklusal. 3. Karies Bukal Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan, tetapi belum mencapai margo incisalis belum mencapai 13 incisial dari gigi. 4. Karies PalatalLingual Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan, dan sudah mencapai margo incisalis telah mencapai 13 incisial dari gigi. 5. Karies Aproksimal Karies yang terdapat pada bagian 13 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi belakang pada permukaan labial lingual, palatal ataupun bukal dari gigi. 6. Karies Kombinasi Karies yang terdapat pada bagian incisal edge dan cusp oklusal pada gigi belakang yang disebabkan oleh keausan pada gigi yang terjadi selain dari pengunyahan normal abrasi, keadaan physiologis pada Universitas Sumatera Utara 30 pengunyahan atrisi dan keausan gigi yang disebabkan oleh proses kimia erosi.

2.6.4. Berdasarkan Banyaknya Permukaan gigi yang Terkena Karies

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 4 15

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 6 16

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR Pengaruh Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 9-11 Tahun di SDN Bl

0 3 14

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR Pengaruh Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 9-11 Tahun di SDN Bl

0 5 17

Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 1 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 10

Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 16