14 dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk
memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, budaya setempat Suharjo, 2003.
Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu
penyelesaianya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut atau perilaku
baru.
2.2.2. Metode Penyuluhan dan Media Penyuluhan
Menurut Van de ban dan Hawkins yang dikutip oleh Rika Candra 2008, pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik
penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai.
2.2.2.1 Pendekatan Kelompok besar
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kekompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan
diarahkan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil,
disamping dari transfer informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.
Disamping keuntungan yang diperoleh, kelemahan yang ditemukan dalam metode ini adalah sulitnya mengkoordinir sasaran karena faktor
geografis dan aktivitas sasaran. Ceramah adalah salah satu cara yang efektif
Universitas Sumatera Utara
15 dikarenakan metode ini sesuai untuk masyarakat, baik yang berpengetahuan
tinggi maupun yang berpengetahuan rendah. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih metode pendekatan
kelompok dengan melakukan penyuluhan dengan cara ceramah mengenai makanan kariogenik dengan hubungannya terhadap penyakit karies gigi.
2.2.2.2 Pendekatan Kelompok Kecil Diskusi Kelompok
Agar semua anggota kelompko dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk peserta diatur sedemikian rupa sehingga dapat saling
berhadapan satu sama lain. Pemimpin juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.
2.3. Makanan Kariogenik
Menurut Setiowati dan Furqnita 2007, Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan
kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut.
Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :
1. Bentuk fisik
Bentuk fisik makanan yang lunak, lengket dan manis yang mudah menempel pada permukaaan gigi dan sela-sela gigi yang jika dibiarkan akan
menghasilkan asam yang lebih banyak pula sehingga mempertinggi resiko terkena karies gigi. Selain itu karbohidrat dalam bentuk tepung yang mudah
Universitas Sumatera Utara
16 hancur di dalam mulut juga harus dihindari, misalnya kue-kue, roti, es krim,
susu, permen dan lain-lain, Suwelo 1992. Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan makanan
lebih lama dikunyah. Gerakan mengunyah sangat menguntungkan bagi kesehatan gigi dan gusi. Mengunyah akan merangsang pengaliran air liur yang
membasuh gigi dan mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan berserat menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada
gigi.Titik-titik positif pada buah segar adalah kadar vitamin, kadar mineral, kaya akan serabut kasar dan air serta sifat-sifat yang merangsang fungsi
pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang mempunyai sifat sebagi pembersih alami seperti apel, bengkoang, pir, jeruk.
2. Jenis
Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanan cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang dapat menyebabkan karies
gigi, makanan manis yang banyak mengandung gula atau sukrosa. Makanan- makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti permen,
coklat, biskuit dan lain sebagainya Tarigan, 1993. Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang paling erat
berhubungan dengan proses karies adalah sukrosa, karena mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme
asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Sukrosa banyak tergantung pada makanan
Universitas Sumatera Utara
17 manis dan camilan snack seperti roti, coklat, permen dan es krim Pratiwi,
2009. Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang punya sifat khas
misalnya larut dalam air dan manis. Dalam arti sempit disebut sukrosa akan tetapi dalam arti luas merupakan monosakarida dan disakarida yakni: glukosa
atau gula tebu atau gula pasir, maltose atau gula gandum, fruktosa atau gula buah bisa juga terdapat dalam madu, laktosa atau gula susu dan gula inverse
atau campuran 50:50 glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari hidrolisis sukrosa, tingkat kemanisan gula inverse ini 130 lebih tinggi dibandingkan
dengan sukrosa. Didalam makanan menurut Mahdiyah 2003, terdapat beberapa
kandungan 1.
Coklat : -
99,8 sukrosa -
kadar air 0.01-0,02, -
mineral 0,006-0,3 -
gula invert 0,03-0,2, 2.
Susu : -
62,5 sukrosa -
4,8 laktosa 3.
es krim : -
12-16 sukrosa -
55-64 susu
Universitas Sumatera Utara
18 4.
permen : -
65,25 sukrosa
Menurut Sutrisna dan Rizal 2007 jika tingkat kemanisan sukrosa diberi angka 100 makan kandungan masing-masing tingkat kemanisan gula adalah
sebagai berikut:
Table 2.1 Tingkat kemanisan gula
No Jenis gula Tingkat kemanisan
1 Fruktosa
173
2 Gula inverse
130
3 Sukrosa
100
4 Glukosa
74 5
Maltose 33
6 Laktosa
16 Sumber : Sutrisna dan Rizal 2007
3. Frekuensi konsumsi
Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan
mengkonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang Arisman, 2002.
Terlalu sering mengemil akan membuat saliva dalam rongga mulut tetap dalam suasana asam akibatnya gigi akan semakin rentan terhadap karies.
Universitas Sumatera Utara
19 Beberapa hasil penelitian menganjurkan supaya makanan dan minuman yang
bersifat kariogenik jangan dikonsumsi sepanjang hari tetapi sebaiknya dikonsumsi pada tiga waktu makan utama, hal ini dapat mengurangi resiko
karies. Houwink, 1993
4. Cara Mengkonsumsi
Berhubungan dengan cara mengonsumsi makanan yang dapat menyebabkan karies gigi dan juga berhubungan dengan oral clearance time,
yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mengeliminasi makanan dari mulut, dan mengurangi konsentrasi karbohidrat sampai pada titik terang.
Seseorang yang mengulum makanan lebih lama didalam mulutnya mempunyai resiko karies lebih tinggi dari pada orang yang mengulum makanan oral
clearance time pendek Tarigan, 1995.
2.4 Karies Gigi 2.4.1. Defenisi Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi pits,fissure dan daerah
interproximal meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke
bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa Tarigan, 1995.
Menurut Inda Irma dan S. Ayu intan dalam bukunya mendefenisikan karies gigi sebagai kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam
Universitas Sumatera Utara
20 yang ada dalam karbohidrat melalui perantaraan mikroorganisme yang ada
dalam saliva. Kata karies, dalam bahasa Yunani diambil dari kata
“Ker” artinya kematian. Dalam bahasa Latin berarti kehancuran. Pembentukan lobang pada
permukaan gigi disebabkan oleh kuman yang dikenal sebagai Streptococcus. Lubang ini terbentuk pada permukaan gigi yang terbuka yaitu mahkota gigi
Srigupta, 2004. Karies merupakan suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan
larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial
dari substrat medium makanan dari bakteri, selanjutnya timbul destruksi komponen-komponen organik, yang akhirnya terjadi kavitasi pembentukan
lubang Schuurs, 1992.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi 1. Faktor dalam