Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

(1)

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MAKANAN KARIOGENIK DENGAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP

PENGETAHUAN ANAK-ANAK PENDERITA KARIES GIGI DI SD NEGERI 068004 PERUMNAS

SIMALINGKAR MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

ELPITA EDNUNI TARIGAN NIM. 071000084

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MAKANAN KARIOGENIK DENGAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP

PENGETAHUAN ANAK-ANAK PENDERITA KARIES GIGI DI SD NEGERI 068004 PERUMNAS

SIMALINGKAR MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai

Salah satu Syrata Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

ELPITA EDNUNI TARIGAN NIM. 071000084

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi :PENGARUH PENYULUHAN TENTANG

MAKANAN KARIOGENIK DENGAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP PENGETAHUAN ANAK-ANAK PENDERITA KARIES GIGI DI SD

NEGERI 068004 PERUMNAS

SIMALINGKAR MEDAN TAHUN 2015 Nama Mahasiswi : Elpita Ednuni Tarigan

Nomor Induk Mahasiswa : 071000084

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Tanggal Lulus : 13 Agustus 2015

Disahkan Oleh : Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD Drs. Eddy Syahrial, MS NIP. 197210042000032001 NIP. 195907131987031001

Medan, September 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, M.S 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, diprioritaskan pada personal hygiene pada semua golongan usia, baik dewasa maupun anak-anak.. Kesehatan dan kebersihan dasar dapat dilihat dari gigi dan mulut seseorang dan merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut, khususnya pada anak usia sekolah dasar. Anak yang mengalami karies gigi menjadi malas makan dan akhirnya dapat menyebabkan kekurangan gizi. Konsumsi makanan kariogenik diduga meningkatkan karies gigi pada anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak tentang kebersihan dan kesehatan gigi dalam meningkatkan derajat kesehatan anak-anak adalah melalui penyuluhan tentang makanan kariogenik dalam pencegahan terjadinya karies gigi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap peningkatan pengetahuan anak-anak mengenai makanan kariogenik di SDN 068004 Perumnas Simalingkar Medan Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental, dimana bentuk desain yang digunakan adalah desain one group pretest-postest dengan total sampling 50 anak penderita karies gigi. 25 anak dikelompokkan dalam metode diskusi dan 25 anak dalam metode ceramah. Data dimbil dari hasil kuesioner. Data diolah dengan uji paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai pengetahuan anak-anak paling tinggi terdapat pada grup diskusi yaitu 38, 68 dimana nilai t hitung -14,814 dengan (p) 0,00 pada kelompok diskusi menunjukkan metode diskusi lebih efektif dalam peningkatan pengetahuan anak-anak SDN 068004.

Disarankan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui program UKGS dengan memprioritaskan metode diskusi sebagai alternative dalam usaha peningkatan pengetahuan siswa SDN 068004.


(5)

ABSTRACT

Clean and healthy behavior increasing effort have it purpose to raise the level of public health with personal hygiene as it priority for every ages classification, young or adult. Healthy and clean behavior can refers to teeth and mouth cleanliness which are part of body hygienity we can’t separate one each other because it influence to whole body cleanliness. Dental caries is one of the main problems in dental and mouth health, especially for elementary school children. It effect dental pain which can make decreasing appetite in a children, and finally it causes nutritional deficiency. The cariogenic food consumption is estimated can increase incidence of dental caries. One effort that can be done to improve children clean and healthy dental behavior knowledge and improving them healthiness is through health education by providing counseling of cariogenic food to preventing dental caries.

This study aims to determine the influence of illumination with a lecture and discussion to improve the knowledge of children with dental cavity about cariogenic food in SDN 068004 Perumnas Simalingkar Medan. This research was a quasi-experimental designed with one group pretest-posttest with 50 children as total sampling who detected have dental cavity. Amounting 50 student, 25 student to discuss group and 25 student to lecture group. Data obtained from the questionnaire questions. Test used paired sample t-test. The result showed that the average value of the highest knowledge in the group discussion method than the lecture method at 38,68 with t count -14,814 and (p) 0,00. The test result test showed the method of discussion is more effective in improving knowledge of children about cariogenic food in SDN 068004.

It is recommended to teacher and UKGS staff to prioritize discussion method as an alternative to the provision of information to improve the knowledge of children on SDN 068004.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elpita Ednuni Tarigan NIM : 071000084

Tempat / Tanggal Lahir : Binjai / 09 Desember 1989 Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 5 Orang

Alamat : Jl. Sawit 2 No. 22 Perumnas Simalingkar Medan - 20141

Riwayat Pendidikan : 1. TK Swasta Budi Murni 2 Medan (1994-1995) 2. SD Negeri 068003 Medan (1995-2001) 3. SMP Negeri 10 Medan (2001-2004)

4. SMA Swasta St. Thomas 2 Medan (2004- 2007)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan Kasih-Nya yang melimpah sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan tentang Makanana Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015” yang merupakan salah satu syarat bagi saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibunda B. Rosalina Bukit, atas kesabaran, dukungan kasih baik dari materil, doa, motivasi dan perhatian, juga kepada saudara-saudara saya Kak Dian, Bro Edtra, Encan, Kak Iin, Encin, dan Joye serta keponakan-keponakanku yang telah memberikan dukungan baik moral, material maupun spiritual selama penulis mengikuti pendidikan ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing, mendidik dan memberi banyak masukkan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Ibu Irnawati Marsaulina S., Prof. Dra., MS., Dr., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing saya selama melaksanakan perkuliahan di FKM USU.

3. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Dosen Penguji II sekaligus Ketua Departemen Pendididkan dan Kesehatan yang telah memberikan saran dan bimbingan untuk memperbaiki penelitian ini.

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dan bimbingan untuk memperbaiki penelitian ini. 5. Bapak Khozali Mar’I, S.Ag selaku Kepala Sekolah dan seluruh guru, staff dan murid-murid SD Negeri 068004 Medan.

6. Ibu Drg. Erni yang sudah bersedia menolong selama proses pemeriksaan anak-anak SD 068004.

7. Semua dosen dan pegawai Administrasi di FKM USU, khusunya pada Departemen PKIP Kesehatan Masyarakat juga kepada Pak Warsito, yang sudah banyak membantu saya.

8. Sahabat-sahabat terbaik saya spesial Rani yang sangat menolong, Meishi, Agnes, Riska, dan Ana yang memberi dukungan dan turut membantu saya selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi selesai.

9. Ibu Pdt. Tetty Sinulingga dan keluarga kasih Anugerah, yang telah banyak mendoakan dan mendukung saya selama menjalani perkuliahan dan proses penelitian ini.


(9)

10. Keluarga Mama dan Mami Tengah Andre Bukit, yang telah sangat membantu, mendorong dan memotivasi saya dalam proses penulisan skripsi ini serta keluarga Bukit .

11. Spesial untuk Shawn Robert Knapp dan Shael, untuk setiap support, prayers, trust, motivation, affection dan hardwork.

12. Teman-teman seperjuangan di Departemen PKIP (Devi, Horas, Josia, Dominika, Lola, Dominika) Kesehatan Masyarakat yang selalu memberi motivasi dan bantuan selama mengerjakan skripsi ini.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita semua dan saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ……….…….….. i

ABSTRAK ……….……. ii

DAFTAR RIWAYAT ……… iv

KATA PENGANTAR ………..…….. v

DAFTAR ISI ……….……. viii

DAFTAR TABEL ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN …………..………..……….. 1

1.1. Latar belakang ………...…… 1

1.2. Perumusan Masalah ………..……. 9

1.3. Tujuan Penelitian ………...……….…... 9

1.3.1. TujuanUmum ………...……….………... 9

1.3.2. TujuanKhusus ………...………..…….. 9

1.4. Manfaat Penelitian ……….……… 10

1.5. Batasan Masalah ……….……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..…..……….. 11

2.1. Pengetahuan (Knowledge) ……..………. 11

2.2. Penyuluhan ………..……… 13

2.2.1. Pengertian Penyuluhan ……….. 13

2.2.2. Metode Penyuluhan dan Media Penyuluhan .…… 14

2.2.2.1. Pendekatan Kelompok besar (Ceramah) . 14 2.2.2.2. Pendekatan Kelompok Kecil (Diskusi) .. 15

2.3. Makanan Kariogenik ……… 15

2.4. Karies Gigi ………...……… 19

2.4.1. Definisi Karies Gigi ……….. 19

2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi ……… 20

2.5. Proses Terjadinya Karies gigi ……….……….. 25

2.5.1. Pembentukan Karies ……….. 25

2.5.2. Proses Penjalaran Karies ………... 26

2.6. Bentuk-bentuk Karies Gigi ……….. 27

2.7. Hubungan Makanan Kariogenik Dengan Karies …………. 30

2.8. Konsep Frekuensi Menyikat Gigi ……… 31

2.9. Kerangka Konsep ……… 32


(11)

BAB III METODE PENELITIAN……….…….... 34

3.1. Jenis Penelitian ……….……….….. 34

3.2. Lokasi danWaktu Penelitian ……….………... 35

3.2.1. Lokasi Penelitian ……….………..… 35

3.2.2. Waktu Penelitian ……….……..… 35

3.2.3 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian …………..…. 35

3.3. Populasi dan Sampel ………..…..…. 35

3.3.1. Populasi ……….………. 35

3.3.2. Sampel ……….……….. 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ……….. 37

3.4.1. Data Primer ………...………. 37

3.4.2. Data Sekunder ………..………. 37

3.5. Instrumen Penelitian ………. 38

3.6. Definisi Operasional ………..……….. 38

3.7. Aspek Pengukuran ……….……….. 39

3.7.1. Pengetahuan ………..……….... 39

3.7.2. Karies Gigi ………..………... 39

3.8. Teknik Analisis Data ………...………. 40

3.8.1. Pengolahan Data ………..………. 40

3.8.2. Analisis Data ………..……… 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ………..…………. 42

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………..……. 42

4.1.1. Letak Geografis Lokasi Penenlitian …….…….… 42

4.1.2. Ketenagakerjaan dan Kepegawaian SD Negeri 068004 ……….... 42

4.2. Gambaran Umum Karakteristik Responden ………... 43

4.3. Gambaran Umum Hasil Pengetahuan Anak-anak Penderita karies gigi tentang makanan kariogenik Pre-test dan Post-Test dengan metode ceramah……….. 45

4.4. Hasil Pengetahuan Anak-anak Penderita karies gigi tentang makanan kariogenik Pre-Test dan Post-Test dengan metode ceramah …… 46

4.5. Gambaran Umum Hasil Pengetahuan Anak-anak Penderita karies gigi tentang makanan kariogenik Pre-test dan Post-Test dengan metode diskusi………. 61


(12)

4.6. Hasil Pengetahuan Anak-anak

Penderita karies gigi tentang makanan kariogenik

Pre-Test dan Post-Test dengan metode ceramah ……… 62

4.7. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest dan PostTest Pengetahuan Siswa Responden Tentang Makanan Kariogenik Dengan Metode teramah dan Diskusi………. 77

BAB V PEMBAHASAN ……… 80

5.1. Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan Siswa Responden Sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan ………… 80

5.2. Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang makanan kariogenik dan sukrosa sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi ………. 81

5.3. Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang bahaya makanan kariogenik, akibat lamanya makanan dalam mulut serta cara mengkonsumsinya serta frekuensi mengkonsumsi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi ……….. 82

5.4. Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang hubungan makanan kariogenik dengan kejadian karies dan plak gigi gigi, jenis makanan kariogenik, serta bakteri penyebab karies gigi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi ………. 83

5.5. Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang pentingnya menyikat gigi setelah makan dan frekuesi menyikat gigi yang benar sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi ………... 83

5.6. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak Tentang Makanan Kariogenik…….……….…… 99

5.7. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak Tentang Makanan Kariogenik…….……….…… 101

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 86

6.1. Kesimpulan ……… 86


(13)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIR

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kemanisan Gula ……… 18 Tabel 4.1. Gambaran Umum Karakteristik Responden ……….…… 43 Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pretest dan Posttest …... 45 Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Tentang Istilah Makanan

Kariogenik ……….. 46 Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Tentang Definisi Makanan

Kariogenik ……… 47

Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Tentang Sifat Makanan

Kariogenik ………..………. 48

Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Tentang Alasan Makanan

Kariogenik Berbahaya ……… 49 Tabel 4.7. Distribusi Pengetahuan Tentang Lama Makanan

Kariogenik Boleh Berada Di Dalam Mulut ……… 50 Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Tentang Frekuensi Makan

Makanan Kariogenik ……… 51 Tabel 4.9. Distribusi Pengetahuan Tentang Resiko Mengemil

Terhadap Terjadinya Karies Gigi ……….…………. 52 Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Tentang Alasan Mengulum


(14)

Tabel 4.11. Distribusi Pengetahuan Tentang Pernyataan yang Benar Mengenai Sukrosa ……… 54 Tabel 4.12. Distribusi Pengetahuan Tentang Hubungan Makan Makanan

Kariogenik dengan Karies Gigi ……… 55 Tabel 4.13. Distribusi Pengetahuan Tentang Jenis Makanan Kariogenik 56 Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Tentang Kuman atau Bakteri

Penyebab Karies Gigi ………... 57 Tabel 4.15. Distribusi Pengetahuan Tentang Definisi Plak Gigi …….. 58 Tabel 4.16. Distribusi Pengetahuan Tentang Pentingnya Menyikat Gigi

Setelah Makan ………. 59

Tabel 4.17. Distribusi Pengetahuan Tentang Frekuensi Menyikat Gigi Dalam Satu Hari ……….…….…...…. 60 Tabel 4.18. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pretest dan Posttest

Diskus i……….…...……. 61 Tabel 4.19 Distribusi Pengetahuan Tentang Istilah Makanan

Kariogenik ……….. 62 Tabel 4.20. Distribusi Pengetahuan Tentang Definisi Makanan

Kariogenik ……… 63

Tabel 4.21. Distribusi Pengetahuan Tentang Sifat Makanan

Kariogenik ………. 64 Tabel 4.22. Distribusi Pengetahuan Tentang Alasan Makanan

Kariogenik Berbahaya ……… 65 Tabel 4.23. Distribusi Pengetahuan Tentang Lama Makanan


(15)

Kariogenik Boleh Berada Di Dalam Mulut ……… 66 Tabel 4.24 Distribusi Pengetahuan Tentang Frekuensi Makan

Makanan Kariogenik ……… 67 Tabel 4.25 Distribusi Pengetahuan Tentang Resiko Mengemil

Terhadap Terjadinya Karies Gigi ……….…………. 68 Tabel 4.26. Distribusi Pengetahuan Tentang Alasan Mengulum

Makanan Tidak Baik Bagi Kesehatan Gigi ………. 69 Tabel 4.27. Distribusi Pengetahuan Tentang Pernyataan yang Benar

Mengenai Sukrosa ……… 70 Tabel 4.28. Distribusi Pengetahuan Tentang Hubungan Makan Makanan

Kariogenik dengan Karies Gigi ……… 71 Tabel 4.29. Distribusi Pengetahuan Tentang Jenis Makanan

Kariogenik ………. 72 Tabel 4.30. Distribusi Pengetahuan Tentang Kuman atau Bakteri

Penyebab Karies Gigi ………. 73 Tabel 4.31. Distribusi Pengetahuan Tentang Definisi Plak Gigi …….. 74 Tabel 4.32. Distribusi Pengetahuan Tentang Pentingnya Menyikat Gigi

Setelah Makan ………. 75

Tabel 4.33. Distribusi Pengetahuan Tentang Frekuensi Menyikat Gigi Dalam Satu Hari ……….………. 76 Tabel 4.34. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest dan Posttest

Pengetahuan Siswa Responden Tentang Makanan


(16)

Tabel 4.19. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest dan Posttest Pengetahuan Siswa Responden Tentang Makanan


(17)

ABSTRAK

Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, diprioritaskan pada personal hygiene pada semua golongan usia, baik dewasa maupun anak-anak.. Kesehatan dan kebersihan dasar dapat dilihat dari gigi dan mulut seseorang dan merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut, khususnya pada anak usia sekolah dasar. Anak yang mengalami karies gigi menjadi malas makan dan akhirnya dapat menyebabkan kekurangan gizi. Konsumsi makanan kariogenik diduga meningkatkan karies gigi pada anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak tentang kebersihan dan kesehatan gigi dalam meningkatkan derajat kesehatan anak-anak adalah melalui penyuluhan tentang makanan kariogenik dalam pencegahan terjadinya karies gigi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap peningkatan pengetahuan anak-anak mengenai makanan kariogenik di SDN 068004 Perumnas Simalingkar Medan Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental, dimana bentuk desain yang digunakan adalah desain one group pretest-postest dengan total sampling 50 anak penderita karies gigi. 25 anak dikelompokkan dalam metode diskusi dan 25 anak dalam metode ceramah. Data dimbil dari hasil kuesioner. Data diolah dengan uji paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai pengetahuan anak-anak paling tinggi terdapat pada grup diskusi yaitu 38, 68 dimana nilai t hitung -14,814 dengan (p) 0,00 pada kelompok diskusi menunjukkan metode diskusi lebih efektif dalam peningkatan pengetahuan anak-anak SDN 068004.

Disarankan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui program UKGS dengan memprioritaskan metode diskusi sebagai alternative dalam usaha peningkatan pengetahuan siswa SDN 068004.


(18)

ABSTRACT

Clean and healthy behavior increasing effort have it purpose to raise the level of public health with personal hygiene as it priority for every ages classification, young or adult. Healthy and clean behavior can refers to teeth and mouth cleanliness which are part of body hygienity we can’t separate one each other because it influence to whole body cleanliness. Dental caries is one of the main problems in dental and mouth health, especially for elementary school children. It effect dental pain which can make decreasing appetite in a children, and finally it causes nutritional deficiency. The cariogenic food consumption is estimated can increase incidence of dental caries. One effort that can be done to improve children clean and healthy dental behavior knowledge and improving them healthiness is through health education by providing counseling of cariogenic food to preventing dental caries.

This study aims to determine the influence of illumination with a lecture and discussion to improve the knowledge of children with dental cavity about cariogenic food in SDN 068004 Perumnas Simalingkar Medan. This research was a quasi-experimental designed with one group pretest-posttest with 50 children as total sampling who detected have dental cavity. Amounting 50 student, 25 student to discuss group and 25 student to lecture group. Data obtained from the questionnaire questions. Test used paired sample t-test. The result showed that the average value of the highest knowledge in the group discussion method than the lecture method at 38,68 with t count -14,814 and (p) 0,00. The test result test showed the method of discussion is more effective in improving knowledge of children about cariogenic food in SDN 068004.

It is recommended to teacher and UKGS staff to prioritize discussion method as an alternative to the provision of information to improve the knowledge of children on SDN 068004.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, diprioritaskan pada personal hygiene pada semua golongan usia, baik dewasa maupun anak-anak. Kesehatan dan kebersihan dasar dapat dilihat dari gigi dan mulut seseorang. Hal tersebut dapat menjadi tolak ukur bagaimana seseorang dalam menjaga kesehatan diri sebagai cerminan pribadi. (Indah Irma, S. Ayu Intan; 2013).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Mulut yang sehat memungkinkan individu untuk berbicara, makan dan bersosialisasi tanpa mengalami rasa sakit, rasa tidak nyaman, maupun rasa malu. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. (Meishi, 2011)

Mengingat kegunaannya yang sedemikian maka penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini, gigi merupakan hal yang mulai diprioritaskan. Hal ini terbukti dengan semakin meningkat dan berkembangnya


(20)

dental aesthetics atau perawatan estetika gigi mulai dari penggunaan behel gigi, penambalan gigi berlubang, pemutihan warna gigi sampai dengan operasi gigi dan gusi. Di sisi lain, hal ini membuktikan bahwa masalah gigi saat ini juga sangat tinggi.

Karies gigi atau gigi berlubang merupakan salah satu penyakit yang sangat luas penyebarannya, dan merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di dunia, bahkan di negara-negara industri. Di negara-negara yang sedang berkembang ada kecenderungan peningkatan prevalensi karies gigi sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula dan kurangnya pemanfaatan fluor.

Menurut Machfoeds dan Zein dalam Kawuryan (2008), Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai makanan yang manis-manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk karena anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula dan apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies.

Diantara banyak kerugian-kerugian yang ditimbulkan, yang paling banyak disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti permen, snack dan minuman adalah kerusakan atau pengeroposan gigi, terutama pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula digolongkan sebagai senyawa kariogenik (Ramadhan, 2010).


(21)

Kebersihan gigi dan mulut yang tidak diperhatikan, akan menimbulkan masalah, salah satunya kerusakan pada gigi seperti karies atau gigi berlubang. Karies gigi bersifat kronis dan dalam perkembangannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita mempunyai potensi mengalami gangguan seumur hidup. Anak usia sekolah diseluruh dunia diperkirakan 90% pernah menderita karies. (Bedi; 2011).

Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok usia 12 tahun merupakan indikator utama dalam kriteria pengukuran karies gigi yang dinyatakan dengan indeks DMFT (Decay Missing Filling Tooth). Data dari WHO (2000) menunjukkan bahwa rerata pengalaman karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Data dari The Oral Health Atlas, Mapping a neglected global health issue by Beaglehole et al 2009 menunjukkan sebanyak 70% penduduk dunia berusia 6-19 tahun menderita karies gigi.

Data dari Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, melaporkan bahwa 72% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies dan 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat dan pada umumnya diderita anak-anak (Depkes, 2007). Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi sebesar 90,05 % (Depkes, 2004).

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar Propinsi Sumatera Utara tahun 2007, persentase penduduk dengan karies gigi adalah 13,6 % pada kelompok umur 5-9 tahun dan yang mendapat perawatan medis gigi sebanyak 19,4 %. Sedangkan pada kelompok umur 10-14 tahun, 14,1 % menderita karies gigi dan


(22)

hanya 21,0 % diantaranya yang mendapat perawatan medis gigi. Dari data tersebut juga diketahui persentase penduduk kelompok umur 10 -14 tahun yang berperilaku benar dalam menggosok gigi hanya 3,5 % (Depkes Propinsi Sumatera Utara, 2007).

Data pemeriksaan gigi dan mulut pada murid SD melalui UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di seluruh kabupaten di wilayah Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010, dari sebanyak 1.420.129 orang murid, telah diperiksa sebanyak 375.180 orang atau sebesar 26,42 %, yang menderita karies gigi sebanyak 42.617 orang, dan mendapat perawatan sebanyak 22.560 orang atau sebesar 53,17 %. Jumlah SD yang pernah melakukan sikat gigi massal sebanyak 1490 SD atau sebesar 17,19 % dari total jumlah SD sebanyak 8.869 SD (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2010).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2010 melaporkan bahwa penyakit pulpa dan jaringan periapikal gigi menempati urutan ke-8 dari sepuluh penyakit terbesar di kota Medan, yakni sebanyak 24.296 penderita atau sebesar 3,65 %. Data pemeriksaan gigi dan mulut pada murid SD melalui UKGS, dari sejumlah 36.278 orang murid, telah mendapat pemeriksaan sebanyak 35.690 orang dan 10.723 orang diantaranya memerlukan perawatan, namun hanya 2884 orang atau 26,90 % yang mendapat perawatan (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2010).

Sesuai dengan teori Blum (1980), bahwa faktor perilaku merupakan faktor kedua yang dapat memengaruhi derajat kesehatan, maka tingginya angka kejadian karies gigi baik di Indonesia maupun di dunia, tidak terlepas dari


(23)

pengaruh faktor perilaku. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi. Penelitian Warni, 2009, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tindakan anak sekolah tentang kesehatan gigi terhadap kejadian karies gigi dengan p = 0,048 (< p = 0,05).

Menurut Beck yang dikutip oleh Hidayanti (2005) penyakit karies gigi bersifat progresif serta akumulatif, berarti bila ada kelainan yang tidak diobati kian lama kian bertambah parah, dan gigi yang sudah terkena tidak dapat kembali normal dengan sendirinya. Selain itu pengobatan terhadap gigi yang rusak juga menghabiskan waktu dan biaya yang mahal. Oleh karena itu, pencegahan terjadinya kerusakan gigi jauh lebih baik dari pada merawat gigi yang sudah rusak.

Makanan atau substrat merupakan salah satu unsur penting penyebab terjadinya karies gigi. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak dan protein. Dari berbagai penelitian tampak ada hubungan antara intake karbohidrat dengan karies dan hubungan yang lebih kompleks dengan lemak, protein, vitamin dan mineral. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan atau yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies, atau pada jajanan yang disukai anak-anak seperti permen, coklat, es krim dan selai. Oleh karena itu anak-anak rentan terhadap karies gigi.

Budaya makan saat ini sudah mengalami perubahan, makanan siap saji menjadi sangat popular bagi orang-orang dari semua usia terutama anak-anak. Anak-anak mudah terpengaruh dengan tayangan komersial di televisi yang


(24)

mempertontonkan berbagai produk makanan. Mereka membeli makanan dan minuman jajanan di sekolah seperti yang mereka lihat di televisi/iklan tersebut, karena kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut.

Bukti tentang adanya hubungan antara pola makan dengan karies telah banyak dicatat baik sebelum maupun sesudah peningkatan ketersediaan gula sebagai contoh adalah penduduk di pulau terpencil di Atlantik Selatan. Pada tahun tiga puluhan kondisi gigi mereka sangat baik sekali, pada saat itu makanan mereka hanya terdiri dari daging, ikan, kentang dan sayuran lainnya. Sejak tahun 1940 terjadi peningkatan makanan impor bergula diikuti dengan kenaikan serupa pada keadaan kariesnya (Kidd, 1991).

Bukti lain mengenai hubungan pola makan dan karies berkaitan dengan penyakit herediter yang jarang, yaitu suatu intoleransi terhadap fruktosa, yang disebabkan oleh kesalahan metabolisme bawaan. Pasien yang menderita penyakit ini kekurangan enzim hati sehingga makanan yang mengandung fruktosa akan mengakibatkan rasa mual yang hebat. Oleh karena itu, mereka akan menghindari makanan yang manis-manis. Ternyata kekerapan karies mereka menjadi sangat rendah (Kidd, 1991).

Makanan manis akan dinetralisir setelah 20 menit, maka apabila setiap 20 menit sekali memakan makanan manis akan mengakibatkan gigi lebih cepat rusak. Makanan manis lebih baik dimakan pada saat jam makan utama seperti sarapan, makan siang, makan malam, karena pada waktu jam makan utama biasanya air ludah yang dihasilkan cukup banyak sehingga dapat membantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel di gigi (Rahmadhan, 2010).


(25)

Penelitian Barus (2008) yang dilaksanakan pada anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan tahun 2008 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan jajanan dengan karies gigi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan anak-anak yang frekuensi makanan jajanannya tinggi memiliki tingkat keparahan karies gigi yang berat (74,2%).

Senada dengan itu, penelitian Hidayanti (2005) yang dilaksanakan pada anak Sekolah Dasar di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya tahun 2005 menunjukkan ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik, makanan pencegah karies dan skor konsumsi makan dengan keparahan karies gigi. Rata-rata konsumsi makanan kariogenik sebesar 12,6± 4,5 dan rata-rata indeks def-t sebesar 5,93 ± 3,13. Terdapat hubungan kesukaan anak terhadap makanan kariogenik dengan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik. Ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik, makanan pencega h karies gigi, dan delta konsumsi makan dengan keparahan karies gigi.

Hadnyanawati (2002), melalui penelitiannya pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Jember, juga menunjukkan adanya pengaruh pola jajan di sekolah terhadap karies gigi (p<0,01). Siswa yang mengkonsumsi biskuit memeliki DMF-T sebesar 2,5, yang mengkonsumsi permen coklat memiliki DMF-T sebesar 2,9 dan yang mengkonsumsi es krim memiliki DMF-T sebesar 5,0 serta yang mengkonsumsi sirup memiliki DMF-T sebesar 3,8. Keadaan ini menunjukkan bahwa makanan yang bersifat kariogenik terutama karbohidrat jenis sukrosa sangat berpengaruh terhadap karies gigi.


(26)

Penelitian Karunianingtyas (2008) yang dilakukan pada anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Pondok Beringin juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dan konsumsi makanan jajanan kariogenik dengan kejadian karies gigi. Faktor yang paling berpengaruh adalah konsumsi makanan jajanan kariogenik. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kebiasaan menggosok gigi berkategori kurang baik 40%, konsumsi makanan jajanan kariogenik berkategori tinggi 88,3%. Terdapat 85% anak usia pra-sekolah menderita karies gigi.

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2013 menyatakan bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada anak-anak sekolah dasar kawasan Perumnas Simalingkar, terdapat 1.283 kasus karies gigi.

Berdasarkan data dari puskesmas Pembantu Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Medan yang merupakan penanggung jawab UKGS SD 068004 tersebut, hasil pemeriksaan pada anak kelas I yang berjumlah 12 orang, 9 diantaranya ditemukan menderita karies gigi atau dengan kata lain 75 % anak kelas I menderita karies gigi.

Berangkat dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan didukung oleh rujukan dan data yang diperoleh dari Puskesmas Pembantu yang menaungi beberapa sekolah dikawasan Perumnas Simalingkar, peneliti memutuskan akan meneliti anak-anak SD Negeri 068004.

Situasi dan kondisi di Sekolah dasar Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan menjual makanan jajanan yang dapat menimbulkan karies gigi. Makanan jajanan tersebut yaitu donat, molen, coklat, es krim, permen dan


(27)

minuman susu serta cendol. Makanan dan minuman ini berifat kariogenik. Berdasarkan survei pendahuluan peneliti, belum pernah diadakan penyuluhan tentang makanan kariogenik terhadap siswa-siswa SD Negeri 068004 tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan makanan kariogenik pada anak-anak penderita karies gigi di SD Negeri 068004 Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang makanan kariogenik terhadap pengetahuan pada anak-anak penderita karies gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang makanan kariogenik di SD Negeri 068004 tahun 2015 Medan sebelum mendapat penyuluhan.

2. Untuk mengetahui pengetahuan anak-anak penderita karies gigi tentang makanan kariogenik di SD Negeri 068004 tahun 2015 Medan setelah mendapat penyuluhan.


(28)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi bagi anak SD Negeri 068004 Medan mengenai konsumsi makanan untuk kesehatan gigi serta pemeliharaan kesehatan gigi.

2. Sebagai masukan dan informasi mengenai konsumsi makanan kariogenik untuk kesehatan gigi anak bagi puskesmas di dalam meningkatkan program UKGS.

1.5. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah Memberikan penyuluhan hanya kepada siswa-siswi yang duduk di kelas 3, 4,5,6 atau yang berumur 8 sampai 13 tahun yang dalam pemeriksaan gigi oleh dokter gigi diperoleh 50 jumlah anak yang menderita karies gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan karena pada umur tersebut banyak dari mereka yang menderita karies gigi berdasarkan rujukan dari Puskesmas pembantu wilayah kerja Puskesmas Simalingkar dan pada umur tersebut dianggap sudah mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengalaman manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengelihatan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010:142). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi enam tingkat pengetahuan, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.


(30)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2010:54), pengetahuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Awareness knowledge (Pengetahuan kesadaran), yaitu pengetahuan akan keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan jenis ini akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian akan


(31)

mengadopsinya. Pada inovasi ini diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka masyarakat tidak merasa memerlukan inovasi tadi. Rogers menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi, koran atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui keberadaan suatu inovasi.

b. How-to-knowlegde (Pengetahuan pemahaman), yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan cukup tentang penggunaan inovasi ini.

c. Principles-knowledge (Prinsip dasar), yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja.

2.2. Penyuluhan

2.2.1. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif sendiri diartikan sebagai suatu rangkaian yang dilakukan secara sistematik-terencana-terarah,


(32)

dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, budaya setempat (Suharjo, 2003).

Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaianya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut atau perilaku baru.

2.2.2. Metode Penyuluhan dan Media Penyuluhan

Menurut Van de ban dan Hawkins yang dikutip oleh Rika Candra (2008), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai.

2.2.2.1Pendekatan Kelompok besar

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kekompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.

Disamping keuntungan yang diperoleh, kelemahan yang ditemukan dalam metode ini adalah sulitnya mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran. Ceramah adalah salah satu cara yang efektif


(33)

dikarenakan metode ini sesuai untuk masyarakat, baik yang berpengetahuan tinggi maupun yang berpengetahuan rendah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih metode pendekatan kelompok dengan melakukan penyuluhan dengan cara ceramah mengenai makanan kariogenik dengan hubungannya terhadap penyakit karies gigi.

2.2.2.2Pendekatan Kelompok Kecil (Diskusi Kelompok)

Agar semua anggota kelompko dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk peserta diatur sedemikian rupa sehingga dapat saling berhadapan satu sama lain. Pemimpin juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.

2.3. Makanan Kariogenik

Menurut Setiowati dan Furqnita (2007), Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut.

Kariogenitas suatu makanan tergantung dari : 1. Bentuk fisik

Bentuk fisik makanan yang lunak, lengket dan manis yang mudah menempel pada permukaaan gigi dan sela-sela gigi yang jika dibiarkan akan menghasilkan asam yang lebih banyak pula sehingga mempertinggi resiko terkena karies gigi. Selain itu karbohidrat dalam bentuk tepung yang mudah


(34)

hancur di dalam mulut juga harus dihindari, misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain, (Suwelo 1992).

Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan makanan lebih lama dikunyah. Gerakan mengunyah sangat menguntungkan bagi kesehatan gigi dan gusi. Mengunyah akan merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan berserat menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada gigi.Titik-titik positif pada buah segar adalah kadar vitamin, kadar mineral, kaya akan serabut kasar dan air serta sifat-sifat yang merangsang fungsi pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang mempunyai sifat sebagi pembersih alami seperti apel, bengkoang, pir, jeruk.

2. Jenis

Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanan cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang dapat menyebabkan karies gigi, makanan manis yang banyak mengandung gula atau sukrosa. Makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya (Tarigan, 1993).

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang paling erat berhubungan dengan proses karies adalah sukrosa, karena mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Sukrosa banyak tergantung pada makanan


(35)

manis dan camilan (snack) seperti roti, coklat, permen dan es krim (Pratiwi, 2009).

Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang punya sifat khas misalnya larut dalam air dan manis. Dalam arti sempit disebut sukrosa akan tetapi dalam arti luas merupakan monosakarida dan disakarida yakni: glukosa atau gula tebu atau gula pasir, maltose atau gula gandum, fruktosa atau gula buah bisa juga terdapat dalam madu, laktosa atau gula susu dan gula inverse atau campuran 50:50 glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari hidrolisis sukrosa, tingkat kemanisan gula inverse ini 130% lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa.

Didalam makanan menurut Mahdiyah (2003), terdapat beberapa kandungan

1. Coklat :

- 99,8% sukrosa

- kadar air 0.01-0,02%, - mineral 0,006-0,3% - gula invert 0,03-0,2%, 2. Susu :

- 62,5% sukrosa - 4,8% laktosa 3. es krim :

- 12-16% sukrosa - 55-64% susu


(36)

4. permen :

- 65,25% sukrosa

Menurut Sutrisna dan Rizal (2007) jika tingkat kemanisan sukrosa diberi angka 100 makan kandungan masing-masing tingkat kemanisan gula adalah sebagai berikut:

Table 2.1

Tingkat kemanisan gula

No Jenis gula Tingkat kemanisan

1 Fruktosa 173

2 Gula inverse 130

3 Sukrosa 100

4 Glukosa 74

5 Maltose 33

6 Laktosa 16

Sumber : Sutrisna dan Rizal (2007) 3. Frekuensi konsumsi

Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengkonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang (Arisman, 2002).

Terlalu sering mengemil akan membuat saliva dalam rongga mulut tetap dalam suasana asam akibatnya gigi akan semakin rentan terhadap karies.


(37)

Beberapa hasil penelitian menganjurkan supaya makanan dan minuman yang bersifat kariogenik jangan dikonsumsi sepanjang hari tetapi sebaiknya dikonsumsi pada tiga waktu makan utama, hal ini dapat mengurangi resiko karies. (Houwink, 1993)

4. Cara Mengkonsumsi

Berhubungan dengan cara mengonsumsi makanan yang dapat menyebabkan karies gigi dan juga berhubungan dengan oral clearance time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mengeliminasi makanan dari mulut, dan mengurangi konsentrasi karbohidrat sampai pada titik terang. Seseorang yang mengulum makanan lebih lama didalam mulutnya mempunyai resiko karies lebih tinggi dari pada orang yang mengulum makanan / oral clearance time pendek (Tarigan, 1995).

2.4 Karies Gigi

2.4.1. Defenisi Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits,fissure dan daerah interproximal) meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa (Tarigan, 1995).

Menurut Inda Irma dan S. Ayu intan dalam bukunya mendefenisikan karies gigi sebagai kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam


(38)

yang ada dalam karbohidrat melalui perantaraan mikroorganisme yang ada dalam saliva.

Kata karies, dalam bahasa Yunani diambil dari kata “Ker” artinya kematian. Dalam bahasa Latin berarti kehancuran. Pembentukan lobang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman yang dikenal sebagai Streptococcus. Lubang ini terbentuk pada permukaan gigi yang terbuka yaitu mahkota gigi (Srigupta, 2004).

Karies merupakan suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan dari bakteri), selanjutnya timbul destruksi komponen-komponen organik, yang akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang) (Schuurs, 1992).

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi 1. Faktor dalam

Menurut Panjaitan (1995), ada empat faktor yang langsung berhubungan dengan karies gigi yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikrooorganisme, substrat dan waktu.

Faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga


(39)

dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.

Menurut Panjaitan (1995), Streptokokus mempunyai sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya memegang peranan utama dalam proses karies gigi yaitu : (1) memfermentasikan berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan Ph. (2) membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari berbagai jenis karbohidrat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut bila karbohidrat eksogen kurang sehingga dengan demikian menghasilkan asam terus-menerus. (3) mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Dekstran menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi. (4) mempunyai kemampuan untuk menggunakan glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi.

Diet yang dimakan dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu pembiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel, juga mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak itu sendiri dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk produksi asam, enzim-enzim serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan tumbuhnya


(40)

karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.

Secara umum karies dianggap penyakit kronis pada manusia, yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu karies berkembang menjadi suatu lubang, bervariasi dan diperkirakan antara 6-48 bulan. Penelitian epidemiologi pada segolongan besar anak memperlihatkan serangan karies mencapai puncaknya pada waktu dua sampai empat tahun sesudah erupsi gigi, yang kemudian menurun. Disamping itu aktivitas karies akan lebih besar bila semakin lama sukrosa di dalam mulut, sebab aktivitas juga bergantung pada frekuensi konsumsi sukrosa (Panjaitan, 1995).

Karies akan terjadi bila kondisi setiap faktor tersebut saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.

2. Faktor Luar

Menurut Tarigan (1995), beberapa faktor luar yang juga mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu usia, jenis kelamin, ras / suku bangsa, letak geografis, kultur sosial penduduk serta kesadaran, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi.


(41)

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar. Umur yang paling rentan menderita karies gigi adalah 4-8 tahun untuk gigi primer dan 12-18 tahun untuk gigi sekunder atau permanen (Wong, 2008).

Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-geligi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan dengan waktu dan teknik menggosok gigi, jumlah dan frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (kariogenik). Selain itu, terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi.

Dilihat dari jenis kelamin seseorang, beberapa penelitian menyatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Demikian juga dengan anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal ini disebabkan


(42)

antara lain karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies.

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan, tetapi keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan kejadian karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur. Keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempertinggi prosentase karies pada ras tersebut.

Keadaan geografis berpengaruh dalam hal terjadinya karies karena kandungan fluor air minum. Bila air minum mengandung fluor 1 ppm maka gigi mempunyai daya tahan terhadap karies tetapi bila air minum mengandung lebih besar dari 1 ppm maka akan terjadi Mottled teeth yang menyebabkan kerusakan email berupa bintik-bintik hitam. Pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet dan kebiasaan merawat gigi merupakan faktor yang mempengaruhi kultur sosial penduduk .

Fase perkembangan anak- anak masih sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan pengaruh paling kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya. Peranan ibu sangat mementukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan orang tua dalam merawat kesehatan gigi anaknya sangat berpengaruh terhadap timbulnya kerusakan pada gigi. Masalah tingginya angka penyakit gigi dan


(43)

mulut sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku masyarakat. Dalam hal ini adalah peran ibu yang pertama-tama terdekat dengan anak-anaknya (Ratna;_). Kesadaran masyarakat untuk datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah. Demikian juga keadaan kesehatan gigi dan mulut anak usia prasekolah masih sangat ditentukan oleh kesadaran, sikap dan perilaku serta pendidikan ibunya.

2.5 Proses terjadinya karies gigi 2.5.1. Pembentukan karies

Karies gigi atau lebih dikenal dengan lubang pada permukaan gigi, yang berada di atas email dapat terjadi apabila semua faktor yaitu gigi, air liur, makanan dan kuman lengkap. Bagian yang ganjil adalah bukan hanya keberadaannya saja yang penting akan tetapi keempat faktor tersebut harus saling mempengaruhi. Kuman yang sangat kecil memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan lubang. Kuman-kuman ini menghasilkan asam yang melarutkan email permukaan gigi dan membentuk suatu lubang.

Kuman-kuman tersebut menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dicuci dengan air liur. Air liur, makanan dan permukaan gigi menyediakan perlindungan bagi bakteri dalam mulut untuk menempati dan membentuk suatu koloni. Bahan yang lengket dan bakteri membuat suatu endapan, yang dikenal dengan plak (Srigupta, 2004).

Di dalam plak, 70% lapisan yang menutupi gigi, volumenya terdiri dari bakteri, dibentuk asam dari karbohidrat yang mengakibatkan turunnya pH


(44)

lokal yang normal. Penurunan ini mengganggu keseimbangan antara jaringan gigi, biasanya email, dan lingkungan (Schuurs, 1992).

2.5.2. Proses Penjalaran Karies

Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui prismata dan lewat perluasan “lubang fokus” tapi belum sampai kavitasi. Kavitasi baru muncul apabila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitas yang makroskopis dapat dilihat. Bila lesi mencapai dentin, pulpa langsung akan terlibat proses, lewat cabang-cabang odontoblas di dalam kanal-kanal dentin. Lewat email yang menjadi porus, mungkin melalui suatu kavitas, produk-produk bakterial mencapai dentin yang lebih miskin mineral dan kaya putih telur dari pada email (Schuurs, 1992).

Secara histologis, pada karies tulang gigi yang tidak begitu dalam, dapat dibedakan dari luar ke dalam lima daerah : (1) lapisan dentin lunak yang strukturnya tidak dapat dikenal lagi. Di dalam lapisan ini terdapat flora campuran yang mengeluarkan enzim hidrolitik yang akan merusak komponen organik dentin. (2) lapisan infeksi, dimana akan dijumpai bakteri-bakteri di dalam tubuli, tubuli melebar dan saling menyatu. Selain itu terlihat juga celah-celah yang mengikuti jalannya garis-garis pertumbuhan owen. (3) lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin peritubular diserang. (4) lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan ensimnya. (5) lapisan opak


(45)

(tidak tembus penglihatan), ditandai dengan adanya lemak di dalam tubuli, kemungkinan merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas.

Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat dan kelima. Baru setelah terjadi kavitas, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam tidak terdapat lapisan-lapisan 4 dan 5.

Bila sementum oleh retraksi gingiva terbuka bagi lingkungan mulut, dapat terjadi karies akar, suatu proses yang lebih luas ke arah dalam. Hal ini menyebabkan keadaan tidak janggal bahwa dentin yang makin tua akan lebih mengalami sklerosis. Mikroorganisme menembus saluran-saluran dimana sebelumnya terdapat jaringan ikat dan dengan demikian pada lapisan lebih dalam dapat mengurus proses perluasan ke arah lebar (Schuurs, 1992).

2.6. Bentuk – Bentuk Karies Gigi

Tarigan (1995) mengelompokkan karies gigi berdasarkan cara meluasnya, stadium (kedalamannya), lokalisasi dan berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies.

2.6.1.Berdasarkan Cara Meluasnya

Berdasarkan cara meluasnya karies gigi, karies terbagi sebagai berikut: 1. Penetrierende Karies

Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secarapenetrasi, yaitu merembes ke arah dalam.


(46)

Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping, sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk.

2.6.2. Berdasarkan Stadium (Kedalamannya)

Berdasarkan stadium (kedalamannya) karies gigi, karies terbagi sebagai berikut:

1. Karies Superficialis

Ciri-ciri karies superficialis adalah karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.

2. Karies Media

Ciri-ciri karies superficialis adalah karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

3. Karies Profunda

Ciri-ciri karies superficialis adalah karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

Karies profunda dapat dibagi lagi atas : a. Karies profunda stadium I

Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa belum dijumpai.

b. Karies profunda stadium II

Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa dan telah terjadi radang pulpa.

c. Karies profunda stadium III


(47)

2.6.3. Berdasarkan Lokalisasi Karies

Berdasarkan lokalisasi, karies terbagi sebagai berikut: 1. Karies Oklusal

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar dan molar (gigi posterior). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.

2. Kariess Labial

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi molar atau premolar, yang umumnya meluas sampai kebagian oklusal.

3. Karies Bukal

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan, tetapi belum mencapai margo incisalis (belum mencapai 1/3 incisial dari gigi). 4. Karies Palatal/Lingual

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan, dan sudah mencapai margo incisalis (telah mencapai 1/3 incisial dari gigi). 5. Karies Aproksimal

Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi belakang pada permukaan labial lingual, palatal ataupun bukal dari gigi.

6. Karies Kombinasi

Karies yang terdapat pada bagian incisal edge dan cusp oklusal pada gigi belakang yang disebabkan oleh keausan pada gigi yang terjadi selain dari pengunyahan normal (abrasi), keadaan physiologis pada


(48)

pengunyahan (atrisi) dan keausan gigi yang disebabkan oleh proses kimia (erosi).

2.6.4. Berdasarkan Banyaknya Permukaan gigi yang Terkena Karies Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies, karies terbagi sebagai berikut:

1. Simpel karies

Karies yang dijumpai pada satu permukaan saja. Misalnya labial, bukal, lingual, mesial, distal, oklusal.

2. Kompleks Karies

Karies yang sudah luas dan mengenai lebih dari satu bidang permukaan gigi. Misalnya : mesio incisal, disto incisal, mesio oklusal.

2.7. Hubungan Makanan Kariogenik Terhadap Karies

Beberapa jenis karbohidrat termasuk sukrosa dan glukosa, dapat diragikan oleh bakteri tertentu (Edwina dan Sally, 1992) penurunan pH dalam waktu tertentu akan demineralisasi permukaan gigi yang menyebabkan terjadinya karies gigi.

Menurut Edwina dan Sally (1992) plak akan tetap bersifat asam pada waktu tertentu untuk dapat kembali ke pH normal. Makanan manis atau makanan kariogenik bertahan 20- 30 menit tidak berbahanya. Akan tetapi apabila lebih dari 20 menit makanan tersebut akan bersifat asam dan gigi akan mengalami kerusakan lebih cepat karena keadaan ini. Setelah memakan makanan kariogenik pH plak akan menurun dengan cepat yang dapat


(49)

menghancurkan email. pH ini akan bertahan dalam waktu 30 sampai 60 menit sebelum mencapai pH normal. Sebaiknya dalam sehari kebiasaan mengemil dibatasi 4 kali/ hari untuk total makanan kariogenik dan 3 kali/minggu agar gigi mempunyai waktu untuk menetralisir asam yang ada dalam mulut (Ramadhan, 2010).

Kebiasaan mengemil makanan manis diluar jam makan utama yakni makan pagi, siang dan malam juga mempengaruhi terjadinya karies gigi. Karena pada waktu jam makan utama, air ludah yang dihasilkan cukup banyak sehingga mambantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel pada gigi (Edwina dan Sally, 1992).

Mengkonsumsi permen loli juga mempunyai resiko lebih tingi terjadi karies dibandingkan dengan mengkonsumsi coklat batangan karena adanya gula sukrosa tersembunyi dalam permen loli serta permen loli lebih bersifat lengket dan keras dibandingkan dengan coklat batangan (Wong, 2009).

2.8. Konsep Frekuensi Menyikat Gigi

Frekuensi menggosok gigi adalah banyak sedikitnya atau berapa kali menyikat gigi dalam satu hari. Menngosok gigi ini dilakukan untuk mengangakat dan menghilangkan sisa makanan dan pla pada permukaan gigi dan gusi (Nurfaizah, 2007).

Frekuensi menggosok gigi adalah sehari 3 X, setiap sehabis makan dan sebelum tidur. Kenyataannya menggosok gigi 3 X sehari tidak selalu dapat


(50)

dilakukan, terutama ketika seseorang berada di sekolah, kantor atau tempat lain (Mimit Ariwibowo, 2010).

Frekuensi sikat gigi adalah Minimal 2 kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Idealnya sikat gigi setiap habis makan, tapi yang paling penting malam hari sebelum tidur. Sebaiknya sikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor yang dapat menguatkan email. Untuk anak -anak berikan pasta gigi dengan rasa buah, sehingga anak gemar menggosok gigi (Ririn Fitriana, 2010).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi menyikat gigi maksimal 3 X sehari (setelah makan pagi, makan siang dan sebelum tidur malam), atau minimal 2 X sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur malam).

2.9. Kerangka Konsep

Penyuluhan Makanan Kariogenik dengan

hubungannya terhadap karies

Sebelum

Pengetahuan anak penderita karies gigi

Sesudah

Pengetahuan anak penderita karies gigi


(51)

Dalam kerangka konsep yang ingin diketahui adalah bagaimana tingkat pengetahuan anak sebelum dan sesudah penyuluhan.

2.10.Hipotesis

Ada pengaruh (pemberian) penyuluhan tentang makanan kariogenik dengan metode ceramah dan diskusi terhadap pengetahuan anak-anak penderita karies gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental, dimana bentuk desain yang digunakan adalah desain one group pretest-postest utuk mengetahui pengaruh penyuluhan makanan kariogenik terhadap pengetahuan antestak-anak penderita karies gigi.

Dimana dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan yaitu penyuluhan (post-test).

Keterangan : 01 = pre-test X = penyuluhan 02 = post-test

Perbedaan antara 01 dengan 02 diasumsikan sebagai efek atau pengaruh dari perlakuan yang diberikan. (Emillia, 2008; Sumantri, 2011).


(53)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan. Dimana alasan pemilihan lokasi adalah :

a. Berdasarkan rujukan dari Puskesmas Pembantu yang menaungi sekolah dalam hal UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).

b. Banyaknya jumlah anak-anak yang menderita karies gigi sesuai data yang diperoleh dari Puskesmas dan petugas kesehatan sendiri.

c. Banyaknya jenis makanan/jajanan yang tergolong makanan kariogenik yang dipasarkan baik di kantin sekolah, maupun di sekitar sekolah. d. Belum pernah dilakukan penyuluhan tentang pengetahuan makanan

kariogenik pada anak-anak penderita karies gigi di SD Negeri 068004 Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri 068004 Medan pada bulan Maret 2015- Juni 2015.

3.2.3. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian

1. Seluruh siswa yang duduk di kelas 3, 4, 5 dan 6 berdiri berbaris di depan ruang kelas dan satu demi satu diperiksa oleh dokter gigi dengan tujuan mendapatkan sampel penelitian yaitu anak-anak yang menderita karies gigi. Dalam tahap ini, pemeriksaan dimulai tepat pukul 09.00-10.00


(54)

2. Setelah sampel diperoleh yaitu berjumlah 50 anak. Kemudian seluruh sampel diberikan pre test kuesioner yang dalam prakteknya pengisian kuesioner ini membutuhkan waktu 20 menit

3. Kemudian seluruh total sampel yang berjumlah 50 orang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 25 orang anak untuk kelompok diskusi dan 25 orang anak untuk kelompok ceramah. Proses pembagian yang dimulai pukul 10.20-10.35 Wib

4. Ceramah dimulai pukul 10.40 setelah keadaan kondusif dan berlangsung selama 20 menit. Dalam ceramah, peneliti menggunakan poster strukur gigi dan poster makanan serta contoh makanan kariogenik sebagai mediadan didampingi oleh dokter gigi. Post Test diberikan setelahnya, yaitu pukul 11.00 Wib dengan waktu 10 menit

5. Kemudian kelompok diskusi ( 1 lingkaran ) dimulai pukul 11.15 selama 20 menit dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner post test selama 10 menit. Dalam diskusi, peneliti menggunakan poster strukur gigi dan poster makanan serta contoh makanan kariogenik sebagai media dan didampingi oleh dokter gigi.

6. Kegiatan dilanjutkan dengan pembagian sikat dan pasta gigi dan peneliti mendemostrasikan cara menyikat gigi yang baik dan benar dan diikuti dengan sikat gigi bersama sebagai akhir penelitian yaitu pada pukul 11.35-11.50.


(55)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Sugiyono (2005:90) Menguraikan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi penelitian ini adalah seluruh murid Sekolah Dasar Negeri 068004 Medan yang duduk di kelas 3, 4, 5 dan 6 .

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representative atau mewakili populasi yang bersangkutan atau sebagian kecil yang diamati. Menurut Sugiyono (2005) sampel adalah bagian dari jumah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sejalan dengan Slamet (2006) adapun keuntungan mengambil sampel bagi penelitian populasi adalah pengambilan sampel yang cukup, yang representative dari populasi adalah menghemat waktu, tenaga dan biaya.

Sedangkan menurut Hidayat (2002:2) sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan merupakan bagian dari populasi sehingga karakteristik populasi juga dimilki oleh sampel.

Teknik pengambilan sampel menurut Mantra (2004) dan Arikunto (2000) bahwa pemilihan responden (sampel) dilakukan secara teknik purposive sampling, dimana kriteria purposive ialah : 1) sampel dianggap telah memiliki pengetahuan lebih mendalam tentang masalah yang sedang diteliti oleh peneliti;


(56)

2) dipilih oleh peneliti; 3) bersedia dan rela memberi waktu untuk mengisi atau menjawab kuesioner.

Total Sampling berdasarkan hasil pemeriksaan karies gigi adalah sebanyak 50 anak

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang menderita karies gigi yang duduk di kelas 3, 4, 5 dan 6 yang telah diperiksa dan diseleksi oleh dokter gigi sebelum dilakukannya pre-test, penyuluhan dan pro-test yang berjumlah 50 orang

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang diperlukan diperoleh dari peninjauan ke lapangan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden dan berisikan daftar pertanyaan serta pilihan jawaban yang telah dipersiapkan. Dimana sebelum proses penyuluhan dilakukan nantinya akan dibagikan kuesioner terlebih dahulu untuk memperoleh data awal (pre-test).

Kemudian dari ke 50 jumlah siswa yang mengalami karies (sampel) akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama sebagai kelompok diskusi sebanyak 25 orang dan kelompok kedua sebagai kelompok ceramah sebanyak 25 orang.

Setelah penyuluhan diberikan, kuesioner dengan pertanyaan yang sama akan kembali dibagikan kembali untuk diisi kepada sampel responden sebagai


(57)

post-test yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan hasil dari penilaian terhadap kuesioner yang sudah dibagikan pada pre-test.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari Kepala Sekolah SD Negri 068004 Medan, yaitu data umum sekolah mengenai jumlah seluruh siswa dan jumlah kelas serta tingkatan usia siswa.

3.5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan tentang makanan kariogenik pada anak-anak penderita karies gigi di SD 068004 Medan.

3.6. Definisi Operational

1. Penyuluhan makanan kariogenik adalah suatu upaya penyebarluasan informasi tentang makanan kariogenik kepada anak-anak penderita karies gigi dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi.

2. Pengetahuan anak-anak penderita karies gigi adalah segala sesuatu yang diketahui anak tentang makanan kariogenik sebelum dan sesudah penyuluhan.

3. Kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.


(1)

(2)

(3)

Master Data Diskusi dan Cermah

No. Nama

P1

P2

P3

P4 P5 P6

P7 P8 P9

P10

P11

P12

P13

P14

P15

Ptot

1

ElfridaAgustinaSitumorang

1

1

1

1

2

2

2

2

1

2

2

1

3

3

3

27

2

SalsalinaBangun

1

2

2

3

1

2

2

3

1

3

3

1

3

3

3

33

3

Abetnego

3

2

1

2

2

2

2

1

3

2

1

3

1

3

1

29

4

Ayub

1

1

1

1

2

2

3

3

3

1

3

1

1

2

3

28

5

Daniel

1

1

2

3

1

2

3

2

1

2

2

1

1

2

2

26

6

Shandy

1

3

3

2

1

1

3

1

1

1

2

1

1

1

3

25

7

Kristin Samosir

1

3

2

2

2

1

1

3

1

2

3

1

1

3

3

29

8

Adam Permana

1

3

2

3

2

1

2

1

1

2

3

1

1

2

1

26


(4)

13

Ebenezer Siregar

1

1

1

1

2

2

3

3

3

1

3

3

1

3

3

31

14

IbnuArifBaihaqi

1

2

2

3

2

2

2

3

1

3

3

1

1

1

1

28

15

PutriSyahrani

1

2

2

3

2

1

2

2

1

3

3

1

3

2

3

31

16

RahmiNurFadillah

1

2

2

3

2

2

2

1

1

2

3

2

3

2

3

31

17

RisaJuniRizkiYanti

1

3

2

3

2

2

2

3

3

1

3

2

1

2

2

32

18

Ando

1

2

2

3

1

2

2

2

2

2

3

1

1

1

1

24

19

Nurhayati

1

2

2

3

2

2

2

1

1

2

3

2

3

2

3

31

20

Riski Fernando 1

2

2

3

1

2

2

1

1

2

3

1

1

1

1

24

21

AlijatriPani

1

2

2

3

2

2

2

1

1

2

3

2

3

2

3

31

22

NurulAsni

1

2

2

3

1

2

2

1

1

2

3

1

1

1

1

24

23

Caren

1

1

1

2

1

2

2

1

3

2

1

3

1

2

3

26

24

Ratu

1

2

1

1

1

2

3

3

3

3

1

2

3

1

2

29

25

AndraGusman

1

1

2

1

3

2

1

1

1

3

2

1

1

2

1

23


(5)

1

Rifki

1

2

2

3

2

1

3

1

1

2

3

2

3

2

2

30

2

Indah 1

2

1

2

1

2

3

3

1

2

3

2

3

2

3

31

3

Teresia Situmorang

1

2

2

3

2

2

2

3

1

2

3

3

1

3

1

31

4

Ingot 1

1

2

3

1

2

3

2

1

2

2

1

1

2

3

27

5

Moses 1

1

2

3

1

2

1

1

1

1

3

2

1

1

1

22

6

Yolanda Fransiska

1

3

3

3

3

3

1

1

1

1

3

1

1

2

2

29

7

PopiNovita

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

1

1

2

2

18

8

Suci Miranda 1

3

2

3

3

2

2

2

3

1

3

2

1

1

3

32

9

Afriza Putria Ayyumi

1

2

1

2

1

1

3

1

3

1

3

2

1

2

3

27

10

Rifky Ramadhan

1

3

2

3

3

2

2

3

3

1

3

2

1

2

3

34

11

Nael

1

1

1

1

2

1

1

1

1

1

2

1

1

1

1

17

12

Nadia Rindiani

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

1

1

1

3

20


(6)

16

Eyme Nanda 1

1

2

1

1

1

1

1

1

1

2

1

2

2

1

19

17

Bebby Novika Sari 1

1

1

1

1

1

2

2

1

3

2

1

1

2

1

22

18

Nurwanit

1

1

1

1

1

2

2

1

1

1

2

1

1

1

1

18

19

Rian Pratama

1

2

2

3

1

1

1

1

1

1

2

1

1

1

1

20

20

M. Arya Putra 1

2

2

1

2

2

2

3

1

3

3

1

1

1

3

28

21

Kiren Sinuraya

1

1

1

2

1

1

1

1

1

1

2

1

1

1

1

17

22

Ayna Dwiva Amanda 1

1

1

1

2

2

1

1

1

2

2

2

1

1

1

19

23

Wahyu Ridho

1

2

2

2

1

1

1

1

1

1

3

3

1

1

1

22

24

Egi

1

1

1

1

1

1

2

2

3

3

1

1

1

1

3

23

25

Ketrin Samosir

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

1

2

2

1

18

26

Nisrina Alya

1

2

2

2

2

2

2

1

1

1

3

1

1

1

1

23

27

Widya Anggriani

1

1

2

3

2

3

3

1

3

1

3

1

1

1

1

27

28

Jiranda

1

1

2

1

2

2

3

3

1

1

3

3

1

2

3

29

29

Sarah H. 1

3

3

3

3

1

1

1

1

1

3

1

1

2

3

28


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 4 15

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 6 16

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR Pengaruh Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 9-11 Tahun di SDN Bl

0 3 14

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR Pengaruh Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 9-11 Tahun di SDN Bl

0 5 17

Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 1 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 10

Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 16