Bank Syariah TINJAUAN PUSTAKA

deregulasi bidang ekonomi, khususnya sektor perbankan pada awal-awal tahun 1980- an. 23 Landasan hukum yang menjadi titik tolak perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam UU tersebut prinsip syariah sudah dinyatakan, meskipun masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No 10 Tahun 1998, yang kemudian diperbaharuhi dengan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No 3 tahun 2004. Undang-undang ini memberikan arahan bagi bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri menjadi bank syariah. Landasan hukum bank syariah di Indonesia semakin kuat dengan dikeluarkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam UU tersebut dijabarkan mekanisme pada bank syariah di Indonesia. Beberapa aspek penting dalam UU No. 21 tahun 2008: a. Pertama, adanya kewajiban mencantumk an kata “syariah” bagi bank syariah, kecuali bagi bank-bank syariah yang telah beroperasi sebelum berlakunya UU No.21 Tahun 2008 pasal 5 no.4. Bagi bank umum konvensional BUK yang me miliki unit usaha syariah UUS diwajibkan mencantumkan nama syariah setelah nama bank pasal 5 no.5. b. Kedua, satu-satunya pemegang fatwa syariah adalah MUI. Karena fatwa MUI harus diterjemahkan menjadi produk perundang-undangan dalam hal ini Peraturan Bank IndonesiaPBI, dalam rangka penyusunan PBI, BI membentuk 23 Cik Basir. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Penga dilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah Jakarta: Kencana, 2009 hal. 29 38 komite perbankan syariah yang beranggotakan unsur-unsur dari BI, Departemen Agama, dan unsur masyarakat dengan komposisi yang berimbang dan memiliki keahlian di bidang syariah pasal 26. c. Ketiga, adanya definisi baru mengenai transaksi Murabahah. Dalam definisi lama disebutkan bahwa Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Menurut UU No.21 Tahun 2008 disebutkan akad Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. Diubahnya kata “jual beli” dengan kata “pembiayaan”, secara implisit UU No.21 Tahun 2008 ini ingin mengatakan bahwa transaksi Murabahah tidak termasuk transaksi yang dikenakan pajak sebagaimana yang menjadi masalah bagi bank syariah pada saat itu. Bank syariah menciptakan kegiatan ekonomi yang produktif dan adil serta tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral dengan melarang kegiatan usaha tertentu yang dilarang syariah. Untuk menghindarkan diri dari larangan-larangan syariah tersebut, maka struktur organisasi bank syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah DPS yang bertugas untuk mengawasi operasional bank syariah. 24 Keberadaan DPS tersebut dalam kepengurusan bank syariah adalah atas persetujuan Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional DSN atas usul yang diajukan oleh pemilik bank syariah bersangkutan. Demikian menurut Pasal 31 PBI No. 624PBI2004. 24 Muhammad. Lembaga Ekonomi Syari’ah Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007 hal. 48. 39 Seperti diketahui bahwa landasan utama beroperasinya bank syariah di Indonesia, selain UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, juga UU No. 3 tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, kemudian saat ini telah pula diperkuat dengan lahirnya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Namun, bagaimanapun seperti lazimnya sebuah UU, ia tidak banyak mengatur hal-hal yang bersifat operasional mengenai bank syariah, melainkan hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum saja berkaitan dengan eksistensi bank syariah dalam tata hukum perbankan di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, agar bank syariah dapat beroperasi sebagaimana mestinya, maka diperlukan adanya aturan-aturan tertentu yang bersifat operasional. Dalam rangka itulah Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah peraturan sebagai landasan operasional bagi bank syariah. Peraturan-peraturan tersebut dikenal dengan istilah PBI Peraturan Bank Indonesia. 25 Selain peraturan-peraturan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, terdapat peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh lembaga lain sebagai pendukung operasional bank syariah, yaitu Keputusan Presiden dan ketentuan-ketentuan lain dalam bentuk fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan Dewan Syariah Nasional DSN. Pengaturan mengenai kegiatan usaha bank di Indonesia secara umum didasarkan pada ketentuan Pasal 6, Pasal 7, Pasal 10, Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 15 UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Khusus mengenai kegiatan usaha yang 25 Cik Basir. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan Mahkamah Syariah Jakarta: Kencana, 2009 hal. 57 40 dapat dilakukan oleh bank syariah diatur dalam Pasal 19 dan Pasal 20 Ayat 1 dan Ayat 3 serta Pasal 21 UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Pada dasarnya, kegiatan usaha oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: 26 a. Penghimpunan Dana funding Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. b. Penyaluran Dana financing Dalam menyalurkan dananya, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1 Pembiayaan dengan prinsip jual-beli Berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, dibedakan menjadi pembiayaan Murabahah, pembiayaan Salam, dan pembiayaan Istishna’. Landasan syari’ah untuk jual beli yaitu pada surat Al-Baqarah 2 ayat 275: 26 Adiwarman A. Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004 hal. 97 41 “Orang-orang yang makan mengambil riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, seseungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah mengahalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan, dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” 2 Pembiayaan dengan prinsip sewa Prinsip syariah yang digunakan yaitu Ijarah dan Ijarah Muntahhiyah Bittamlik. Pada Ijarah objek transaksinya adalah jasa. Sedangkan IMBT merupakan sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan. 3 Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah pembiayaan Musyarakah dan pembiayaan Mudharabah. 4 Pembiayaan dengan akad pelengkap Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Yang termasuk dalam akad pelengkap ini yaitu Hiwalah peralihan utang-piutang, Rahn 42 gadai, Qardh pinjaman uang, Wakalah perwakilan, dan Kafalah garansi bank. a. Jasa service Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries, bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah. Jasa tersebut antara lain yaitu Sharf jual-beli valuta asing dan Ijarah sewa misalnya penyewaan kotak penyimpanan safe deposit box dan jasa tata laksana administrasi dokumen custodian. 2. Konsep Pengelolaan Dana Bank Syariah Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan amat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana borrower dan pihak yang mempunyai kelebihan dana saver. 27 Dalam Islam pengelolaan dana harus dilakukan secara efektif dan efisien, tidak boleh kikir dan juga boros. Pada surat Al-Isra 17 ayat 26-28 Allah berfirman: 27 Julius R. Latumaerissa. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum Surabaya: Bumi Aksara, 1999 hal. 1 43 ”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemborosan itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.” Kegiatan utama dari bank yaitu kegiatan mengumpulkan dana dari masyarakat funding dan kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat lending. Dalam menjalankan dua aktivitas besar tersebut, bank syariah harus menjalankan sesuai dengan kaidah-kaidah perbankan yang berlaku dan juga harus memenuhi tuntutan kaidah Islam. Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif dalam kegiatan menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu: 28 a. Dana sendiri. Meskipun proporsi dana sendiri ini relatif kecil dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, namun dana sendiri ini tetap merupakan hal yang penting untuk kelangsungan usaha suatu bank. Dibuktikan dengan adanya ketentuan dari bank sentral yang mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri dibandingkan dengan total nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR, yang lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal Capital 28 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Jakarta: Salemba Empat, 2006 hal. 96 44 Adequacy RatioCAR. Apabila CAR suatu bank terlalu rendah maka kemampuan bank tersebut untuk bertahan pada saat mengalami kerugian juga rendah. b. Dana dari deposan Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa giro demand deposit, tabungan saving deposit, dan deposito time deposit yang berasal dari nasabah perorangan atau badan. c. Dana pinjaman Dana pinjaman yang diperoleh bank dalam rangka menghimpun dana antara lain dapat berupa: 1 Call Money. Merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market. Sumber dana ini sering digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek seperti bila terjadi kalah kliring atau adanya penarikan dana besar-besaran oleh para deposan rush. 2 Pinjaman Antarbank. Berbeda dengan call money seperti telah diuraikan sebelumnya, pinjaman ini dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan penerimaan bank. 45 3 Kredit Likuiditas Bank Indonesia Adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama kepada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. Untuk kepentingan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan secara umum, maka BI akan berusaha memberikan bantuan likuiditas kepada bank tersebut sepanjang masih memungkinkan untuk ditolong. d. Sumber dana lain Sumber dana lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber-sumber tersebut antara lain: 1 Setoran jaminan Storjam Merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Dengan adanya storjam, nasabah diharapkan mempunyai komitmen untuk berperilaku positif sehingga bank nantinya tidak harus mengalami kerugian. Storjam ini juga dibutuhkan sebagai dana untuk menutup sebagian kerugian bank yang timbul akibat terjadinya risiko. 2 Dana transfer Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antarrekening, dari uang tunai ke suatu rekening, atau dari suatu rekening untuk kemudian ditarik tunai. Sebelum dana transfer ini ditarik oleh penerima transfer atau selama masih mengendap di bank, dana ini dapat digunakan oleh bank untuk mendanai kegiatan usahanya. Dana ini jelas hanya akan mengendap di bank untuk jangka waktu 46 yang sangat singkat. Namun, sumber dana ini digolongkan sebagai sumber dana yang tidak berbahaya. 3 Surat Berharga Pasar Uang Merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara didiskonto oleh Bank Indonesia. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU, dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. 4 Diskonto Bank Indonesia Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan merupakan bantuan bank sentral sebagai lender of last resort. Sedangkan secara lebih rinci, alokasi dari dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dapat dalam bentuk-bentuk berikut, yaitu: 29 a. Primary Reserve Adalah prioritas pertama yang berupa alat-alat likuid berupa kas, giro pada Bank Indonesia dan saldo pada bank lain, cek dan uang yang ada dalam proses penagihan. b. Secondary Reserve Adalah prioritas kedua yang berupa harta yang dapat memberikan pendapatan bagi bank dan sekaligus merupakan alat likuid. Secondary reserve ini mempunyai 29 Faisal Afiff, dkk, Strategi dan Operasional Bank, Bandung: PT. ERESCO, 1996, hal. 155 47 dua fungsi double function, yaitu menjaga likuiditas sebagai fungsi utamanya dan profitabilitas. c. Pinjaman loans Merupakan bagian dana bank yang dipergunakan untuk menciptakan pendapatan. d. Surat-Surat Berharga Merupakan dana bank yang dipergunakan dalam bentuk penyertaan dana pada suatu perusahaan investment portfolio dalam waktu jangka panjang. Dana penyertaan tersebut ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Umumnya bank mengalokasikan dananya pada penyertaan, merupakan kegiatan prioritas keempat setelah pemberian pembiayaan jika terdapat dana yang tersisa idle fund. Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. 30 Tujuan dari manajemen dana yaitu: a. Memperoleh profit yang optimal. b. Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai. c. Menyimpan cadangan. d. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas bagi seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain. e. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan. 30 Muhammad. Manajemen Bank Syariah Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2005 hal.262 48 Dana pada bank syariah dapat digolongkan sebagai berikut: a. Kekayaan bank syariah dalam bentuk: 1 Kekayaan yang menghasilkan Aktiva Produktif yaitu pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana di bank atau investasi lain yang menghasilkan pendapatan. 2 Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan inventaris harta tetap. b. Modal bank syariah, berasal dari: 1 Modal sendiri yaitu simpanan pendiri modal, cadangan dan hibah, infaqshadaqah. 2 Simpanan atau hutang dari pihak lain. c. Pendapatan usaha keuangan bank syariah berupa bagi hasil atau mark up dari pembiayaan yang diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank syariah di bank. d. Biaya yang harus dipikul oleh bank syariah yaitu biaya operasional, biaya gaji, manajemen, kantor, dan bagi hasil simpanan nasabah penabung. 49

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Laporan Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah periode Januari 2008 sampai September 2010. Pertimbangan dalam menjadikan BMI, BSM, dan BMS sebagai objek penelitian dikarenakan kelengkapan data yang dibutuhkan oleh penulis dan juga diketahui bahwa bank-bank tersebut merupakan bank umum syariah terbesar di Indonesia. Sedangkan pertimbangan untuk meneliti periode Januari 2008 sampai September 2010, didasarkan pada masih relevannya periode tersebut untuk diteliti saat ini. Dan juga peneliti ingin melihat bagaimana tingkat efisiensi bank syariah ketika sebelum adanya UU No. 21 tahun 2008 tentang bank syariah dan sesudah adanya UU tersebut.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berjenis data kuantitatif berupa data rasio, dan berdasarkan sumbernya penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari informasi Laporan Keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada Januari 2008 sampai dengan September 2010. 50

C. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini populasi yang dijadikan objek penelitian adalah seluruh bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah yang tercatat selama periode tahun 2008 sampai 2010 sejumlah 178 bank dengan rincian 10 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah, dan 145 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria Bank Umum Syariah BUS yang laporan keuangan bulanan tersedia secara lengkap selama periode Januari 2008 sampai September 2010. Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 3 Bank Umum Syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah.

D. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian kuantitatif dikenal beberapa metode pengumpulan data, yaitu: 31 1. Metode angket atau metode kuisioner 2. Metode wawancara 3. Metode observasi 4. Metode dokumentasi Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berupa dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yang peneliti peroleh dari data laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan juga dari berbagai sumber lainnya baik media elektronik atau pun media lainnya. 31 M. Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya Jakarta: Kencana, 2005 hal. 123 51

E. Spesifikasi Input dan Output

Perhitungan efisiensi dengan menggunakan metode parametrik membutuhkan suatu pendugaan fungsi biaya sebagai frontier untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu bank. Tetapi sebelum menentukan fungsi biaya yang digunakan, input dan output dari bank harus ditentukan terlebih dahulu. Ada berbagai pendekatan dalam menentukan input dan output perbankan, diantaranya yaitu pendekatan produksi the production approach, pendekatan intermediasi the intermediary approach, dan pendekatan aset the asset approach. 32 Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produser dari akun deposit deposit account dan kredit pinjaman loan, mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Input-input dalam pendekatan produksi dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap fixed asset dan material lainnya. Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator yaitu merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input institusional seperti biaya tenaga kerja dan modal dan pembayaran bagi hasil pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk pemberian pinjaman loans dan investasi finansial financial investment. Sedangkan pendekatan aset memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman loans, di mana output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset-aset. 32 Muliaman D. Hadad, dkk. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis DEA Jurnal Bank Indonesia, 2003 hal. 3 52