SORAYA ISNAENI F0108023

(1)

commit to user

i

ABSTRAK

Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010 dengan

Metode Pendekatan data Envelopment Analysis (DEA)

SORAYA ISNAENI

F0108023

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan meerupakan salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan – kesulitan dalam menghitung ukuran – ukuran kinerja perbankan.

Salah satu cara mengetahui kinerja perbankan syariah sendiri dapat dilihat dari tingkat efisiensinya, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat efisiensi teknik perbankan syariah di Indonesia tahun 2010, yang terdiri dari 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5 Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dimana variabel yang digunakan terdiri dari input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan output (pembiayaan dan pendapatan operasional)

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bank Umum Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, dan Bank Permata. Sedangkan bank-bank syariah lainnya mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami inefisiensi selama tahun pengamatan.

Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara statistik efisiensi perbankan syariah. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.

Kata Kunci : Tingkat Efisiensi Teknik, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, DEA.


(2)

commit to user

ii

ABSTRACT

An Analysis on Syariah Banking Efficiency in Indonesia in 2010 with

Data Envelopment Analysis (DEA) approach method

SORAYA ISNAENI

F0108023

Efficiency is one of performance parameter theoretically constituting one of performances underlying an organization’s entire performance. Efficiency in banking sector is a popular parameter of performance, used widely because it is an answer to difficulties in calculating the measures of banking performance.

One way of seeing the performance of syariah banking is to look at its efficiency, so that this research aims to find out and to analyze the efficiency level of syariah banking technique in Indonesia in 2010, consisting of 10 Syariah Public Bank (BUS) and 5 Syariah Business Unit (UUS). In this research, the method used was Data Envelopment Analysis (DEA), in which the variable used consisted of input (saving, asset, and labor cost) and output (operational cost and income).

The result of research showed that the Syariah Public Banks that had achieved efficiency level of 100% were Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, and Bank Victoria Syariah. Meanwhile the Syariah Business Units that had achieved efficiency level of 100% were BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, and Bank Permata. Meanwhile, other syariah banks experienced fluctuation and tended to experience inefficiency during observation year.

The result of research on the efficiency analysis of syariah bank justified statistically the efficiency of syariah banking. Despite any efficiency difference between Syariah Public Bank and Syariah Business Unit, it was not significant. In other words, the efficiency of both groups above could be said as the same.

Keywords: Technical Efficiency Level, Syariah Public Bank, Syariah Business Unit, DEA.


(3)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluar-kan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. (Booklet Perbankan Indonesia, 2011)

System keuangan islam secara garis besar dapat dikemukakan secara sederhana. System ini terutama dapat atas skema PLS (profit-and-loss-sharing) atau system bagi hasil. Bank islam yang dikenal dengan bank syariah, tidak menetapkan system bunga, melainkan system bagi hasil, dimana bank juga menjagak deposan ikut serta dalam suatu usaha. Deposan juga mendapatkan bagian dari keuntungan bank tersebut, sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan di awal. Dengan demikian maka akan terjalin hubungan kemitraan antara bank


(4)

commit to user

2 dan deposan di satu pihak, dan di pihak lain antara bank dan nasabah investasi, yang mengelola simpanan deposan dalam berbagai usaha produktif. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Landasan hukum, yang menjadi titik tolak perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU No.7/1992 yang diubah oleh UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Dalam UU tersebut prinsip syariah sudah dinyatakan, meskipun masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil, yang kemudian diperbaharuhi dengan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No 3 tahun 2004. Undang-undang ini memberikan arahan bagi bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri menjadi bank syariah. Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Potensi dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia cukup besar, dimana penduduk Indonesia yang mempunyai penduduk yang mayoritas beragama islam. Yang artinya juga memiliki sumber daya manusia (SDM) yang sangat potensial. Perbankan syariah sebagai industri keuangan yang berbasis sektor riil sangat sesuai dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Dimana perkembangan pertumbuhan pasar keuangan, khususnya perbankan syariah nasional yang semakin meningkat.


(5)

commit to user

3 Perbankan Syariah dalam sepuluh tahun terakhir telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Survey yang digelar oleh Bank Indonesia terhadap industry ini, memperlihatkan minat besar masyarakat terhadap industri perbankan syariah. “Hasil riset dan survei BI menunjukkan minat masyarakat terhadap bank syariah cukup tinggi. (Sekitar) 89 persen menerima prinsip syariah,” (Ketua Tim Penelitian Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah BI, Dhani Gunawan Idat)

Salah satu sektor ekonomi islam yang memiliki andil yang sangat besar adalah perbankan syariah. Perbankan syariah memiliki peran yang amat penting karena merupakan bagian besar dari ekonomi Islam serta telah menunjukan ketangguhan sebagai sebuah system perbankan.

Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Dari institusi perbankan diharapkan terciptanya masyarakat yang bebas dari riba dan tercipta keadilan dengan distribusi kesejahteraan yang merata. (Latifa dan Mervyn, 2003)

Seperempat abad yang lalu, Bank syariah (Islam) sama sekali belum dikenal. Sekarang sudah lebih dari 55 negara yang pasarnya sedang bangkit dan berkembang ikut menerapkan system perbankan dengan keuangan Islam. Tidak hanya berkembang di Negara-negara muslim, namun si Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, dimana muslim sebagai minoritas, bank bank syariah tumbuh dengan pesat. (Latifa dan Mervyn, 2003)


(6)

commit to user

4 Perkembangan bank syariah di Indonesia telah menunjukan perkembangan yang sangat signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir banyaknya dibuka Unit Usaha Syariah (UUS) dan kantor cabang baru bank syariah. Peran perbankan syariah pun semakin meningkat dalam industry perbankan nasional. Pertumbuhan asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan selalu diatas 15% pertahunnya. Walaupun memiliki kemajuan yang baik, pangsa pasar dari bank syariah masih relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan proporsi jumlah penduduk Muslim di Indonesia. Berikut tabel yang menunjukan perkembangan perbankan Syariah di Indonesia dari tahun 2009 - 2012.

Tabel 1.1

Jaringan Kantor Perbankan Syariah

2009 2010 2011 2012

Bank Umum Syariah

Jumlah Bank 6 11 11 11

Jumlah Kantor 711 1215 1401 1435

Unit Usaha Syariah

Jumlah Bank 25 23 24 24

Jumlah Kantor 287 262 336 378

Bank Perkreditan Rakyat Syariah

2

Jumlah Bank 138 150 155 155

Jumlah Kantor 225 285 364 389

Total Kantor 1223 1763 2101 2202

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2012

Perkembangan syariah di Indonesia pada masa depan diperkirakan akan semakin pesat. Hal ini ditunjukan oleh pembukaan kantor cabang di berbagai daerah, semakin banyaknya bank konvensional yang mengkonversi sistemnya menjadi syariah, meningkatnya kesaran umat islam akan pentingnya menggunakan bank syariah, dan penigkatan kinerja bank syariah terutama dalam hal profitabilitas.


(7)

commit to user

5 Perkembangan bank syariah yang sangat pesat ternyata belum sesuai harapan yang diinginkan. Perbankan syariah baru berperan 4% dari total asset bank secara nasional (pada tahun 2011) dalam pangsa industry perbankan nasional. Padahal potensi konsumen bank syariah di Indonesia sangatlah besar karena mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Kecilnya peran yang baru dimiliki oleh bank syariah disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dan yang akan dibahas adalah perihal efisiensi perbankan syariah. Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada adalah ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.

Efisiensi perbankan syariah menjadi sangat penting bagi perbankan syariah itu sendiri, untuk dapat melihat tingkat kesehatan, melihat kinerja perbankan itu sendiri, serta mempersiapkan diri pada kondisi dual banking system dalam hal ini bersaing dengan perbankan konvensional. Urgensi atas efisiensi perbankan syariah menyebabkan penelitian tentang efisiensi perbankan syraiah penting dilakukan. Untuk menentukan nilai efisiensi bank-bank tersebut digunakan pendekatan asset dan produksi dengan metode statistic non parametik : Data Envelopment Analysis (DEA). Pengolahan data dari laporan keuangan diklasifikasikan menurut variable yang sesuai.


(8)

commit to user

6 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi efisiensi perbankan syariah di Indonesia tahun 2010 ? 2. Apakah perbankan syariah sudah dikatan efisien secara statistik ?

3. Adakah perbedaan tingkat efisiensi di Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha Syariah ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi efisiensi perbankan syariah di Indonesia tahun 2010 dengan menggunakan analisis DEA.

2. Untuk mengetahui efisien perbankan syariah secara statistik.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha Syariah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi :

1. Penulis, untuk mendalami dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama berada dibangku perkuliahan.

2. Bank Indonesia, dapat dijadikan referensi dalam memantau efisiensi industri perbankan di Indonesia serta sebagai pertimbangan dalam pengambilan suatu kebijakan terhadap perbankan Syariah masa yang akan datang.

3. Perbankan, sebagai referensi bank mana yang dapat dijadikan acuan perbaikan.


(9)

commit to user

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Perbankan a. Bank secara umum

Kata bank berasal dari kata banco dalam bahasa Italia yang berarti peti atau lemari atau bangku. Kata tersebut menyiratkan fungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998, Tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lannya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Menurut Dictionary of Banking and Financial Services (Jerry

Rosenberg), bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi pokok antara lain (a) menerima simpanan giro, deposito dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik orang / lembaga tertentu dan (b) mendiskontokan surat berharga, memberikan pinjaman dan menanam dana dalam bentuk surat berharga. Bank merupakan lembaga yang berpondasikan kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat terhadap bank dan sebaliknya maka kegiatan perbankan tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Howard D.Crosse dan George H.Hempel, bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam


(10)

commit to user

8 rangka melayani kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan bagi pemilik bank.

Usaha utama bank selalu berkaitan dengan bidang keuangan yang meliputi tiga kegiatan utama (Mudrajat Kuncoro S, 2002: 68-85) yaitu:

a) Menghimpun dana

Menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana (uang) dari masyarakat luas, pemilik bank (pemegang saham), pemerintah, Bank Indonesia ataupun dari pihak-pihak luar negeri.

b) Menyalurkan dana

Dana yang dihimpun oleh perbankan harus disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan, karena fungsi utama perbankan sebagai lembaga intermediasi / perantara antara pihak yang kelebihan dana (depositor) dengan pihak yang kekurangan dana (debitur). Dalam hal menyalurkan dana bank akan memperoleh keuntungan dari selisih antara harga jual dengan harga beli setelah dikurangi biaya-biaya operasional.

c) Memberikan jasa bank lainnya

Pemberian jasa lainnya merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa ini dimaksudkan untuk

mendukung kelancaran proses menghimpun dana dan

menyalurkannya baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan dua kegiatan tersebut. Jasa bank lain dapat berupa setoran, jasa pembayaran, penagihan (inkaso). Bank akan


(11)

commit to user

9 memperoleh keuntungan (fee based) dari biaya administrasi, komisi, sewa, dan biaya-biaya lainnya.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.

Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman

b. Bank syariah secara umum

Secara garis besar system keuangan islam dapat dikemukakan secara sederhana. System ini terutama dapat atas skema PLS (


(12)

profit-and-commit to user

10

loss-sharing) atau system bagi hasil. Bank Islam yang dikenal dengan Bank Syariah, tidak menetapkan system bunga, melainkan system bagi hasil, dimana bank juga mengajak deposan ikut serta dalam suatu usaha. Deposan juga mendapatkan bagian dari keuntungan bank tersebut, sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan di awal. Dengan demikian maka akan terjalin hubungan kemitraan antara bank dan deposan di satu pihak, dan di pihak lain antara bank dan nasabah investasi, yang mengelola simpanan deposan dalam berbagai usaha produktif.

Perbankan Syariah berbeda dengan perbankan Konvensional yang pada intinya meminjam dana dengan membayar bunga dan memberikan pinjaman dengan menarik bunga. Sedangkan perbankan Syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga dalam bentuk semua transaksi. Inilah yang membedakan system perbankan Syariah dan system perbankan Konvensional. Secara teknis, Riba adalah nilai tambah dari pokok pinjaman yang disesuaikan dengan jangka waktu dan jumlah pinjaman. Namun kiri para ulama bersepakat bahwa istilah riba itu meliputi segala bentuk bunga.

Pengembangan sistem perbankan Syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan Syariah dan perbankan Konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat


(13)

commit to user

11 secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan Syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Kecenderungan masyarakat menggunakan sistem bunga lebih bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan kepentingan pribadi, sehingga kurang mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan. Berbeda dengan sistem bagi hasil, sitem ini berorientasi pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia (Sudarsono, 2008).

Perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil Indikator Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil


(14)

commit to user

12 Penentuan

besarnya hasil

Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah ada untungnya

Yang ditentukan Bunga, besarnya nilai rupiah.

Menyepakati proporsi

pembagian untung untuk masing – masing pihak, misalnya 50:50 atau 40:60 Jika terjadi

kerugian

Ditanggung nasabah Ditanggung kedua belah pihak, nasabah dan lembaga

Dihitung Dari dana yang

dipinjamkan, fixed, tetap

Dari untung yang bakal diperoleh, belum tentu besarnya.

Titik perhatian proyek / usaha

Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah / pasti diterima bank.

Keberhasilan proyek / usaha jadi perhatian bersama : Nasabah dan Lembaga

Besarnya Pasti (%) x Jumlah pinjaman yang telah diketahui.

Proporsi (%) x Jumlah untung yang belum diketahui.

Sumber : Muhammad, 2004

Perbankan di Indonesia menganut sistem dual system banking (bank konvensional dan syariah), tetapi keduanya memiliki perbedaan-perbedaan, dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

Perbedaan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah Bank Konvensional Bank Syariah

Memakai perangkat bunga dalam kegiatan operasionalnya.

Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa.

Melakukan kegiatan investasi ke sektor usaha yang halal dan haram.

Melakukan kegiatan investasi ke sektor usaha yang halal saja. Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk kreditor-debitor

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan.


(15)

commit to user

13 Tidak terdapat dewan sejenis DPS Terdapat Dewan Pengawas Syariah

(DPS) yang mengawasi kegiatan operasional perbankan.

Sumber : syafi’I Antonio 2001

c. Kegiatan Bank Umum Syariah (BUS)

Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijarah, Musyarakah,Mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah.

Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan atau BI. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah. Melakukan


(16)

commit to user

14 penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan pinsip Syariah. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah, dan melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip Syariah.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakansarana elektronik. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar modal. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah lainnya yang berdasarkan prinsip syariah. (Booklet Perbankan Indonesia 2011)


(17)

commit to user

15 d. Kegiatan Unit Usaha Syariah (UUS)

Pihak-pihak yang akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah atau UUS wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Indonesia. Dalam memperoleh izin usaha yang dimaksud Bank Syariah harus memenuhi persyaratan tentang susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan, kepemilikan, keahlian dibidang perbankan syariah, dan kelayakan usaha. Sedangkan Bank Umum Konvensional yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah wajib membuka UUS di kantor pusat Bank dengan izin Bank Indonesia ( UU no.21 tahun 2008, pasal 5)

Selain mendirikan Bank Syariah atau UUS baru, pihak-pihak yang ingin melakukan kegiatan usaha perbankan syariah dapat melakukan pengubahan (konversi) bank Konvensional menjadi Bank Umum Syariah. Namun pengubahan Bank Syariah menjadi Bank Konvensional merupakan hal yang dilarang dalam UU ini. Disamping itu, pendirian Bank Umum Syariah baru dapat dilakukan dengan cara pemisahan (spin off) UUS dari induknya yang dilakukan secara sukarela atau dilakukan dalam rangka memenuhi kewajiban. Namun dalam hal ini, Bank Indonesia akan melakukan kebijakan yaitu, Unit Usaha Syariah atau UUS harus sudah berdiri sendiri di tahun 2023 nanti. Dan Bank Indonesia menargetkan tahun 2023 nanti Bank Umum Syariah akan terus mengalami peningkatan.


(18)

commit to user

16 Proses dalam pembukaan kantor cabang, kantor perwakilan dan jenis-jenis kantor lainnya diluar negeri oleh Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah prosesnya hampir sama dengan pembukaan Bank Konvensional. Yang membedakan hanyalah dalam system organisasi Bank Syariah mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang diangkat oleh RUPS atas Rekomendasi Majelis Ulana Indonesia. DPS bertugas untuk memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi ketentuan-ketentuan sesuai dengan prinsip syariah. Namun dalam proses pengawasannya oleh Bank Indonesia, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah secara garis besar sama dengan proses pengawasan Bank Konvensional.

e. Sejarah Perbankan Syariah.

Perbankan adalah satu lembaga yang melaksakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai Syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak jaman Rasulullah Saw. Praktik - praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi, dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman rasulullah. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian


(19)

commit to user

17 yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman Rasulullah.

Seiring berjalannya waktu maka mulai timbul usaha usaha disejumlah Negara muslim untuk mendirikan lembaga alternative terhadap bank yang ribawi ini. Hal ini terjadi terutama setelah bangsa-bangsa muslim mendapatkan kemerdekaannya dari penjajah bangsa-bangsa eropa. Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 40-an, namun usaha ini tidak sukses. Selanjutnya, eksperimen lainnya dilakukan di Pakistan pada akhir tahun 50-an, dimana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga didirikan dipedesaan Negara itu.

Pendirian Bank Syariah yang paling sukses dan inovatif dimana modern ini dilakukan si Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving bank. Bank ini mendapatkan sambutan yang cukup hangat dari Negara Mesir. Namun sayang kesuksesan Bank hanya sementara, karena terjadi kakacauan politik di Mesir maka Mit Ghamr mulai mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya diambil alih oleh National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir pada tahun 1967. Pengambilalihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga pada Mit Ghamr mulai ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroprasi berdasarkan bunga. Pada tahun 1971, akhirnya konsep nir-bunga kembali dibandingkan pada masa rezim sadat melalui pendirian Nasser Social Bank. Tujuan bank ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis yang berdasarkan konsep yang telah dipraktikan oleh Mit Ghamr.


(20)

commit to user

18 Perkembangan selanjutnya di era-70an, usaha usaha untuk mendirikan Bank Islam mulai menyebar ke banyak Negara. Beberapa Negara seperti Pakistan, iran, dan sudan, bahkan mengubah seluruh system keuangan di Negara itu menjadi system nir-bunga, sehingga semua lembaga keuangan dinegara tersebut beroprasi tanpa menggunakan bunga. Dinegara islam lainnya seperti Malaysia dan Indonesia, bank nir-bunga beroprasi berdampingan dengan bank Konvensional.

Perbankan syariah kini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar ke banyak Negara, bahkan ke Negara-negara Barat. The Islamic bank International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroprasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Kini, bank bank besar dari Negara -negara Barat seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat Islam .

f. Pengawasan Syariah

1) DPS (Dewan Pengawas Syariah)

Peran utama para ulama dalam DPS adalah mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari, agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam Bank Syariah sangat khusus jika dibanding Bank Konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan yang mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh DPN.


(21)

commit to user

19 DPS harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual report) bank bersangkutan. Tugas lain DPS adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, DPS bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh DPN.

2) DSN (Dewan Syariah Nasional)

Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di tanah air, maka berkembang pulalah jumlah DPS yang berada dan mengawasi masing - masing lembaga tersebut. Banyak dan beragamnya DPS dimasing-masing lembaga keuangan syariah adalah suatu hal yang harus disyukuri tetapi juga diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan dengan adanya kemungkinan timbulnya fatwa yang berada dari masing - masing DPS dan hal itu tidak mustahil akan membingungkan umat dan nasabah. Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan juli tahun yang sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonomi dibawah Majelis Ulama Indonesia dipimpin oleh ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan Sekretaris. Kegiatan sehari-hari Dewan Syariah Nasional dijalankan oleh badan pelaksana harian dengan seorang ketua dan sekretaris serta beberapa anggota.


(22)

commit to user

20 Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk - produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah islam. Dewan ini bukan hanya mengawasi Bank Syariah, tetapi juga lembaga - lembaga lain seperti asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya. Untuk keperluan pengawasan tersebut, DSN membuat garis panduan produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi dewan pengawas syariah pada lembaga - lembaga keuangan syariah, dan menjadi dasar pengembangan produk-produknya. Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan memberi fatwa bagi produk - produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. Produk tersebut harus diajukan oleh menejemen setelah di rekomendasikan oleh DPS pada lembaga yang bersangkutan.

g. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Bank Syariah di Indonesia yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang, bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah di Indonesia, maka pada 1999 jumlahnya bertambah menjadi tiga unit. Pada tahun 2010, Perbankan Syariah sudah membuka Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 11unit, bank syariah maupun Bank Konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah telah meningkat menjadi 23 unit. Sedangkan jumlah BPRS (Bank Perkreditan


(23)

commit to user

21 Rakyat Syariah) sudah mencapai 150 unit dan masih akan terus bertambah. Ditahun-tahun mendatang, jumlah Bank Syariah ini akan terus meningkat seiring dengan masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah kantor cabang Bank Syariah yang sudah ada, maupun dengan dibukanya Islamic window di bank - bank Konvensional.

Tumbuh kembangnya asset bank Syariah ini dikarenakan adanya kepastian disisi regulasi serta berkembangnya pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank Syariah. Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun realitas yang ada menunjukan bahwa masih banyak sumber daya manusia yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri. Dan inilah memang yang harus mendapatkan pergatian dari kita semua, yakni mencetak sumber daya manusia yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di semua lini. Karena system yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang baik pula.

h. Produk dan Jasa Perbankan Syariah.

Prinsip-Prinsip Dasar dalam Produk-Produk Bank Syariah

Hubungan-hubungan ekonomi secara garis besar berdasarkan syariat-syariat Islam ditentukan oleh hubungan akad. Akad-akad yang


(24)

commit to user

22 berlaku terdiri dari lima prinsip-prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dasar akad tersebut dapat ditemukan pada produk baik lembaga-lembaga keuangan bank syariah maupun lembaga-lembaga keuangan bukan bank syariah di Indonesia, meliputi (Muhammad, 2005):

1) Prinsip Simpanan Murni (Al-Wadi’ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas ini diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya giro dan tabungan. Istilah al-wadi’ah dalam dunia perbankan konvensional lebih dikenal dengan giro.

2) Bagi Hasil (Syirkah)

Prinsip ini adalah suatu konsep yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah ini dapat digunakan sebagai dasar baik produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan dan penyertaan.

3) Prinsip Jual Beli (At-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu konsep yang menerapkan tata cara jual beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dalam melakukan pembelian


(25)

commit to user

23 barang atas nama bank. Bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya dapat berupa: murabahah, salam, dan istishna.

4) Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Prinsip ini secara garis besar terdiri dari dua jenis. Pertama, ijarah

(sewa murni) seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease). Secara teknik bank dapat membeli dahulu barang yang dibutuhkan oleh nasabah, kemudian barang tersebut disewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati oleh nasabah. Kedua, bai al-takjiri atau ijarah al-muntahiya bithamlik, yang merupakan penggabungan sewa dan beli di mana penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease).

5) Prinsip Jasa/Fee (Al-Ajr Walumullah)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dan lain-lain.

i. Pengembangan Produk-Produk Bank Syariah

Secara garis besar, pengembangan produk-produk bank syariah dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1) Produk Penghimpunan Dana

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam produk ini meliputi prinsip

wadi’ah dan mudharabah. a) Prinsip Wadi’ah


(26)

commit to user

24 Prinsip ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan

qardh, di mana nasabah bertindak sebagai pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak peminjam. Pengembangan produk bank syariah yang berdasarkan prinsip ini meliputi dua jenis, yaitu: wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhomanah. Adapun penjelasan tentang mekanisme produk bank syariah yang berdasarkan prinsip ini diperlihatkan pada gambar 2.1 dan 2.2.

Gambar 2.1

Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Amanah

Sumber: Muhammad, 2005

Gambar 2.1 dan 2.2 menjelaskan perbedaan kedua prinsip tersebut. Wadi’ah yad amanah merupakan barang yang dititipkan tidak dapat dikelola oleh bank syariah.

Gambar 2.2

Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Dhomanah


(27)

commit to user

25

Wadi’ah yad dhomanah yaitu barang yang dititipkan dapat dikelola oleh bank syariah. Prinsip ini dikembangkan dalam bentuk, yaitu: current account (giro) dan saving account

(tabungan).

b) Prinsip Mudharabah

Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib. Dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Apabila kerugian terjadi, bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. Prinsip ini dalam aplikasinya seperti: tabungan berjangka dan deposito berjangka. Prinsip mudharabah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

mudharabah muqayyadah on balance sheet dan off balance sheet serta mudharabah mutlaqah.

Gambar 2.3

Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet


(28)

commit to user

26 Perbedaan antara mudharabah muqayyadah on balance sheet dengan off balance sheet dapat dilihat pada gambar 2.3 dan 2.4. Pada mudharabah muqayyadah off balance sheet, bank syariah juga berperan memberikan modal untuk dikelola

mudharib dan bank syariah akan mendapatkan kembali modalnya dan bagi hasil dari proyek yang dikerjakan.

Gambar 2.4

Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet

Sumber: Muhammad, 2005

Mudharabah muqayyadah merupakan penyaluran dana langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha

Gambar 2.5

Skema Kerja Prinsip Mudharabah Mutlaqah


(29)

commit to user

27

Mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah (Muhammad, 2005).

2) Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tipe tiga model, yaitu:

a) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip bagi hasil.

b) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa.

c) Transaksi pembiayaan sebagai usaha kerjasama yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.

Adapun prinsip-prinsip yang digunakan produk-produk bank syariah dalam pola penyaluran dana, antara lain:

a) Prinsip Jual Beli (Tijaroh)

Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan pola: · Dilakukan untuk transfer of property

· Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi harga jual barang.


(30)

commit to user

28 Prinsip jual beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip pembiayaan, yaitu: pembiayaan murabahah, salam dan istishna. Penjelasan dapat dilihat pada gambar 2.6, 2.7, dan 2.8.

Gambar 2.6

Skema Kerja Prinsip Murabahah

Sumber: Muhammad, 2005 (1) Pembiayaan Murabahah

Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.

Gambar 2.7

Skema Kerja Prinsip Bai As-Salam

Sumber: Muhammad, 2005

(2) Pembiayaan Bai As-Salam (Jual Beli Barang Belum Ada) Pembayaran dilakukan dengan tunai, sedangkan barang diserahkan secara tangguh. Bank sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual. Transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.


(31)

commit to user

29 Gambar 2.8

Skema Kerja Prinsip Bai Al-Istishna

Sumber: Muhammad, 2005

(3) Pembiayaan Bai Al-Istishna

Jual beli seperti akad salam, namun pembayarannnya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna

diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

b) Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya.

Gambar 2.9

Skema Kerja Prinsip Ijarah


(32)

commit to user

30 Objek transaksinya adalah barang pada prinsip jual beli, sedangkan jasa menjadi objek transaksi pada prinsip jasa.

Gambar 2.10

Skema Kerja Prinsip Ijarah Muntahia Bithamlik

Sumber: Muhammad, 2005

Pada Akhir sewa, bank syariah dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Transaksi tersebut dikenal dengan istilah ijarah muntahiya bithamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. Hal tersebut yang membedakan antara ijarah dengan ijarah muntahiya bithamlik, yaitu kepemilikan barang atau jasa yang digunakan seperti pada gambar 2.9 dan 2.10

c) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Prinsip ini meliputi beberapa jenis prinsip, yaitu:

musyarakah, mudharabah dan mudharabah muqayyadah. Gambar 2.11


(33)

commit to user

31 Sumber: Muhammad, 2005

(1). Musyarakah, merupakan kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak.

(2). Mudharabah, merupakan kerjasama antara shahibul mal yang memberikan dana 100 % kepada mudharib yang memiliki keahlian.

Gambar 2.12

Skema Kerja Prinsip Mudharabah

Sumber: Muhammad, 2005

(3). Mudharabah Muqayyadah, merupakan kerjasama yang hampir sama dengan mudharabah namun perbedaannya adalah adanya


(34)

commit to user

32 pembatasan penggunaan modal sesuai dengan permintaan pemilik modal pada prinsip ini dalam produk bank syariah.

3) Akad Pelengkap

Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa. Akad ini dilakukan dengan beberapa prinsip transaksi, yaitu: hiwalah (alih utang-piutang), rahn (gadai), qardh (pinjaman kebaikan), wakalah, dan kafalah.

a) Hiwalah (Alih utang-piutang)

Prinsip transaksi ini lazimnya digunakan untuk membantu

supplier dalam mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

Gambar 2.13

Skema Kerja Prinsip Hiwalah

Sumber: Muhammad, 2005

Bank yang akan mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang dari transaksi yang berdasarkan prinsip hiwalah.

b) Rahn (Gadai)

Prinsip transaksi ini memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam bentuk pembiayaan-pembiayan.


(35)

commit to user

33 Gambar 2.14

Skema Kerja Prinsip Rahn

Sumber: Muhammad, 2005

Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria, yaitu: memiliki nasabah sendiri, jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar, dan dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.

c) Qardh (Pinjaman Kebaikan)

Gambar 2.15

Skema Kerja Prinsip Qardh

Sumber: Muhammad, 2005

Prinsip transaksi ini membantu nasabah secara cepat, berjangka pendek, dan diarahkan untuk usaha kecil serta keperluan sosial. Jumlah dana yang dikumpulkan dalam pola transaksi ini berasal dari dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).


(36)

commit to user

34 d) Wakalah

Prinsip transaksi ini menggambarkan nasabah memberi kuasa kepada bank syariah untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti: transfer, dan sebagainya.

Gambar 2.16

Skema Kerja Prinsip Wakalah

Sumber: Muhammad, 2005

Prinsip ini diterapkan pada pengiriman uang atau transfer, penagihan (collection payment), dan lainnya. Bank syariah menerima imbalan fee atas jasanya terhadap nasabah (Antonio, 1999).

e) Kafalah

Bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank syariah dapat mempersiapkan nasabah dalam menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank syariah dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah dan memperoleh ganti biaya atas jasa yang diberikan.

Gambar 2.23

Skema Kerja Prinsip Kafalah


(37)

commit to user

35 Bank syariah bertindak sebagai pihak penjamin, sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin. Prinsip ini juga memberikan pendapatan bagi bank syariah (Syafi’i Antonio, 1999).

2. Konsep Efisiensi

Pengukuran Efisiensi modern untuk pertama kali telah dilakukan oleh Farrel (1957), bekerja sama dengan Debreu dan Koopmans, dengan mendefinisikan suatu ukuran yang sederhana umtuk mengukur efisiendi suatu perusahaan yang dapat memperhitungkan input yang banyak. Efisiensi yang dimaksud oleh Farrel terdiri dari efisiensi teknis (technical efficiency) yang merefleksikan kemampuan suatu perusahaan untuk memanfaatkan input secara optimal dengan tingkat harga yang telah ditetapkan. Kedua ukuran efisiensi ini kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan efisiensi ekonomis (total).

Efisiensi sebagai Ukuran Kinerja Perbankan Syariah

Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input untuk menghasilkan output yang sama, dapat meghasilkan jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan, 2000; 2)


(38)

commit to user

36 Efisiensi juga bias diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga factor yang menyebabkan efisiensi, yaitu :

(1) Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar,

(2) Input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan

(3) Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi.

Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas dibandingkan efisiensi teknik. (Ghofur dalam Atmawardhana, 2006; 40)

Efisiensi bank merupakan salah satu indicator penting untuk menganalisa

performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu dari sisi biaya (cost efficiency) dan keuntungan (profit efficiency) profit efficiency sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu standard profit effiency dan alternative profit efficiency. Secara umum ada 3 pendekatan konsep dasar model efisiendi sector financial (perbankan) yaitu Cost Efficiency, Standart Profit Efficiency, dan Alternatif Profit Efficiency. (Berger dan Master dalam Siti Astiyah dan Jardine A. Husman, 2006; 532).

Cost efficiency pada sadarnya mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practicbank’scost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama. Profit Efficiency mengukut tingkat efisiensi dari kemampuan bank


(39)

commit to user

37 dalam menghasilkan laba untuk setiap unit input yang diinginkan. Kurva Biaya rata-rata bank merupakan hubungan antara ukuran bank (biasanya dihitung dari nilai asset atau nilai simpanan) dengan biaya produksi output per-unit.

3. Konsep Data Envelopment Analysis

DEA (Charnes, et.al (1978), Banker, et.al (1984)), adalah sebuah metode optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknik suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) dan membandingkan secara relative terhadap UKE yang lain. DEA mula-mula dikembangkan oleh Farrel (1957) yang mengukur efisiensi teknik satu input dan satu output, menjadi multi input dan multi output, menggunakan kerangka nilai efisiensi relative sebagai rasio input (single virtual input) dengan output (single virtual output) (giuffrida dan Gravelle, 2004;4, Lewis,et.al 1999; 907-912, Post dan Spronk, 1999;3). Awalnya, DEA dipopulerkan oleh Charmes, Cooper (1994) untuk variable retrun to scale (VRS), yang akhirnya terkenal dengan model CCR dan BBC.

DEA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi, antara lain untuk penelitian kesehatan (health care), pendidikan (education), transportasi, pabrik (manufacturing), maupun perbankan. Ada tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi dengan DEA (insukindro dkk, 2000;8), pertama sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relative yang berguna untuk mempermudah perbandingan antar unit ekonomi yang sama. Kedua, mengukur berbagai variasi efisiensi antar unit ekonomi untuk


(40)

commit to user

38 mengidentifikasi factor-faktor penyebabnya, dan ketiga, menentukan implikasi kebijakan sehingga dapat meningkatkan tingkat efisiensinya.

Awalnya, DEA digunakan untuk mengatasi kekurangan dimiliki oleh analisis rasio dan regresi berganda. Analisis rasio hanya mampu memberikan informasi bahwa UKE tertentu yang dimiliki kemampuan khusus mengkonversi satu jenis input ke satu jenis output terntentu, sedangkan analisis regresi berganda menggabungkan banyak output menjadi satu. DEA dirancang untuk mengukur efisiensi relative suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) yang menggunakan input dan output yang lebih dari satu, dimana penggabungan tersebut tidak mungkin dilakukan. Efisiensi relative suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE disbanding dengan UKE lain dan sampel yang menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA memformulasikan UKE sebagai program linier fraksional untuk mencari solusi jika model tersebut ditransformasikan kedalam program linier dengan nilai bobot dari input dan output. UKE dipakai sebagai variable keputusan (decision variables) menggunakan metode simplek.

Pada kasus input dan output yang bervariasi, efisiensi suatu uke dihitung dengan mentransformasikan menjadi input dan output tunggal. Tranformasi ini dapat dilakukan dengan menentukan pembobot yang tepat. Penentuan pembobot ini yang selalu menjadi masalah dalam pengukuran efisiensi. DEA digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan member kebebasan pada setiap UKE untuk menentukan pembobotnya masing-masing.

Adapun kelemahan dan kelebihan DEA, di antaranya (Purwantoro 2003 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati 2004):


(41)

commit to user

39 a. Keunggulan DEA, meliputi:

1) Dapat menangani banyak input dan output.

2) Tidak perlu asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.

3) UKE dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.

4) Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. b. Kelemahan DEA, yaitu:

1) Bersifat sample specific (DEA berasumsi bahwa setiap inpu atau output identik dengan unit lain dalam tipe yang sama).

2) Merupakan extreme point technique.

3) Kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal.

4) Hanya untuk mengukur produktivitas relatif dari UKE bukan produktivitas absolut.

5) Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan

Konstruksi DEA yang didasarkan frontier data aktual pada sampel akan lebih efisien dibandingkan DEA yang tidak menggunakan frontier. Efisiensi UKE (Chilingerian, 1996) diukur dari rasio bobot output dibagi bobot input (total weight output/total weighted input). Bobot tersebut memiliki nilai positif dan bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted/ total weighted input ≤1). Angka rasio 1 (atau kurang dari satu) berarti UKE tersebut efisien (tidak efisien) dalam menghasilkan tingkat output maksimum dari tiap input. DEA berasumsi bahwa setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi


(42)

commit to user

40 output yang berbeda pula. Sehingga setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Secara umum UKE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input yang penggunaannya sedikit untuk memaksimalkan output, dan sebaliknya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang efisiensi perbankan sudah banyak dilakukan dalam penelitian ekonomi. Penelitian tentang efisiensi perbankan ini dilakukan dengan metodologi yang berbeda -beda, baik secara parametrik maupun nonparametrik.

Priyoggo Suseno, SE,MSc. (2008) Dalam analisis efisiensi dan skala ekonomi pada industry perbankan syariah di Indonesia. Menggunakan input biaya bagi hasil, biaya lainnya, aset. Dan ,menggunakan output pendapatan bunga, pendapatan lainnya, volume kredit. Dengan sample 10 Bank syariah tahun 1999-2004. Dengan hasil : jika dilihat kondisi efisiensi rata – rata selama enam tahun (1999-2004), tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Rata –rata efisiensi perbankan tahun 1999-2004 mencapai 93,19%. Meskipun demikian, terdapat proses peningkatan efisiensi dari tahun ke tahun, dari 88,60% pada tahun 1999 menjadi 98,85%, pada tahun 2004. Tingkat efisiensi mengalami peningkatan rata-rata 2,35% pertahun. Jika kinerja efisiensi ini diperbandingkan antara BUS dan UUS, BUS memiliki tingkat efisiensi yang sedikit lebih tinggi 1,60% dari pada UUS. Dimana BUS memiliki efisiensi rata-rata 94,47% dan UUS 92,87%. Intinya perbankan syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan umum syariah dan UUS.


(43)

commit to user

41 Akhmad Syakir Kurnia (2004) Penelitian ini mengukur efesiensi intermediasi 11 bank terbesar di Indonesia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Ada pun variabel yang digunakan antara lain yaitu simpanan, biaya operasional lain sebagai variabel input dan kredit, aktiva lancar, pendapatan operasional lain sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa seluruh bank pemerintah mengalami inefisiensi pada periode 2002. Pada periode 2003 hanya Bank Mandiri yang mencapai efisiensi. Bank asing yang diwakili Citibank menunjukan efisiensi pada batas frontier selama periode 2002 dan 2003. Selain itu dapat disimpulkan bahwa bank-bank yang besar tidak lebih efisien dibandingkan bank yang lebih kecil. Bank yang lebih besar dilihat dari sisi aset, penghimpunan dan penyaluran dana tidak berarti efisien dalam menjalankan fungsi intermediasi.

Fadzlan Sufian (2007) Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi relatif antara bank Islam asing dan bank Islam domestik di Malaysia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total deposts, labour, fixed assets sebagai varabel input dan total loans, income sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa perbankan Islam Malaysia mengalami penurunan tingkat efisiensi pada periode 2002 dan kembali menjadi sedilkit lebih baik pada periode 2003 dan 2004. Dan bank Islam domestik memiliki tingkat efisiensi yang sedik lebih tinggi dibandingkan bank Islam asing.


(44)

commit to user

42 Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007) Penelitian ini berjudul “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia“ dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input

yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan dan biaya operasional lain, sedangkan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan, aktiva lancar, dan pendapatan operasional lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah di Indonesia periode periode 2005. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya Bank BTN syariah, Niaga Syariah, dan Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100% selama periode amatan.

Sari Yuniarti (2008) penelitian ini berjudul “Kinerja Efisiensi Bank Berstratifikasi sesuai dengan visi arsitektur perbankan Indonesia”. Dengan menggunakan data envelopment analysis, dengan variabel salary expense, interest expense, other non interest expense, interest income, non interest income. Penelitian ini menggunakan data sampel 30bank. Hasil penelitian ini menunjukan dengan pendekatan intermediasi rata-rata kinerja efisiensi relative pada bank bank go public dari tahun 2005-2007 mengalami peningkatan efisiensi yang cukup baik. Rata rata bank yang tidak efisien secara input terjadi pada variabel other non interest expense, interest expense dan salary expense yang berarti bahwa bank - bank tersebut kurang mampu


(45)

commit to user

43 meminimisasi penggunaan sumberdaya input. sedangkan yang tidak efisien secara output hanya terjadi pada variabel non interest income.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Perbankan syariah di Indonesia berkembang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Segi kuantitas perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah kantor dan jaringannya, sedangkan segi kualitas terlihat dari kinerjanya yang semakin baik dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tentunya didukung dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan khususnya otoritas moneter sebagai upaya optimalisasi peran perbankan syariah, setelah penetapan sistem dual system banking.

Perkembangan bank syariah yang sangat pesat ternyata belum sesuai harapan yang diinginkan. Perbankan syariah baru berperan 4% dari total asset bank secara nasional (pada tahun 2011) dalam pangsa industry perbankan nasional. Padahal potensi konsumen bank syariah di Indonesia sangatlah besar karena mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Kecilnya peran yang baru dimiliki oleh bank syariah disebabkan oleh berbagai factor, salah satunya dan yang akan dibahas adalah perihal efisiensi perbankan syariah.

Perbankan syariah memerlukan perbaikan kinerja untuk mencapai target yang ada. Efisiensi merupakan salah satu cara pengukuran kinerja yang populer di lembaga keuangan, termasuk perbankan syariah. Efisiensi yang diukur dapat meliputi efisiensi teknik, alokasi/harga dan ekonomi. Penelitian ini hanya mengukur dan menganalisis efisiensi teknik, hal ini disebabkan metode analisis yang digunakan adalah DEA.


(46)

commit to user

44 Pendekatan intermediasi digunakan dalam peneltian ini. Fungsi tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi perbankan khususnya perbankan syariah. Pendekatan tersebut yang menghubungkan variabel input dan output dalam penelitian ini, di mana fungsi intermediasi sendiri berkaitan tentang bagaimana dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan kembali.

Penelitian ini menggunakan variabel-variabel input yang meliputi: pertama, simpanan yang berarti jumlah dana masyarakat baik individu maupun berbadan hukum yang dapat dihimpun oleh bank syariah. Kedua, aset milik bank syariah. Ketiga, biaya tenaga kerja/personalia didefinisikan sebagai biaya gaji dan tunjangan kesejahteraan, biaya pendidikan karyawan bank syariah.

Adapun variabel-variabel output yang mencakup: pertama, pembiayaan yang berdefinisi produk penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat dengan menggunakan akad-akad muamalah. Kedua, pendapatan operasional adalah pendapatan hasil dari kegiatan operasional bank syariah.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui berapa dan bagaimana perkembangan tingkat efisiensi teknik perbankan syariah dengan metode DEA. Proses perhitungan dengan DEA memisahkan antara bank syariah yang tergolong Bank Umum Syariah (BUS) dengan bank syariah yang termasuk Unit Usaha Syariah (UUS). Hal ini karena DEA merupakan alat analisis yang membandingkan UKE-UKE yang sebanding.

Gambar 2.24


(47)

commit to user

45 Sumber : diadaptasi dari Muharam (2007)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang ditemukan salam masalah yang diteliti yang harus di buktikan kebenarannya. Menurut Sumarni dan Wahyuni (2005 : 32) Hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan sementara yang diungkap secaran deklaratif.

Hipotesis dalam penulisan ini adalah :

1. Diduga bahwa Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mempunyai kondisi kinerja keuangan yang efisien.

2. Diduga bahwa hasil analisis DEA antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha Syariah sudah dikatakan efisien secara statistik.

3. Diduga bahwa terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara kelompok Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.


(48)

commit to user

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Penelitian dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini menggunakan variabel input dan output. Variabel input ini meliputi simpanan (X1), aset (X2) dan biaya tenaga kerja/personalia (X3), sedangkan variabel-variabel outputnya terdiri dari pembiayaan (Y1), pendapatan operasional (Y2).

2. Definisi Operasional

Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan (X1), aset (X2), dan biaya tenaga kerja/personalia (X3), supaya diperoleh kesamaan pemahaman terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini diperlukan penjelasan sebagai berikut:

a. Simpanan (X1) merupakan jumlah dana masyarakat baik individu maupun berbadan hukum yang berhasil dihimpun oleh bank syariah baik yang tergolong BUS maupun UUS melalui produk penghimpunan dana dalam satuan jutaan rupiah. Jumlah simpanan yang dihimpun dari dana masyarakat ini terbagai menjadi beberapa jenis, yaitu:

1) Giro Syariah, dalam aplikasi perbankan dikenal adanya giro yang dijalankan dengan prinsip mudharabah dan wadi’ah.


(49)

commit to user

47 2) Deposito Syariah, pada produk ini terdapat dua prinsip utama,

yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. 3) Tabungan Syariah, dalam aplikasi perbankan dikenal dengan

produk tabungan yang berdasarkan prinsip wadi’ah dan

mudharabah mutlaqah.

b. Aset (X2) adalah jumlah aset total yang dimiliki bank syariah baik yang tergolong BUS maupun UUS diukur dalam jutaan rupiah. c. Biaya tenaga kerja (X3) atau biaya personalia adalah biaya gaji,

biaya pendidikan dan tunjangan kesejahteraan karyawan bank syariah baik yang tergolong BUS maunpun UUS diukur dalam jutaan rupiah.

Penelitian ini juga menggunakan variabel output yang terdiri atas pembiayaan dan pendapatan operasional. Variabel-variabel tersebut dijelaskan, sebagai berikut:

a. Pembiayaan (Y1) merupakan produk penyaluran dana bank syariah baik yang tergolong BUS maupun UUS kepada masyarakat, baik individu ataupun berbadan hukum dengan menggunakan akad-akad muamalah dalam satuan jutaan rupiah. Variabel ini dalam aplikasi produk bank syariah dikenal dengan produk yang menggunakan akad-akad berikut, yaitu:

1) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (tijaroh); 2) Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah); 3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah);


(50)

commit to user

48 4) Pembiayaan dengan akad pelengkap (hiwalah, rahn, qardh,

wakalah, kafalah, dan lainnya).

b. Pendapatan Operasional (Y2) merupakan pendapatan hasil dari kegiatan operasional bank syariah baik yang tergolong BUS maupun UUS. Kegiatan operasional bank syariah, meliputi:

1) Pendapatan dari penyaluran dana, yaitu: pendapatan dari jual beli (mudharabah, salam, dan istishna), sewa (ijarah), bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), dan lainnya. 2) Pendapatan operasional lainnya, yaitu: pendapatan jasa

administrasi, jasa transaksi ATM, pembiayaan khusus, jasa komisi, laba (rugi) transaksi valuta asing, fee sistem online-payment point.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2000). Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank syariah baik yang dikategorikan BUS maupun UUS berskala nasional pada tahun 2010.

Data sekunder yang dibutuhkan antara lain:

1. Jumlah simpanan diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS bersangkutan selama periode pengamatan.


(51)

commit to user

49 2. Jumlah aset yang diperoleh dari neraca dalam laporan

keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS bersangkutan selama periode pengamatan.

3. Biaya tenaga kerja atau biaya personalia diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS bersangkutan selama periode pengamatan.

4. Pembiayaan dari neraca dalam laporan keuangan tahunan bank syariah baik BUS dan UUS bersangkutan selama periode pengamatan.

5. Pendapatan operasional diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan keuangan tahunan bank syariah baik BUS dan UUS bersangkutan selama periode pengamatan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah semua objek atas individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah baik yang termasuk BUS maupun UUS yang terdaftar dalam Bank Indonesia pada tahun 2010.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan diduga dan dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling artinya metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan


(52)

commit to user

50 pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah bank syariah baik yang tergolong BUS maupun UUS berskala nasional yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun pengamatan, yaitu pada tahun 2010.

Adapun kriteria dalam pengambilan sampel meliputi:.

1. Bank syariah baik BUS maupun UUS yang secara konsisten terdaftar sebagai bank yang menyajikan laporan keuangan tahunan pada periode 2010.

2. Bank syariah baik BUS maupun UUS yang secara konsisten terdaftar sebagai bank devisa maupun non-devisa dan termasuk sebagai bank bank persero maupun swasta nasional pada periode pengamatan, yaitu 2010.

Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling diperoleh sebanyak 15 bank syariah yang layak diteliti, di mana bank-bank tersebut termasuk BUS maupun UUS. Adapun 10 Bank Umum Syariah dalam penelitian ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Central Asia (BCA) Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Jabar Banten Syariah. Dan 5 Unit Usaha Syariah dalam penelitian ini adalah Bank Danamon Syariah, BII (Maybank), Bank Permata, Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Jateng. Bank-bank syariah yang dijadikan sampel tersebut secara konsisten terdaftar sebagai bank syariah di Bank Indonesia, serta menyajikan laporan keuangan tahunan pada periode pengamatan yaitu 2010.


(53)

commit to user

51 D. Metode Analisis

1. Metode Pengukuran Efisiensi dengan DEA

Efisiensi teknis perbankan diukur dengan menghitung rasio antara output dan input perbankan. Data Envelopment Analysis (DEA) akan menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda (Miller dan Noulas; 1996).

Efisiensi bank diukur sebagai berikut :

adalah efisiensi teknik bank s.

merupakan jumlah output i yang diproduksi oleh bank s adalah jumlah input j yang digunakan oleh bank s

merupakan bobot output I yang dihasilkan oleh bank s

adalah bobot input j yang diberikan oleh bank s, dan I dihitung dari 1 ke m serta j dihitung dari 1 ke n.

Persamaan (1) menunjukan adanya penggunaan satu variabel input dan satu output. Rasio efisiensi ( ), kemudian dimaksimalkan dengan kendala sebagai berikut :

Dimana N menunjukan jumlah bank dalam sampel. Pertidaksamaan pertama menunjukan adanya efisiensi rasio untuk UKE lain tidak lebih


(54)

commit to user

52 dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0 menunjukan efisiensi bank yang semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menetukan pembobotnya masing – masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik. Beberapa bagian program linier ditransformasikan kedalam program ordinary linier secara primal atau dual sebagai berikut :

Kendala

Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot dari bank s. kendala jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu untuk bank s, sedangkan kendala untuk semua bank, yaitu jumlah output yang dibobot dikrangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama dengan 0 (nol). Hal ini berarti semua bank akan berada atau dibawah refrensi kinerja frontier yang merupakan garis lurus yang memotong sumbu origin (Insukindro, dkk, 2000:20)


(55)

commit to user

53 Programasi linier yang menunjukan asumsi VRS adalah :

Kendala

Dimana merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau negative. Transformasi juga dapat dilakukan secara dual dengan minimisasi input sebagai berikut :

Minimisasi Kendala

Dan bebas.

Variabel , merupakan efisiensi teknis dan bernilai antara 0 dan 1. Programasi linier pada persamaan (7) dan (8) diasumsikan constant return to scale (CRS). Efisiensi teknis ( ) diukur sebagai rasio KF/KS dan bernilai kurang dari satu. Sementara (1- ) menerangkan jumlah input yang harus dikurangi untuk menghasilkan output yang sama sebagai bentuk efisiensi bank. Kedua perhitungan, minimisasi input atau maksimisasi output, primal atau dual akan


(56)

commit to user

54 memberikan hasil yang relative sama, sehingga dalam penelitian ini akan menghitung efisiensi dari satu sisi yaitu maksimisasi output. (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009 )

2. Input dan Output

Pengukuran efisiensi teknik DEA, langkah yang penting dilakukan adalah penentuan variabel-variabel input dan variabel-variabel output. Adapun variabel input-output yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di tabel 3.1. Variabel input dalam penelitian ini mencakup: simpanan, aset dan biaya tenaga kerja/personalia. Penelitian ini juga menggunakan variabel output, yaitu: pembiayaan dan pendapatan operasional.

Tabel 3.1

Variabel input dan output

No Variable Jenis Variabel Satuan

1 Simpanan Input Juta Rupiah

2 Aset Input Juta Rupiah

3 Biaya Tenaga Kerja Input Juta Rupiah

4 Pembiayaan Output Juta Rupiah

5 Pendapatan Operasional Output Juta Rupiah

Adapun variabel-variabel pada tabel diatas akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur dan menganalisis efisiensi teknik perbankan syariah di Indonesia dengan metode DEA. Pemilihan variabel tersebut berkaitan dengan pendekatan yang digunakan yaitu intermediasi dan kegiatan utama dari bank syariah sebagai suatu bank. Penelitian ini berasumsi dana yang dikumpulkan dari masyarakat (simpanan), aset secara keseluruhan dan biaya tenaga kerja akan digunakan sebagai input


(57)

commit to user

55 serta dana yang disalurkan kepada masyarakat (pembiayaan) dan pendapatan operasional sebagai output. Aktiva likuid tidak dimasukkan ke dalam variabel input dengan mempertimbangkan bahwa kegiatan utama bank adalah menyalurkan dana kredit (pembiayaan) (Fadzlan Sufian, 2006).

3. One Sample Test

One sample t test merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Uji One Sample t-Test yaitu pengujian terhadap nilai rata-rata suatu observasi, apakah secara statistik berbeda dari nol atau sama dengan nol. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata efisiensi yang digunakan sebagai pembanding dengan rata-rata sebuah sampel. Dari hasi uji ini akan diketahui apakah rata-rata efisiensi yang digunakan sebagai pembanding berbeda secara signifikan dengan rata-rata sebuah sampel, jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi.

Pengujian satu sampel ini pada prinsipnya ingin menguji apakah suatu nilai tertentu berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel dan karena jumlah sample yang diambil di bawah 30 sampel (Santoso, 2009). Pada penulisan ini pengujian hipotesis untuk rata-rata


(58)

t-commit to user

56 tabel, lalu membuat kesimpulan. Di bawah ini merupakan kriteria dalam pengujian hipotesis pada penulisan ini, yaitu sebagai berikut.

Untuk hipotesis pertama, digunakan uji kanan: Ho1 diterima jika t hitung < t- tabel Ha1 ditolak jika t hitung > t- tabel Untuk hipotesis kedua, digunakan uji kiri:

Ho2 diterima jika t hitung > -t- tabel Ha2 ditolak jika t hitung < -t- tabel

4. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)

Uji normalitas ini dilakukan sebagai syarat untuk melakukan uji beda

independent sample T-test. Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

· H0: Data residual berdistribusi normal.

Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas tidak signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima yang berarti data residual terdistribusi normal.

· HA: Data residual tidak berdistribusi normal.

Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti data residual terdistribusi tidak normal.


(59)

commit to user

57 5. Uji Beda Independent Sample T-Test

Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Perbedaan antara rata-rata hitung dua sampel dicari dengan

menghitung rasio t. Rasio t dihitung dengan cara mencari selisih antara rata-rata hitung kelompok sampel ke-2 dibagi simpangan baku perbedaan rata-rata hitung kelompok sampel ke-1 dan ke-2 .

Cara yang dimaksud dapat dituliskan sebagai berikut :

Rumus untuk mencari simpangan baku perbedaan rata-rata hitung

adalah sebagai berikut :

Maka rumus t-test dapat dituliskan :

Keterangan :

= rata-rata hitung efisiensi BUK ( ) dan BUS ( ) berdasarkan

hasil analisis menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) selama periode amatan.


(60)

commit to user

58 = simpangan baku perbedaan rata-rata hitung BUK dan BUS

= varian populasi

= jumlah subjek kelompok BUK dan jumlah subjek kelompok

BUS .

Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk verifikasi kebenaran/kesalahan hipotesis, atau dengan kata lain menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Signifikasi yang akan dipakai adalah sebesar 95%.

Dimana :

Jika > maka hipotesis diterima ( ditolak) Jika < maka hipotesis ditolak ( diterima)

Gambar 3.1 Daerah Pengujian t


(1)

commit to user

92 relatif semakin baik akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat, oleh karenanya jumlah simpanan dan pembiayaan bertambah semakin meningkat. Di sisi lain, bank-bank syariah yang telah efisien dapat diperluas jangkauannya ke masyarakat dengan dukungan kebijakan pemerintah.


(2)

commit to user

93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi kinerja pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pada Bank Konvensional tahun 2010, dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Untuk mengetahui apakah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah termasuk dalam kategori efisien, dan untuk mengetahui variabel-varianel apa saja yang memungkinkan untuk ditingkatkan efisiensinya.

1. Hasil penelitian menunjukan dengan pendekatan Data Envelopment

Analysis (DEA) yang menganalisis 10 Bank Umum Syariah efisien ada 6 Bank Umum syariah yang sudah mencapai efisiensi yaitu Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank panin syariah, sedangkan 4 Bank Umum Syariah yang belum mencapai efisiensi yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar Banten Syariah, BCA Syariah, dan BRI syariah sedangkan diantara 5 Unit usaha syariah yang diteliti dalam penelitian ini ada 4 bank yang sudah efisien yaitu UUS Bank Internasional Indonesia (Maybank), UUS Bank Permata, UUS Bank Jateng, dan UUS Bank Tabungan Negara. Dan hanya 1 Unit Usaha Syariah yang belum efisien yaitu UUS Bank Danamon.

Dari ke lima variabel input dan output yang digunakan sebagai


(3)

commit to user

94 menjadi sampel dapat diketahui bahwa variabel input menunjukan peluang perbaikan yang bervariasi antara 28.0% sampai 80.4%. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel input tersebut masih dapat dioptimalkan penggunaanya dengan menggurangi penggunaan input sebesar presentase yang dianjurkan. Sedangkan variabel output nilainya berkisar 0% sampai 29.7% nilai tersebut menunjukan bahwa pencapaian output belum maksimal karena itu perlu ditingkatkan sebesar angka tersebut.

2. Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara statistik efisiensi perbankan syariah.

3. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.

B. Saran

Implikasi saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bank-bank syariah yang tidak efisien dapat melakukan perbaikan

kebijakan mikro untuk pencapaian efisiensi tekniknya. Adapun kebijakan mikro yang dapat diupayakan adalah:

a. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan input simpanan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input simpanan ke bagian input aset total khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan oleh bank-bank syariah dengan peningkatan jumlah penyaluran dana/pembiayaan (seperti


(4)

commit to user

95 pembiayaan jual beli, sewa, bagi hasil, dan lainnya) kepada masyarakat. Adapun cara lainnya adalah kenaikan biaya administrasi pada dana simpanan, sehingga pendapatan operasional bank syariah dapat diperbaiki. Seiring dengan kenaikan biaya administrasi, bank syariah juga memerlukan peningkatan kualitas jasa pelayanan sehingga bank syariah tetap dapat bersaing.

b. Ketidakefisienan yang berasal dari input aset total dapat diperbaiki dengan memperbaiki pengelolaan alokasi jumlah aset total yang dimiliki bank syariah. Kelebihan penggunaan input aset total tidak perlu dialihkan ke input lainnya, namun pola pengelolaannya dirubah dengan memperbesar pengalokasian porsi aset produktif/pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total sendiri. Di sisi lain, perbaikan porsi aktiva tetap yang digunakan baik secara kuantitas maupun kualitas agar pendapatan operasional bank syariah dapat meningkat.

c. Ketidakefisienan yang bersumber dari input biaya tenaga kerja dapat perbaiki dengan kerjasama antara bank-bank syariah dengan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dalam pemenuhan kebutuhan SDM bank syariah baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini akan memperkecil biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh bank-bank syariah serta peningkatan produktivitas SDM yang ada karena tersedianya SDM yang semakin berkualitas.


(5)

commit to user

96 d. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan output pembiayaan adalah adalah penerapan prinsip kehati-hatian yang ada tidak menjadikan jumlah pembiayaan terhambat, namun perlunya pengawasan yang lebih ketat (pencegah terjadinya moral hazard), sehingga output pembiayaan dapat lebih optimal. Di sisi lain, variasi bentuk produk pembiayaan yang diinginkan masyarakat perlu ditambah dengan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah yang ada.

e. Ketidakefisienan output juga bersumber dari output pendapatan operasional, sehingga upaya yang dapat dilakukan beberapa langkah. Pertama, peningkatan jumlah pembiayaan (inovasi produk) dan biaya pelayanan jasa yang terkait dengan input simpanan. Kedua, perbesar porsi jumlah aset produktif dari total aset yang dimiliki untuk penambahan jumlah pembiayaan, optimalisasi peran pembiayaan (pengurangan NPF akibat moral hazard) dan aktiva tetap (perbaikan kuantitas dan kualitas pelayanan jasa), berdampak positif yaitu penambahan pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan penyaluran dana dan operasional lainnya. Ketiga, perbaikan kualitas SDM untuk peningkatan pendapatan operasional, karena ini berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu) untuk menghasilkan ouput yang maksimal.


(6)

commit to user

97 2. Bank-bank syariah yang telah efisien, memperlihatkan jumlah input dan ouput yang relatif kecil. Untuk memperbesar kapasitas dan jangkauan bank-bank syariah, diperlukan peran dari pemerintah dan otoritas moneter dalam pengeluaran yang kebijakan yang mendukung hal tersebut. Peran ini sangat penting berkaitan dengan keberhasilan penerapan dual system banking di Indonesia.