BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji merupakan Rukun Islam yang kelima, kepada kaum Muslim, Allah SWT menjanjikan surga sebagai pahala bagi para haji mabrur,
tidak berlebihan jika dengan menunaikan ibadah haji, seseorang muslim merasa telah menyempurnakan Agamanya. Dalam konteks masyarakat
muslim Indonesia, gelar haji secara sosiologis juga merupakan status sosial. Para penyandangnya tidak hanya di pandang sebagai alim, yaitu seseorang
yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu Agama. Oleh karena itu, sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah penelitian, gelar haji sering kali
muncul sebagai modal Agama reliqius capital yang memiliki kekuatan dan legitimasi dalam arena pertarungan dilingkungan komunitas, baik diwilayah
perdesaan maupun perkotaan, dan dijadikan sebagai alat strategis dalam upaya memperoleh pengakuan sosial
.
1
Haji pada hakekatnya merupakan aktifitas Suci yang pelaksanaannya diwajibkan oleh Allah kepada seluruh Ummat Islam yang telah mencapai
istitho’ah mampu, disebut aktifitas suci karena seluruh rangkaian kegiatan adalah Ibadah. Haji juga disebut sebagai Ibadah puncak yang melambangkan
ketaatan serta penyerahan diri secara total kepada Allah baik secara fisik- material maupun spiritual
.
2
1
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji Jakarta : FDK Fress, 2008, hal.1
2
Ali Syari’ati, Haji Bandung: Penerbit Pustaka, 2000 m, hal. 1
1
2
Sebagaiman Allah berfirman di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
َ َﻌَﺟ ﷲا
َﺔَﺒْﻌَﻜْا َﺖْﻴَﺒْا
ماَﺮَﺤْا ﺎًﻣﺎَﻴِﻗ
ِسﺎﱠﻨ ِ ةﺪﺋﺎﻤﻟا
: 97
Artinya:”Allah telah menjadikan ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat peribadatan dan urusan dunia bagi manusia”. QS. Al-Maidah :
97.
3
Ibadah haji adalah ibadah fisik yang memerlukan baik kesehatan maupun ketahanan stamina agar kekuatan mentalis, kekuatan tersebut
diperlukan dalam seluruh prosesi ibadah haji semenjak dari Tanah Air, menuju Arab Saudi, berada di Arab Saudi maupun kembali ke Tanah Air,
dalam pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan oleh ummat Islam dari seluruh dunia setiap tahunnya mengandung makna dan nilai-nilai moral yang tinggi
yang diperlukan dalam rangka membangun sumber daya manusia yang ideal dan unggul. Hal ini tergantung kepada orang yang melaksanakannya dan
manusia yang mampu menangkap makna yang subtansial dan seluruh rangkaian ibadah haji dari mulai mengenakan pakaian ihram, wukuf, melontar
jumroh, tahalul, thowaf, sa’i, dan lain sebagainya. Terdapat tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan operasional haji sehingga pembinaan, pelayanan
dan perlindungan berlangsung lancar dan sukses. Pertama legalitas, UU No.13 Tahun 2008
. Kedua adalah menyangkut fasilitas yang ada baik 10 asrama haji embarkasi yang ada serta kesiapan Kementerian Agama dan Departemen
Kesehatan dalam penyiapan atau penyediaan fasilitas pendukung maupun fasilitas lainnya di Arab Saudi. Dalam UU No. 13 Tahun 2008 tentang
3
Departemen Agama RI, Hikmah Ibadah Haji Jakarta: Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Ibadah Haji, 2003
3
penyelenggaraan ibadah haji diisyaratkan tiga hal yang harus diupayakan secara konsisten dan terus-menerus oleh pemerintah. Dalam hal ini Kantor
Kementerian agama sebagai Leading sector penyelenggaraan ibadah haji yaitu:
1. Pembinaan yang mencakup bimbingan, penyuluhan dan penerangan
2. Pelayanan yang terdiri dari pelayanan administrasi, tranfortasi, akomodasi
dan lain-lainnya
3.
Perlindungan yang meliputi Keselamatan, Keamanan serta Asuransi perlindungan dari pihak lain yang merugikan jamaah
.
4
Adapun ciri-ciri pelayanan yang baik agar dapat dilakukan untuk memberikan kepuasan bagi jamaah, memberikan sumber daya manusia yang
profesional, sarana dan prasarana yang baik, serta bertangungjawab kepada setiap jamaah dari awal hingga selesai pemberangkatan, dan mampu melayani
secara cepat dan tepat, mampu berkomunikasi dengan baik, memberikan jaminan kerahasian setiap transaksi, memiliki pengetahuan umum lainnya,
mampu memberikan kepercayaan kepada jamaah haji.
5
Oleh karena, sebagai instansi pemerintah khususnya Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Barat , yang mempunyai tugas pokok untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi tamu-tamu Allah yang akan melaksanakan ibadah haji. Baik mereka yang ada di Tanah Air, maupun di Tanah Suci serta sekembalinya dari
Tanah Suci. Pelayanan yang baik adalah berupaya untuk menyediakan fasilitas, keamanan dan kenyamanan yang diperlukan oleh setiap warga
4
Kamil, Media Indonesia, Edisi Selasa, 9 Juli 2002
5
Kasmir, Etika Costamer Service, h. 9
4
Negara seperti, administrasi, dokumentasi, transportasi, akomodasi, kesehatan, konsumsi, dan manasik haji. Kantor Kementertian Agama Kota Jakarta Barat
merupakan instansi yang dinaungi oleh Menteri Agama RI, yang dimana Kantor Kementertian Agama Kota Jakarta Barat berupaya untuk memberikan
pelayanan bagi masyarakat setempat yang ingin berangkat ke Tanah Suci. Selain itu, bimbingan yang diberikan oleh KUA dan KBIH sangat
memberikan pengaruh bagi kesempurnaan peyelenggaraan ibadah haji yang dinaunggi oleh Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Barat. Mengingat
penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas Nasional dan menyangkut martabat nama baik Bangsa, kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
ibadah haji merupakan tanggungjawab pemerintah, keikutsertaan dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
system dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji. Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Barat merupakan suatu
instansi pemerintah yang berusaha keras untuk memberikan pelayanan terbaik untuk jamaah haji, sekarang Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Barat
telah menyediakan ruang Studio foto untuk jamaah haji yang belum mengetahui ukuran past foto yang harus dibawa saat pendaftaran. Untuk itu
penulis akan mengkaji tentang: Strategi Pelayanan Haji Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Barat Terhadap Jamaah Haji Tahun
2009
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah