38
dari Mekkah. Oleh karena itu, Allah hanya mewajibkan bagi orang-orang yang mampu hal yang perlu dicermati adalah konsep Istitha’ah, sebagai
prasyarat utama bagi jamaah haji. Konsep istitha’ah yang selama ini banyak dipahami umat Islam tampaknya baru sebatas kemampuan
ekonomi. Padahal dalam kajian yang bersifat teologis, Istitha’ah juga menunjukan pada nilai kemampuan yang bersifat spirit. Artinya,
kemampuan ekonomi saja tidak cukup, tetapi perlu juga memiliki kemampuan dalam memahami potret lingkungan sosialnya, terutama bagi
mereka yang sudah pernah haji. Bagi orang yang sudah berhaji, harusnya tidak egois mementingkan urusan haji berkali-kali tanpa menghiraukan
kondisi sosial yang masih memperhatikan seperti sekarang ini
.
41
2. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH
Biaya penyelenggaraan ibadah haji berasal dari jamaah haji yang membayar sejumlah dana untuk menunaikan Ibadah haji kepada menteri
Agama melalui Bank-bank Pemerintah swasta yang ditunjuk Pemerintah. Penunjukan bank-bank penerimaan setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji dilakukan oleh Menteri Agama setelah mendapat pertimbangan Gubernur Bank Indonesia. Yang disetor oleh jamaah, inilah yang disebut dengan Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH. Besarnya BPIH Berbeda-beda setiap tahunnya sesuai dengan flaktulasi nilai tukar mata uang asing dan kondisi
perekonomian serta besar pengeluaran biaya penyelenggaraan haji
.
42
41
Muhammad M. Basyuni, Esai-Esai Keagamaan, Jakarta: FDK Press, 2008, h. 254
42
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, h. 143
39
Penyetoran BPIH dapat dilakukan diseluruh kantor Cabang BPS BPIH dalam
satu propinsi domisili jamaah haji yaitu:
a. PT. Bank BRI
b. PT. Bank BNI termasuk BNI Syariah
c. PT. Bank BTN
d. PT. Bank Mandiri
e. PT. Bank Syariah Mandiri
f. PT. Bank Muamalat Indonesia
g. PT. Bank DKI Jakarta
h. PT. Bank Bukopin termasuk Syariah Bukopin.
43
3. Pengelompokan Jamaah Haji
Didaerah Tk. II sesudah masa pendaftaran ditutup jamaah haji dikelompokan sebagai berikut:
a. Regu, terdiri dari 10 orang ketua regu yang dipilih dari dan oleh anggota
regu dengan tugas membimbing dan menjaga keutuhan regu. b.
Rombongan terdiri dari 50 orang yaitu: 5 regu termasuk seorang ketua rombongan.
c. Kloter kelompok terbang terdiri dari 7 sd 9 rombongan lebih kurang
355 sd 480 orang, dipimpin oleh ketua TPIH kloter dari daerah yang bersangkutan dan bertugas mengkoordinasikan pimpinan rombongan agar
tetap berada dalam satu kloter dan satu maktab atau muzawwir.
43
Departemen Agama RI Dirokterat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Petunjuk Perjalanan dan Kesehatan Haji, Jakarta: 1987 1998, h. 5
40
4. Perbekalan Jamaah Haji
Untuk mempersiapkan perbekalan haji, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji menentukan asumsi-asumsi jumlah jamaah berdasarkan Quato yang
ditetapkan. Asumsi jumlah jamaah ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk pengadaan perbekalan yaitu tentang buku-buku bimbingan-bimbingan, obat-
obat, dan jumlah petugas yang diupayakan lebih dini.
44
44
Departemen Agama RI, Petunjuk dan Perjalanan Kesehatan Haji, h. 3-8
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA
JAKARTA BARAT
A. Sejarah Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Barat
Ketika awal pembentukan Kantor Kementerian Agama Departemen Agama pada tahun 1946, urusan penerangan Agama ditugaskan kepada suatu
unit bagian yang bernama Bagian Penyiaran, Penyelidikan dan Kebudayaan. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1946 Tertib Surat Keputusan Menteri
Agama Nomor 1185K.7 yang mengubah nama bagian tersebut diatas menjadi Bagian Penyiaran dan Penerangan, Singkat cerita.
Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 1951 yang menetapkan adanya Kantor-Kantor Penerangan Agama di Propinsi beserta tempat
kedudukannya, sebagai tambahan dan kelengkapan tugas penerangan, ditiap- tiap KUA diangkat dua pegawai yang diserahi tugas, dimana tiap-tiap Kantor
Agama Propinsi memiliki Kantor-Kantor Kementerian Agama di tingkat Kabupaten agar mempermudah Kinerja Kantor Kementerian Agama dalam
melayani masyarakat hingga lapisan yang paling bawah. Dan pada Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Barat yang
pertama kali dipimpin oleh bapak. KH. Soemantri pada tahun 1980 hingga tahun 1984 dimana pada kepemimpinan beliau untuk pengelolaan sekolah
keagamaan seperti Madrasah-madrasah dikelola oleh Unit Pendais dan untuk pengelolaan pemberdayaan Masjid dikelola oleh Penais dan setiap seksi
41