Independensi Auditor TINJAUAN PUSTAKA

20

D. Independensi Auditor

1. Definisi Independensi Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis, bahkan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor Arens et.al., 2008. Kwanbo 2009, mendefinisikan independensi sebagai berikut: “Independence is the ability to act with integrity and objectivity, and that certain relationships with client would cause third parties to question the ability of an auditor to act with requisite impartiality”. Ikatan Akuntan Indonesia IAI, 2009 melalui Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 220 mendefinisikan independensi sebagai berikut: “Independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan paling tidak sebagian atas laporan auditor independen”. Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit Arens, 2006. Menurut Standar Audit Pemerintah 1995, independensi merupakan suatu pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil audit yang dilaksanakan secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan mengenai hal itu. 21 Berdasarkan definisi tersebut, independensi adalah suatu tindakan baik berupa sikap dan perbuatan atau mental dari dalam diri auditor dalam proses audit dimana auditor dapat memposisikan dirinya dengan auditee secara tidak memihak. Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana kompetennya seorang CPA dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan laporan auditor apabila CPA tersebut tidak independen. Para anggota dalam memberikan jasa tersebut harus bersikap independen dalam segala hal, artinya para anggota harus bersikap dengan integritas dan objektivitas Boynton, 2006. 2. Aspek Independensi Menurut Taylor 1997, ada dua aspek independensi yaitu: a. Independensi sikap mental independence of mind independence of mental attitude, independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen. b. Independensi penampilan image projected to the public appearance of independence, independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Menurut Supriyono 1998 dalam penelitian Mayangsari 2003, ada enam faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Seringkali manajemen klien meminta kantor akuntan publik untuk 22 memberikan jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan independensinya. 3. Faktor-faktor yang Mengganggu Independensi Secara garis besar, standar-standar pemeriksaan seperti GAAS General Accepted Auditing Standard dan SPKN Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi independensi pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat pribadi, gangguan yang bersifat eksternal dan gangguan yang bersifat organisasi. Para auditor, termasuk konsultan yang dipekerjakan dan tenaga ahli serta spesialis internal yang melaksanakan tugas audit, perlu memiliki pertimbangan terhadap tiga macam gangguan, yaitu sebagai berikut: a. Gangguan yang bersifat pribadi Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana auditor secara individu tidak bisa untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat berlaku bagi auditor secara individu dan juga berlaku bagi organisasi. Gangguan independensi yang bersifat pribadi, antara lain sebagai berikut: 1 Hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin dapat menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan temuan audit, memperlemah atau membuat temuan auditnya menjadi memihak salah satu pihak. 23 2 Prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan audit menjadi berpihak kepada salah satu pihak. 3 Pada masa sebelumnya memiliki tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diaudit. 4 Kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau social, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu. 5 Pelaksanaan audit oleh seorang auditor yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau program yang diaudit. 6 Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atau lembaga unit kerja atau program yang diaudit. b. Gangguan yang bersifat eksternal Gangguan yang bersifat eksternal bagi organisasi lembaga audit dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan objektif. Gangguan ini antara lain sebagai berikut: 24 1 Campur tangan atau pengaruh pihak eksternal yang membatasi atau mengubah secara tidak semestinya terhadap lingkup audit. 2 Campur tangan pihak eksternal terhadap pemilihan dan penerapan prosedur audit, atau dalam pemilihan transaksi yang harus diperiksa. 3 Campur tangan pihak luar terhadap organisasi lembaga audit mengenai penugasan, penunjukkan dan promosi staff pelaksana audit. 4 Pembatasan terhadap sumber yang disediakan bagi organisasi lembaga audit tersebut dalam melaksanakan tugasnya. 5 Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap isi yang sesungguhnya dari suatu laporan audit. c. Gangguan yang bersifat organisasi Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintah, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit internal atau audit terhadap entitas lain. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Setiap auditor, harus menjaga dan mempertahankan independensinya dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat merusak independensi. Oleh karena itu, auditor harus mengetahui faktor apa saja yang mungkin dapat merusak independensinya. Ikatan Akuntan Publik Indonesia IAPI sebagai organisasi tunggal profesi akuntan publik di Indonesia sampai saat ini belum mengeluarkan secara resmi mengenai faktor-faktor yang 25 mempengaruhi independensi auditor. Untuk memberikan gambaran secara rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor akan dijelaskan sebagai berikut: a. Komite Audit Komite audit adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan direksi sebuah perusahaan yang tanggung jawabnya membantu auditor untuk tetap independen dari pihak manajemen. Kebanyakan komite audit dibuat dari tiga hingga lima atau terkadang tujuh direktur yang bukan dari manajemen Arens, 2003. b. Kondisi Keuangan Perusahaan Klien Shuctz dan Gustavon 1987 menemukan bukti bahwa akuntan merasa resiko kewajiban hukum kantor akuntan berhubungan terbalik dengan kondisi keuangan klien. Apabila kondisi keuangan klien buruk, maka auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya sehingga merasa khawatir atau takut dalam tuntutan hukum. Hasil riset yang dilakukan oleh Knapp 1985 menemukan bukti bahwa pada saat kondisi keuangan klien buruk, persepsi bankir tentang independensi auditor meningkat. Kejadian seperti ini membuat auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya walaupun tuntutan hukum meningkat. c. Jasa Konsultasi Manajemen Menurut Boynton 2006, jenis utama jasa-jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik adalah: 26 1 jasa akuntansi dan kompilasi 2 jasa atestasi seperti jasa audit, pemeriksaan, jasa review, prosedur yang disepakati 3 jasa lain seperti jasa teknologi, konsultasi manajemen, perencanaan keuangan Aktivitas kantor akuntan publik selain memberikan jasa audit, juga memberikan jasa-jasa lain, pemberian jasa konsultasi ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan cenderung memihak pada kepentingan kliennya. d. Tingkat Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Persaingan antar kantor akuntan publik dapat diidentifikasi sebagai perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan jasa audit yang ditandai dengan adanya kantor akuntan lain yang memasuki market audit untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan tidak dapat meniru siasat pemasaran agresif. Ketatnya persaingan antar kantor akuntan publik, kemungkinan memiliki pengaruh besar terhadap independensi auditor eksternal, karena tiap kantor akuntan dihadapkan pada dua pilihan, yakni kehilangan kliennya karena mencari kantor akuntan lain atau mengeluarkan opininya sesuai dengan keinginan klien. e. Lamanya Hubungan antara Kantor Akuntan Publik Lamanya hubungan antara kantor akuntan publik dengan kliennya adalah lamanya waktu yang digunakan oleh kantor akuntan dalam melayani kebutuhan audit yang disediakan untuk kliennya. Tingkat 27 lamanya hubungan antara KAP dengan kliennya diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu: lima tahun kurang dan lebih dari lima tahun. Pembagian ini konsisten dengan ketentuan yang ditetapkan oleh AICPA. 5. Indikator Independensi Menurut Boynton 2006, beberapa indikator independensi professional antara lain: a. Independensi dalam program audit 1 Bebas dari intervensi manajemen atas program audit 2 Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit 3 Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit b. Independensi dalam verifikasi 1 Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan 2 Mendapat kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit 3 Bebas dari segala usaha manajemen yang ditujukan untuk membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi perolehan barang bukti 4 Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit c. Independensi dalam pelaporan 1 Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan 28 2 Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit 3 Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor 4 Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit

E. Materialitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh tekanan klien, pengamalan auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit; studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta Selatan

6 23 115

Pengaruh gender kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit judgment : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

2 10 99

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

Pengaruh keahlian audit dan indenfendensi auditor eksternal terhadap tingkat materialistas dalam audit laporan keuangan: studi empiris pada kantor akuntan publik yang terdapat di Jakarta

0 6 118

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

Pengaruh profesionalisme, karakteristik personal auditor. dan batasan waktu audit terhadap kualitas audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta

3 10 134

Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi Auditor dan Kode Etik terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)

2 15 98

Pengaruh kompetensi auditor, self efficacy dan job stress terhadap audit judgment : Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta

4 44 0

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR, STRUKTUR AUDIT DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS PADA PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI DIY).

1 2 143

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, PENGETAHUAN AUDITOR, TASK COMPLEXITY, TEKANAN KETAATAN, EFFORT DAN IDEPENDENSI TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 17