Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan.

kegiatan peribatan bersama merupakan media selain mempererat kasih sayang dan meningkatkan keimanan. 14 Dengan demikian, dari 9 kebutuhan manusia tersebut, berarti manusia memerlukan tuntunan. Karena manusia tidak pernah bebas dari berbagai macam pengalaman senang ataupun susah, takut atau tenang, kecewa atau puas, sakit atau sehat dan sebagainya. Tuntunan naluri agama yang akan menjadi tuntunan dalam kehidupan manusia, harus berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Dalam keadaan bagaimanapun dan kepada siapa pun juga, agama dapat memberikan jalan pemecahan, atau jalan keluar dari berbagai macam kesulitan yang dihadapi. Agama Islam sesuai untuk orang yang sederhana sekalipun dan sampai kepada pemikir-pemikir yang jenius. 15 Kebutuhan anak akan agama pada umumnya kurang mendapat perhatian para pendidik dan psikolog. Padahal si anak sejak lahir telah dihadapkan kepada pengalaman keagamaan, lewat penglihatan, pendengaran, dan perlakuan orang tuanya terutama di dalam keluarga yang taat beragama. Misalnya anak-anak di dalam keluarga muslim, begitu lahir telah diperdengarkan di telinganya suara adzan. Kemudian suara adzan itu akan berulangkali didengarnya setiap waktu sholat tiba. 16

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan.

Manusia sebagai makhluk Allah yang diberi kelebihan dari pada makhluk lainnya yaitu dianugerahkan untuk mengenal tuhannya. Dari kemampuan untuk mengenal Tuhan, lahirlah kemampuan untuk beragama. Keduanya fitrah yang dianugerahkan oleh Tuhan dalam diri manusia. Dengan kemampuan mengenal Tuhan, manusia dapat memenuhi kebutuhan jiwanya seperti kebutuhan kebebasan, kebutuhan akan rasa kasih 14 . Ramayulis, Psikologi Agama.... hlm. 38 15 M. Ali, Hasan, Study Islam Al-Qur’an dan Sunnah, ... Cet, 1. hlm. 28. 16 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama,1995, Cet.2, hlm. 22. sayang, rasa aman dan sebagainya. Namun demikian, tidak setiap orang mempunyai kesempatan untuk mengenal agama. Hal itu disebabkan karena orang tuanya acuh tak acuh terhadap agama, ditambah lagi dengan keadaan lingkungan yang jauh dari nilai-nilai agama. Selain itu ada juga yang mendapat kesempatan untuk mengenal agama, karena sejak kecil telah dibiasakan dan dilatih untuk menjalankan agama. Orang tuanya pun taat beribadah dan memberi contoh yang baik, di samping itu lingkungan masyarakat sekitarnya diwarnai nilai-nilai agama. Agama menyangkut batin manusia, oleh karena itu kesadaran beragama dan pengalaman seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan ghaib. Dari kesadaran beragama dan pengalaman beragama yang kemudian munculah sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang. Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya sikap keagamaan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Di bawah ini akan lebih dijelaskan mengenai dua faktor tersebut adalah: 1. Faktor intern, yaitu faktor dari manusia itu sendiri, karena manusia adalah homo religius makhluk beragama yang sudah memiliki fitrah untuk beragama. 17 Di sumber lain dikatakan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah sebagai berikut: a. Hereditas Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur lainnya yang mencakup kognitif, afektif dan konatif. Menurut Sigmund Freud perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan rasa bersalah sense of guilt dalam diri seseorang. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan agama, maka dalam diri pelakunya akan timbul rasa berdosa, dan perasaan seperti ini barangkali yang ikut mempengaruhi perkembangan 17 Jalaludin, Psikologi Agama,... hlm. 213. jiwa keagamaan seseorang sebagai unsur hereditas, sebab dari berbagai kasus pelaku zina sebagian besar memilki latar belakang keturunan dengan kasus yang sama. b. Tingkat usia Meskipun tingkat usia bukan merupakan satu-satunya faktor perkembangan jiwa keagamaan seseorang, tetapi kenyataan ini dapat dilihat dari perbedaan pemahaman agama dari tingkat usia yang berbeda. c. Kepribadian Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara unsur hereditas dengan pengaruh lingkungan inilah yang membentuk kepribadian, dan setiap manusia memiliki kepribadian yang unik dan berbeda-beda, sehingga perbedaan tersebut membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan seseorang. d. Kondisi jiwa seseorang Bagaimanapun juga kondisi jiwa seseorang akan berpengaruh pada pandangan tentang agama, seseorang yang mengidap phobia akan dicekam rasa takut yang irrasional sehingga pandanganya terhadap agama akan dipengaruhi oleh hal yang demikian juga. Sedangkan seseorang yang normal akan memandang agama secara sadar dan dapat berpikir sehat. 18 2. Faktor ekstern, yaitu lingkungan yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang, karena lingkungan merupakan tempat dimana seseorang itu hidup dan berinteraksi, lingkungan disini dibagi menjadi tiga, yaitu keluarga, instuisi dan masyarakat. Lingkungan Keluarga Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh baik pula, begitupun sebaliknya. 18 Jalaludin, Psikologi Agama,... hlm. 241-246 Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, tujuan terpenting dari pembentukan keluarga ialah sebagai berikut: • Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga. . • Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis. • Mewujudkan Sunnah Rasulullah • Memenuhi kebutuhan cinta-kasih anak. • Menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpangan- penyimpanagan 19 Jadi, keluarga adalah orang yang pertama bertanggung jawab terhadap perkembangan atau pendidikan anak yang sedang tumbuh. Hal tersebut sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6: 20 …. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka … Dalam bukunya Abdul Rachman Shaleh, ada tiga macam lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan keagamaan seseorang yaitu: 21 1. Keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi perkembangan anak, orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian akan selalu mendorong anaknya untuk kemajuan pendidikan agama serta bersama-sama mengajak anak untuk menjalankan perintah agama dan menjauhi laranganya. Dalam hal ini orang tua dapat mendatangkan guru ngaji atau privat agama serta menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah madrasah dan mengikuti kursus- kursus keagamaan. 19 Abdurrahman, An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat..., hlm.139. 20 Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Gema Insani, 2005, QS. At-Tahrim ayat 6. 21 Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000, Cet. 1, hlm. 96. 2. Keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan agama anak. Orang tua dari keluarga seperti ini tidak mendorong ataupun melarang terhadap kegiatan- kegiatan keagamaan dan bersikap acuh terhadap sikap keagamaan anak-anak mereka. 3. Keluarga yang antipati terhadap dampak dari keberadaan pendidikan agama di sekolah atau dari masyarakat sekitarnya. Orang tua dari keluarga seperti ini akan menghalangi dan menyikapinya dengan kebencian terhadap kegiatan keagamaan yang dilakukakan oleh anak mereka. Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah sangat penting, yang pertama. Karena pendidikan di sekolah, di masyarakat di rumah ibadahpun prekuensinya sangat rendah. Karena Pendidikan agama di masyarakat, di rumah ibadah seperti masjid hanya berlangsung beberapa jam saja setiap minggunya, sedangkan di sekolah hanya berlangsung dua sampai empat jam pelajaran setiap minggunya. Alasan kedua, dan yang paling penting bahwasanya inti dari pendidikan agama islam adalah penanaman iman ke dalam diri seseorang, dan penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan di rumah, karena pendidikan agama itu intinya adalah pendidikan keberimanan, yaitu usahaa-usaha menanamkan keimanan di hati anak-anak. 22 Pembentukan kesadaran beragama ini sangat erat kaitannya dengan peran orang tua sebagai teladan dalam pembentukan pribadi anak, karena orang tua adalah panutan dan cermin pertama kali yang mereka lihat dan mereka tiru sewbelum mereka berpaling kepada lingkungan sekitarnya. Yang mana dari kesadaran beragama tersebut akan menimbulkan sikap atau tingkah laku beragama. Perkembangan sikap sosial anak pun terbentuk mulai di dalam keluarga, orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil, dan bijaksana, akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak, ia akan gembira dan segera akrab dengan orang lain. Karena ia merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, 22 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,1999, Cet. IV, hlm. 134. maka akan bertumbuh padanya rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya; hal yang menunjang terbentuknya pribadi yang menyenangkan dan suka bergaul. Seperti dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir yang artinya: “Barang siapa yang memberikan teladan suatu kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala ditambah pahala seperti pahala yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dalam Islam itu, barang siapa yang memberi teladan keburukan, maka ia akan memperoleh dosa ditambah dosa seperti yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” Dapat penulis simpulkan Jika para pendidik orang tua tidak bertanggung jawab atas perkembangan serta amanah dalam menjaga anak-anaknya, dan jeleknya pendidikan mereka dalam keluarga akan membawa atau sebab bagi seorang anak untuk melakukan penyimpangan. Diantara faktor- faktor dasar yang menyebabkan penyimpangan anak diantaranya sebagai berikut: 23 • Kefakiran yang menaungi sebagian rumah • Perselisihan dan konflik antara ibu-bapak • Perceraian dan implikasi kemiskinan • Memanfaatkan waktu luang anak dan remaja • Buruknya perlakuan orang tua terhadap anak • Kelalaian orang tua terhadap pendidikan anak • Musibah keyatiman Lingkungan Institusional Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa intitusi formal seperti sekolah maupun non formal seperti perkumpulan atau organisasi. 23 Al Ahwani, Abdullah, Nashih Ulwan. Pendidikan Anak Menurut Islam Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, ... hlm. 97. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksaanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Dalam hubungan ini Zakiah Daradjat mengatakan, bahwasanya; Lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah sekolah. Guru-guru yang melaksanakan tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas pendidikan. Guru masuk kedalam kelas, membawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikiranya, sikap dan ilmu pengetahuan yang dmilikinya. Penampilan guru, pakaiannya, cara berbicara, bergaul dan memperlakukan anak bahkan emosi dan keadaan jiwa yang dialaminya, ideologi dan paham yang dianutnya terbawa tanpa disengaja ketika ia berhadapan dengan anak didiknya. Seluruhnya akan terserapoleh sianak tanpa disadari oleh guru dan orang tua, bahkan anak sampai kagum dan sayang kepada gurunya. 24 Lingkungan Masyarakat Dalam kehidupan, manusia tidak akan pernah lepas dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya saling membutuhkan satu sama lain. Untuk itu, lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang juga ikut mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku seseorang. Masyarakat disini dapat diartikan sebagai komunitas yang amat heterogen dengan berbagai aspeknya. Di dalamnya terdapat kegiatan dalam bidang agama, sosial, ekonomi, politik, seni budaya, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Semuanya itu merupakan lingkungan yang dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan. 25 24 Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. 1, hlm. 270. 25 Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an...., hlm. 276. Adapun lingkungan masyarakat yang dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan sikap keagamaan anak dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 26 1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan yang seperti ini biasanya tidak peduli terhadap segala aspek kegiatan yang bersifat keagamaan bagi masyarakatnya. Masyarakat seperti ini menganggap bahwasanya urusan agama merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing. 2. Lingkungan yang berpegang teguh pada tradisi agama, tetapi tanpa dorongan batin. Biasanya lingkungan seperti ini manghasilkan anak-anak beragama tanpa kritik, atau beragama secara kebetulan. 3. Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama. Bagi lingkungan yang kurang kesadarannya, anak-anak akan mengunjungi tempat-tempat ibadah dan ada dorongan orang tua, tetaapi tidak kritis dan tidak ada bimbingan. Sedangkan bagi lingkungan agama yang kuat, kemungkinan hasilnya akan lebih baik dan bergantung kepada baik buruknya pimpinan dan kesempatan yang diberikan. Suatu kehidupan masyarakat pada dasarnya dibatasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung oleh warganya. Oleh karena itu, setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan norma dan nilai yang ada dan tolong menolong dalam hal kebajikan. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Maidah:2. .... ⌧ 26 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. 2, hlm. 175. dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Walaupun kecenderungan beragama merupakan fitrah bagi setiap manusia, akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor intern dan ekstern individu dan keduanya mempunyai kaitan satu sama lain dalam arti saling mempengaruhi.

7. Indikator Sikap Keagamaan