Indikator Sikap Keagamaan Kesadaran Beragama 1.Pengertian

dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Walaupun kecenderungan beragama merupakan fitrah bagi setiap manusia, akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor intern dan ekstern individu dan keduanya mempunyai kaitan satu sama lain dalam arti saling mempengaruhi.

7. Indikator Sikap Keagamaan

Agama menyangkut kehidupan manusia. Kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang berkaitan dengan sesuatu yang sakral dan ghaib. Dari kesadaran dan pengalaman agama inilah timbulnya sikap keagamaan yang ditampilkan oleh seseorang. Untuk dapat menilai apakah seseorang mempunyai sikap keagamaan atau tidak dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu: 27 1. Dimensi keyakinan ideologis yang disejajarkan dengan akidah. Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam Islam, dimensi ini menyangkut keyakinan tentang Allah, para Malaikat, Nabi Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka dan lain-lain. Contoh: Apakah mereka percaya pada Allah, para Malaikat, Nabi Rasul, Kitab-Kitab Allah, surga dan neraka dan lain-lain. 2. Dimensi peribadatan praktek agama ritualistik yang disejajarkan dengan syariah. Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan ritual sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya, dalam Islam dimensi peribadatan menyangkut 27 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam ; Solusi Islam akan Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005, Cet . I, h. 77 pelaksanaan shalat, zakat, membaca al-Qur’an, berdoa, dan lain-lain. Contoh: apakah mereka shalat, puasa, zakat, membaca al-Qu’an, berdoa dan lain-lain. 3. Dimensi penghayatan eksperiensal Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat seorang muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman religius, dalam Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan doa-doa terkabul, perasaan bersyukur pada Allah dan lain- lain. Contoh: Apakah mereka memiliki perasaan dekat atau akrab dengan Allah dan lain-lain. 4. Dimensi pengetahuan Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat pengetahuan dan pemahaman seorang muslim terhadap ajaran-ajarannya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya, dalam Islam dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan rukun Iman dan rukun Islam, hukum- hukum Islam dan sebagainya. Contoh: Apakah mereka mengikuti pengajian, kegiatan-kegiatan keagamaan, membaca buku-buku keagamaan dan lain-lain. 5. Dimensi pengamalan konsekuensial yang disejajarkan dengan akhlak Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat pengamalan seorang muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya yaitu bagaimana seorang manusia berinteraksi dengan alam dan manusia lain. Dalam Islam, dimensi ini meliputi suka menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan, berlaku jujur, bersikap sopan santun, memaafkan, tidak mencuri dan lain-lain. Secara umum cerminan sikap keagamaan dinyatakan dalam tiga hal, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Akidah merupakan pondasi utama yang akan menentukan sikap seseorang dengan keimanan yang tertanam dalam dirinya. Obyek keimanan yang tidak akan berubah dan tidak akan pernah hilang adalah keimanan yang ditentukan oleh agama. Akhlak itu sendiri merupakan tingkah laku manusia atau sikap hidup manusia dengan pergaulan hidup, sedangkan syariah merupakan peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau pokok-pokok supaya manusia berpegang teguh kepadanya di dalam hubungannya dengan Tuhannya dan dengan kehidupannya. 28 Liput syariah sendiri meliputi segi hubungan manusia dengan Tuhan yang disebut dengan ibadah, dan segi hubungan manusia dengan sesama yang disebut dengan muamalah. Antara ibadah dan muamalah mempunyai ikatan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dalam artian keduanya harus bernilai ibadah sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaan manusia. Sementara itu, akhlak merupakan pokok esensi ajaran islam disamping akidah dan syariah. Dalam ajaran agama islam, akhlak adalah suatu ilmu yang di dalamnya terdapat ajaran tentang tingkah laku manusia atau sikap hidup manusia dengan pergaulan hidup. Ajaran akhlak merupakan indikator kuat bahwa prinsip- prinsip Islam sudah mencakup semua aspek dari segi kehidupan manusia lahir maupun batin dan mencakup semua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi vertikal dan horizontal. Dengan demikian, untuk menjadikan manusia memiliki sikap keagamaan yang sesuai dengan ajaran agama Islam, mereka memerlukan bimbingan dan pengembangan. Untuk dapat mengetahui bentuk sikap keagamaan seseorang maka dapat dilihat dari seberapa jauh keterkaitan komponen kognisi, afeksi dan konasi seseorang dengan masalah-masalah yang menyangkut agama. Karena bagaimanapun juga hal tersebut tidak ditentukan oleh hubungan sesaat melainkan hubungan proses, sebab sikap dibentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. 29 Jika keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, maka merujuk pada rumusan di atas terlihat bahwa ada tiga aspek keagamaan, yaitu: 28 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam...., hlm. 42-43. 29 Jalaluddin, Psikologi Agama ..., hlm. 216. 1. Aspek kognisi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan intelek manusia, dimana akal pikiran merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk mendorongnya melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang buruk. Dengan adanya kemampuan manusia berpikir dan memahami perbuatan-perbuatannya maka manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, sehingga jiwa manusia mengakui adanya zat yang Maha Kuasa tempat untuk berlindung dan memohon pertolongan. 2. Aspek afeksi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan segala perasan emosional seperti senang, setuju, tidak setuju bila seseorang percaya bahwa agama adalah sesuatu yang baik dan benar maka akan timbul perasaan suka terhadap agama sehingga menimbulkan sikap batin yang seimbang dalam menghayati kebenaran agama. 3. Aspek konasi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan perilaku keagamaan. Aspek ini berfungsi mendorong timbulnya perasaan doktrin suatu ajaran agama untuk mengamalkan ajaran agama dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya. Dengan demikian ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain dalam pengamalan ajaran agama. Aspek kognisi berperan menentukan benar atau tidaknya ajaran agama berdasarkan pertimbangan intelaktual seseorang, aspek afeksi berperan menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama dan aspek kognisi berperan menimbulkan amalan-amalan doktrin keagamaan yang benar. Dari berbagai uraian tentang sikap keagamaan, maka yang dimaksud dengan sikap keagamaan siswa di penelitian ini adalah: suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut terjadi oleh adanya konsistensi antara pemahaman terhadap keagamaan sebagai unsur kognitif, perasaan senang sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Dengan demikian sikap keagamaan dari seorang yang berkepribadian muslim adalah suatu perwujudan dari keseluruhan totalitas manusia, baik sikap dan karakternya, tabiatnya, dan tindakannya sesuai dengan ajaran- ajaran agama Islam. Karena Islam merupakan suatu sistem yang menyeluruh, maka keagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam ibadah ritual saja, tetapi juga dalam bentuk aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pembinaan kesadaran Beragama