Terbentuknya Dinasti Ilkhaniyah SERBUAN BANGSA MONGOL KE BARAT
                                                                                unik  di  kalangan  khan  Mongol  yang  berkedudukan  di  wilayah  ini.  Pelan  namun pasti,  mereka  mulai  beralih  agama  ke  Islam.  Keadaan  ini  membawa  serta  pada
perubahan  sifat  maupun  perangai  dari  sebelumnya  berwatak  kasar,  kejam,  dan beringas  menjadi  pribadi  yang  lebih  mengedepankan  perasaan  lagi  berkelakukan
halus. Hulagu  Khan  yang  mengetahui  peristiwa  tersebut  ternyata  amat  tidak
senang  dengan  banyaknya  orang-orang  Mongol  ke  Islam.  Setelah  diselidiki, ternyata  bukan  hanya  para  pemuka  Mongol  Persia  saja  yang  masuk  Islam,
melainkan  mereka  yang  berkedudukan  di  wilayah  Turkistan  dan  Asia  Selatan telah banyak pula yang menjadi Muslim. Segera pasukan Hulagu Khan dipacu ke
arah  Turkistan  untuk  menaklukkan  saudara-saudaranya,  terhitung  masih  putra pamannya  sendiri,  yang  menjadi  Muslim  tersebut.  Perlahan  namun  pasti,  perang
saudara  yang  sepertinya  bermotifkan  perbedaan  keyakinan  itu  mulai  terjadi. Kendati Hulagu Khan merupakan pengikut Budha yang taat dan akan menyerang
saudaranya  yang Muslim, ternyata, latar belakang serangannya bukanlah semata- mata karena kepentingan agama.
Beberapa  dekade  sebelum  upaya  penaklukkan  Hulagu  ke  Persia,  daerah tersebut  telah  terlebih  dahulu  dikuasai  bangsa  Mongol,  yakni  dari  wangsa
Chagatay yang mewarisi daerah yang dalam sejarah dikenal dengan nama Mogol atau  Moghulistan.  Sepeninggal  Chagatay,  daerah  ini  jatuh  dalam  pertikaian
internal  yang  sengit,  masing-masing  pemimpin  Mongol  tidak  ada  yang  mau mengalah.
Persia pun
akhirnya terpacah-pecah
ke dalam
beberapa kekuasaankerajaan  yang  kecil-kecil  dan  saling  terpisah-pisah.  Masing-masing
dikepalai  oleh  pemuka  Mongol  setempat.  Kerajaan-kerajaan  ini  ada  yang  masih mengadopsi  tradisi  kepemimpinan  Mongol,  tetapi  tidak  sedikit  pula  yang
mengambil  pengaruh  dari  corak  tata  pemerintahan  Persia.  Di  antara  mereka  ada yang  menganut  mazhab  Sunni  dan  ada  pula  yang  Syi’ah.  Masing-masing  dari
mereka  kerapkali  terlibat  bentrokan  bersenjata,  yang  diakibatkan  dari pertentangan  antar  golongan  maupun  kepentingan  kesukuan  dan  sebagainya,
sehingga lambat laun membuat dominasi Mongol atas Persia menjadi rapuh. Latar  belakang  demikianlah  yang  sepertinya  menginspirasi  Hulagu  untuk
menaklukkan kembali Persia agar berada di bawah kesatuan Mongol yang kuat. Ia khawatir hal serupa juga cepat atau lambat akan terjadi di wilayah Rusia Selatan
maupun Turkistan. Dalam pada itu, berbekal pasukan terlatih dan berpengalaman, Hulagu  Khan  memimpin  untuk  mengembalikan  kembali  kebesaran  Jengis  Khan
yakni  menyatukan  wilayah-wilayah  yang  terpecah  ke  dalam  bendera  kekaisaran Mongol Raya, seperti yang dilakukan leluhurnya itu di masa lalu.
76
Penghacuran Hulagu yang paling dikenal dalam catatan sejarah adalah atas ibukota  umat  Islam  dunia  kala  itu,  Bahgdad.  Lewat  serangkaian  pengepungan
yang terstruktur kota ini berhasil ditaklukkan. Khalifah Dinasti Abbasiyah beserta keluarganya  mati  dibunuh  oleh  bala  tentara  Hulagu  Khan.  Bangunan-bangunan
dimusnahkan.  Korban  yang  jatuh  di  kalangan  penduduk  sipil  antara  90.000 sampai 250.000.
77
Bahgdad mengalami peristiwa terkelamnya kala itu. Umat Muslim pun jatuh dalam  kesengsaraan.  Setelah  puas  menjarah  dan  membunuh  warga  Baghdad,
76
Muhammad Tohir, Sejarah Islam, hlm. 429-430.
77
Marsha E. Ackermann dkk, ed, Encyclopedia of World History, hlm. 183.
pasukan Hulagu melanjutkan pengembaraannya ke barat. Sesampainya di Suriah, oleh  karena  sudah  mendengar  keganasan  yang  ditorehkan  pasukan  Tatar
sebelumnya,  beberapa  pangeranamir  memilih  menyerah  dan  berdamai. Tantangan tangguh nyatanya telah menunggu di depan. Pasukan Dinasti Mamluk
yang berpengalaman dalam Perang Salib menunggu dengan tenang dan waspada. Manuver  pasukan  Tatar  yang  dikenal  cepat,  luput  dari  sergapan  patroli
pasukan  Dinasti  Mamluk.  Namun  begitu,  lewat  kegigihannya,  pasukan  Dinasti Mamluk berhasil memepet rapat pergerakan bangsa Tatar. Merasa terjepit, Hulagu
melancarkan  strategi  klasik  para  leluhurnya,  yakni  menyatakan  menyerah  dan membawa  kembali  pasukannya.  Tanpa  disangka,  setelah  menjauh  dari  patroli
mamluk,  Hulagu  membuat  gerakan  memutar  dan  mengarahkan  kuda-kudanya menyerbu  Palestina.  Pada  3  September  1260,  rangkaian  penaklukkan  Hulagu
terhenti  di  Ain  Jalut  dekat  Nablus.  Pasukan  Dinasti  Mamluk  mengadakan serangkaian  serangan  yang  membuyarkan  pertahanan  Tatar.  Kali  ini  Hulagu
menelan kekalahan dan memutuskan menarik pasukan dari kawasan Suriah.
78
M.  A.  Enan  memberikan  keterangan  yang  berbeda  mengenai  kontak pasukan  Tatar  dengan  Mesir  yang  kala  itu  dikuasai  Dinasti  Mamluk.  Beberapa
waktu  setelah  Hulagu  menaklukkan  Baghdad,  para  petinggi  Dinasti  Mamluk digelayuti  rasa  kekhawatiran  dan  kecemasan  yang  tidak  terkira.  Mesir  sendiri
dalam  perjalanan  sejarahnya  kerapkali  dikoyak  oleh  penakluk-penakluk  dari belahan  timur  dunia.  Sejarah  mencatat  hanya  pasukan  Dinasti  Mamluklah  yang
berhasil  menghentikan  laju  Hulagu.  Segera  setelah  berhadapan,  pasukan  Dinasti
78
Carl Brockelmann, History of the Islamic, hlm. 250-251.
Mamluk  pun  segera  terlibat  dalam  pertempuran  seru  melawan  pasukan  Hulagu. Lewat serangkaian gebrakan, pasukan Dinasti Mamluk berhasil memukul mundur
pasukan  Tatar  ini.  Pasukan  Tatar  yang  selamat  memilih  mengundurkan  diri  ke timur.  Inilah  salah  satu  kekalahan  besar  yang  di  derita  bangsa  Mongol,  yang
sebelumnya  terkenal  selalu  berhasil  mematahkan  serangan  pasukan-pasukan negeri  Islam  lalu  kemudian  menjarahnya.  Kairo  pun  terselamatkan.  Sang  sultan
tak henti-hentinya memanjatkan puji syukur.
79
Setelah penaklukkan  Baghdad,  Hulagu Khan tidak lantas menikmati  masa- masa  liburnya  dengan  tenang.  Pikirannya  disibukkan  dengan  rancangan-
rancangan  untuk  merawat  serta  menjaga  keutuhan  daerah-daerah  yang sebelumnya  telah  dikuasainya.  Khurasan  merupakan  wilayah  yang  kemudian
menjadi  benteng  terkuat  Tatar  dan  di  kemudian  hari  banyak    ditinggali  oleh koloni-koloni Mongol dan Turki. Wilayah penting selanjutnya adalah Azerbaijan
yang  di  kemudian  hari  banyak  pula  didatangi  oleh  suku-suku  Turki  yang  hidup berdampingan  dengan  orang-orang  Persia  yang  telah  terlebih  dahulu  mendiami
kawasan ini sejak abad 9. Orang-orang  Persia  ini  dulunya  berprofesi  sebagai  tentara  bagi  khalifah
Dinasti  Abbasiyah.  Banyak  di  antara  pasukan  Hulagu  yang  berasal  dari  suku Turki  dan  wilayah  ini  tentu  amat  cocok  untuk  disinggahi  pasukan  Turkinya.
Selanjutnya,  masih  termasuk  dalam  wilayah  Hulagu  adalah  padang  rumput Mughan yang terhampar di utara Tabriz. Kualitas rumput di sana tergolong baik,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan kuda dan ternak lainnya. Kota Tabriz
79
Lebih  lanjut  lihat  M.A.  Enan,  Detik-Detik  Menentukan  dalam  Sejarah  Islam  Surabaya: Bina Ilmu, 1979 hlm. 184-191.
dan  Maraghah  dijadikan  tempat  tinggal  sang  khan  yang  lantas  menjadi  ibukota Dinasti  Ilkhan  yang  memiliki  potensi  bisnis  dan  perdagangan  yang  bagus.
Pengaruh  Persia-Arab  pun  mulai  merebak  di  seluruh  masyarakat  Ilkhan,  yang tentunya  merupakan  keniscayaan  akibat  pengaruh  budaya  maupun  tradisi
setempat.
80
Nama  “Ilkhan”  sendiri  amat  lekat  dengan  diri  Hulagu  Khan.  Masa-masa keemasan  Hulagu  Khan  berbarengan  dengan  prestasi  gemilang  yang  dicapai
saudaranya,  Kubilai  Khan  di  Cina.  Segera  setelah  Kubilai  telah  berhasil  meraih posisinya sebagai Khan Agung, hubugannya dengan penguasa Mongol Persia itu
kian dekat. Kubilai merestui Hulagu menjadi “Ilkhan”, viceroy, atau wakil Khan
Agung  di  Persia  yang  tak  lain  merupakan  bagian  dari  otoritas  Khan  di  Cina.  Di wilayah  kebudayaan,  hubungan  keduanya  pun  kian  rekat  dan  membuahkan  hasil
yang membanggakan.
81
Kegemilangan yang dicapai Hulagu, nyatanya memiliki reputasi sebaliknya bagi bangsa Persia. Secara keseluruhan, pemerintahan Mongol merupakan masa-
masa  terpahit  sekaligus  traumatis  bagi  bangsa  Persia.  Justin  Marozzi  merujuk pada  uraian  al-Qazwaini  menyatakan  bahwa,  masa  ribuan  tahun  kiranya  tidak
cukup  untuk  memperbaiki  kerusakan  yang  disebabkan  oleh  pembantaian  Jengis Khan. Pun menurut Juwaini, salah seorang sejarawan terkenal yang hidup di kala
Persia di bawah pendudukan Mongol, mengatakan bahwa “setiap kota dan desa”
menjadi  korban  pembunuhan  dan  penjarahan  yang  dilakukan  secara  berulang- ulang sedemikian parah sehingga populasi penduduknya tidak pernah menyentuh
80
Bertold Spuler, The Muslim World, hlm. 25.
81
Bertold Spuler, The Muslim World, hlm. 22.
angka 10 persen dari populasi sebelumnya. Penduduk sipil kota-kota besar seperti di  Merv,  Balkh,  Nisyapur,  Hamadan,  Tus,  Rayy,  Qazwain,  dan  Herat  secara
bergantian  dibunuh.  Seiring  dengan  tindakan  ini,  ladang-ladang  pertanian dimusnahkan  saat  petani-petani  lari  menyelamatkan  diri  dan  meninggalkan
pertaniannya.  Aliran  irigasi  hancur,  dan  gurun  perlahan  memakan  daerah-daerah yang semula subur. Proses kemunduran ini dipercepat dengan kedatangan bangsa
Mongol pengembara yang membawa serta ternak dan kemudian digembalakan di lahan-lahan tersebut.
Sebagaimana  telah  disinggung  sebelumnya,  Kekuasaan  Ilkhan  membawa serta  pengaruh  baru,  yakni  tersambungnya  komunikasi  antara  Timur  dan  Barat.
Aliran  kafilah-kafilah  dagang  yang  hilir  mudik  di  antara  kedua  daerah  tersebut ikut  serta  menyokong  kemajuan  ini.  Pelbagai  bentuk  pertentangan  religi  yang
semula  menghantui  lingkungan  orang-orang  Persia,  perlahan  menurun intensitasnya.  Salah  satu  hal  yang  ikut  serta  mengikis  pertikaian  keagamaan
tersebut  adalah  adanya  asimilasi  yang  dilakukan  bangsa  Mongol,  yang  dipandu langsung oleh para penguasanya, ke dalam dunia Islam.
Sejarah mencatat bahwa sejak saat itu pengaruh Arabisasi yang semula amat identik  dengan  Islam  perlahan  memudar  dan  bahasa  Persia  menjadi  bahasa
pengantar  serta  bahasa  pengetahuan  yang  juga  merupakan  bahasa  kebudayaan tertinggi.  Penguasa  Mongol  di  Persia  juga  menjadi  saksi  kelahiran  historiografi
penulisan  sejarah  resmi  Persia.  Adalah  Rasyiddin,  seorang  ilmuwan  yang memelopori  penulisan  sejarah  tanah  dan  bangsanya  tersebut.  Langkah  mulianya
tersebut diikuti pula oleh dua perdana menteri PM Ilkhan, Juwaini dan Wassaf.
Di  era  tersebut,  muncul  pula  varian  baru  dari  dunia  lukisan,  yakni  dengan meningginya  corak  atau  gaya  melukis  lanskap  Cina  yang  mulai  digunakan  oleh
para pelukis-pelukis Persia. Perlahan kehancuran budaya dipugar dan menemukan era keemasannya kembali.
Koneksi hubungan yang sedemikian erat antara Cina dan Persia atau Sino- Iran mendapat perhatian yang serius dari Thomas Allsen. Menurutnya, hubungan
ini  merupakan  dampak  dari  berkembangnya  pertukaran  antarbudaya  cross- cultural exchange, yang amat dekat dengan peran para agen-agen Mongol.
82
Senada dengan penjelasan Allsen,  Nicola di Cosmo menegaskan beberapa hal  yang  melatarbelakangi  hubungan  harmonis  keduanya  adalah  akibat  adanya
distribusi  manusia,  barang,  maupun  pemikiran  dari  Asia  Barat  ke  wilayah  yang lebih  luas.  Kegiatan-kegiatan  tersebut  banyak  pula  diinisiasi  dan  dilakukan  oleh
bangsa  Mongol.  Jadi  yang  dinamakan  relasi  “Cross-Cultural”  merujuk  pada upaya  filterisasi  penyaringan  dan  adaptasi  yang  diberlakukan  oleh  para
pemimpin Mongol.  Mereka mengawasi  fenomena ini beriringan dengan  semakin membesarnya jumlah perpindahan manusia di seluruh Eurasia.
83
Walaupun Persia sedikit demi sedikit berdiri menyandang kebesarannya, hal tersebut  agaknya  diluar  persepsi  David  Morgan.  Lewat  penelitian  terbarunya
berjudul Medieval Persia: 1040-1797 1992, ia menyangsikan kontribusi Mongol dalam  pembangunan  kembali  Persia.  Menurutnya:  “Kita  pastinya  memiliki
keraguan tentang sikap masyarakat Persia, waktu mereka berusaha keras berkelit
82
Thomas T. Allsen, Culture and Conquest, hlm. 189-211.
83
Nicola di Cosmo, “Mongols and Merchants on The Black Sea Frontier in the Thirteenth and
Fourteenth Centuries:
Convergences and
Conflicts” dalam
http:www.storia.unipd.itPROFILIMATERIALEMATERIALIDIDATTICI1235484113174559 878946449.pdf
. diakses pada pukul 13.24 hari Kamis 15 Agustus 2013.
dari  para  petugas  pajak  Mongol,  dalam  memandang  perkembangan  keahlian melukis.  Bagi  bangsa  Persia,  era  pendudukan  Mongol  merupakan  masa
malapetaka yang sangat besar dan tidak tertandingi.”
84
Ilkhan  merupkan  suatu  kekhanan  yang  memberikan  keistimewaan  kepada umat Kristen Nestorian. Mereka yang banyak ditemui di ibukota kerajaan berasal
dari  Mesopotamia  Utara.  Sejak  gelombang  kedatangannya  ke  kawasan  Asia Tengah mereka termasuk dalam golongan istimewa dibanding penduduk kerajaan
lainnya.  Istri  Hulagu,  Doquz  Khatun  merupakan  pemeluk  Kristen.  Di  beberapa wilayah,  gereja-gereja  maupun  kapel-kepel  banyak  dibangun.  Bukan  hanya
Kristen  Nestorian  saja  yang  menyandang  status  istimewa,  mereka  yang  berasal dari  sekte  lain,  seperti  Jacobin  Suriah  dan  Monofisit  Armenia  serta  Ortodoks
Georgia juga menikmati fasilitas serupa. Sebagaimana  disinggung  sebelumnya,  Hulagu  sendiri  merupakan  seorang
Budhis penganut Budha. Kepercayaannya ini lebih dipengaruhi oleh Budha yang berkembang  di  Mongol  bukan  yang  berasal  dari  tradisi  Cina.  Orang  Mongol
memiliki  agamawan  Budha  sendiri  yang  dikenal  dengan  sebutan  Bakhsyis. Mereka  banyak  didatangkan  untuk  meramaikan  istana.  Semula,  Hulagu
merupakan pemabuk berat, namun begitu memeluk Budha kebiasaannya tersebut ditinggalkan. Pada tangga 8 Februari 1265, Hulagu berpulang dan beberapa waktu
kemudian istrinya menyusul suaminya. Sepeninggal  Hulagu,  tahta  Ilkhan  diberikan  kepada  anaknya  Abaqa  1265-
1282  yang  beragama  Kristen.  Tidak  berselang  lama,  kapasitas  khan  baru  ini
84
Justin Marozzi, Timur Leng, hlm. 134-135.
mulai  diuji  oleh  serangkaian  problem  eksternal  yang  mengancam  keutuhan kerajaan. Di daerah Kaukasus, Mongol Golden Horde pimpinan Berke melakukan
beberapa  aksi  pencaplokan  wilayah.  Segera,  Abaqa  mengirim  kekuatan tempurnya.  Benteng-benteng  berbahan  dasar  kayu  didirikan  di  sepanjang  tepi
selatan  sungai  Kur.  Pasukan  yang  berkubu  ini  berharap  dapat  meletupkan  suatu manuver yang akan menghentikan laju tentara Berke.
Di pihak lain, Berke ternyata berhasil menemukan akses lain, sehigga tidak bertemu  dengan  pasukan  Ilkhan,  dan  setelah  menyeberangi  sungai  Kur,  ia
melanjutkan  perjalanannya  ke  barat.  Laju  pasukan  mereka  terhenti  di  suatu  kota Georgia  kuno  bernama  Mtskheth.  Di  sana  tentara  Ilkhan  bertempur  dengan
pasukan  Berke  dengan  sengitnya.  Dalam  pertempuran  ini,  kira-kira  tahun  1267, Berke  berhasil  dibunuh  dan  pasukannya  berhasil  dihancukan.  Untuk  sementara,
Abaqa  dapat  bernafas  lega.  Namun  begitu,  ini  merupakan  permulaan  dari rangkaian aksi teror yang nantinya banyak ditemukan di bagian utara dan tenggara
Dinasti Ilkhan. Kondisi  geografis  Persia  memiliki  andil  besar  dalam  perjalanan  sejarah
negeri  ini.  Persia  dikelilingi  oleh  rangkaian  pegunungan  yang  besar.  Di  sebelah barat  laut  terhampar  pegunungan  Kaukasus,  sedangkan  pegunungan  Zagros
melintang  di  sebelah  barat  dan  barat  daya,  serta  dataran  tinggi  Pamir  dan  Hindu Kush  terletak  di  sebelah  timurnya.  Hanya  di  belahan  timur  laut,  tepatnya  di
wilayah  Oxus-Jaxartes  yang  terbuka.  Daerah  tersebut,  menginjak  masa pemerintahan  Abaqa,  mulai  berada  dalam  ancaman  musuh.  Golden  Horde
membentuk  aliansi  dengan  penguasa  Transoxania  untuk  melancarkan  serangan
gabungan  ke  wilayah  Ilkhan.  Namun  serangan  itu  nyatanya  hanyalah  kabar burung dan tidak benar-benar terjadi. Lagi-lagi Abaqa masih bisa bernafas lega.
Pertempuran benar-benar pecah, ketika penguasa Transoxania melancarkan pukulan  terjadap  Khurasan  pada  tahun  1268.  Setelah  membentuk  satuan
tempurnya, Abaqa melancarkan serangan balasan dan berhasil memukul mundur musuhnya. Dari arah timurlaut ancaman lain mengintip dari balik horizon.
Menurut Spuler, salah satu perhatian utama dari para penguasa Persia sejak masa  lalu  adalah  mengamankan  kontrol  tidak  hanya  Mesopotamia,  melainkan
juga  Suriah  dan  akses  menuju  Mediterrania.  Untuk  menyetir  Suriah,  adalah memiliki  konsekuensi  terlibat  perang  terbuka  dengan  Mesir,  dan  sebelumnya
harus melewati terlebih dahulu pesisir sungai Eufrat. Kekalahan Hulagu melawan pasukan  Dinasti  Mamluk  di  Ain  Jalut  menjadi  bukti  tak  terbantahkan  betapa
ancaman yang terdapat di bagian timur amat berat dan tangguh. Kala  itu  sultan  Baybars,  penguasa  Dinasti  Mamluk,  dari  markasnya  di
Suriah, telah rajin mengadakan invasi ke beberapa wilayah Mesopotamia. Ia juga sempat  terlibat  pertempuran  dengan  kerajaan  Armenia  Kecil  di  Cilicia  yang
memiliki  hubungan  diplomatik  yang  erat  dengan  pemimpin  Mongol.  Pada  1277, pasukan Dinasti Mamluk melancarkan penguasaan atas kota Malatya dan berhasil
mengeksekusi  walikotanya  yang  ternyata  adalah  orang  Mongol.  Di  kota  ini gereja-gereja  tak  luput  dari  aksi  pembakaran  dan  penghancuran.  Para  pengungsi
Kristen  Ortodoks  dan  Armenia  meminta  bantuan  kepada  Abaqa,  yang  langsung direspons  dengan  pengiriman  pasukan  untuk  menghentikan  serangan  tentara
Dinasti Mamluk. Keuntungan masih berada di pihak Abaqa. Ketika pertempuran
pasukan Ilkhan masih berada pada tahap awal, Baybars diberitakan mangkat dan pertempuran  berangsur-angsur  mereda.  Beberapa  waktu  kemudian,  kawasan  ini
berada pada kondisi yang stabil kembali. Bagaimaapun, selain memang memiliki persediaan pasukan yang memadai, faktor geografis juga turut menjaga keutuhan
Dinasti Ilkhan dari serangan musuh-musuhnya.
85
Kedudukan  Abaqa  sebagai  raja  Dinasti  Ilkhan  digantikan  oleh  raja  ketiga yang  bernama  Ahmad  Teguder  1282-1284.  Baru  pada  periode  ini,  raja  Dinasti
Ilkhan  beragama  Islam  dan  dengan  serta  merta  membawa  pengaruh  Islam  ke lingkungan istana. Keputusannya masuk  Islam, ditentang oleh pejabat  istana dan
berujung  pada  penangkapannya.  Dalam  suatu  kesempatan,  ia  dibunuh  oleh Arghun, anaknya sendiri. Arghun kemudian didaulat menjadi Raja Dinasti Ilkhan
selanjutnya.  Ia  menjabat  sejak  1284  hinga  1291.  Raja  keempat  ini  dikenal  amat kejam terhadap umat Islam. Di antara mereka ada yang dibunuh atau diusir.
Kebebasan  Muslim  kembali  terasa  ketika  Dinasti  Ilkhan  berada  di  bawah kekuasaan suksesor pengganti Arghun, yang tak lain adalah keponakannya sendiri
yang  bernama  Mahmud  Ghazna  1295-1304.  Di  bawah  titahnya,  Islam  kembali bersemi.  Orang-orang  Persia  pun  mendapatkan  lagi  kebebasannya.  Mulai  dari
Ghazna  hingga  seterusnya,  Ilkhan  dipimpin  oleh  raja-raja  Muslim.  Berbeda dengan  para  pendahulunya,  Ghazna  dikenal  sebagai  sosok  yang  memperhatikan
tumbuh kembang peradaban. Ia juga dikenal amat mencintai dunia sastra dan ilmu pengetahuan, tertutama mengenai ilmu arsitektur dan ilmu alam seperti astronomi,
kimia, minerologi, metalurgi, dan botani. Kesenian juga menjadi hiburannya yang
85
Bertold Spuler, The Muslim World, hlm. 26-27.
menyenangkannya.  Ia  membangun  semacam  biara  untuk  para  darwis  dan menyeponsori  pembangunan  perguruan  tinggi  yang  intens  mengkaji  mazhab
Syafi’i dan Hanafi. Pun dengan fasilitas pendukungnya, seperti perpustakaan dan observatorium  serta  gedung-gedung  umum  lainnya  juga  mulai  banyak  didirikan.
Karya  emasnya  terhenti  ketika  ia  berpulang  dalam  usia  yang  amat  muda,  yakni sekitar 32 tahun.
Kedudukan  Ghazna  digantikan  oleh  adiknya,  Muhammad  Khudabanda Oljaytu  yang  memerintah  dari  tahun  1304  hingga  1317.  Berbeda  dengan
kakaknya,  Oljaytu  merupakan  pengikut  Syiah  yang  ekstrem.  Ia  mendirikan  kota raja Sulthaniyah di dekat Zanjan. Oljaytu digantikan oleh Abu Said 1317-1335.
Pada masa itu, Dinasti Ilkhan dilanda bencana kelaparan yang parah dan diterjang bencana  angin  topan  dan  hujan  es  yang  mengundang  malapetaka.  Dinasti  Ilkhan
lambat laun menemui masa-masa kehancurannya sepeninggal Abu Said. Keluarga kerajaan  terlibat  dalam  pertikaian  yang  berujung  pada  perang  saudara.  Setelah
terpecah-pecah kerajaan ini ditaklukkan oleh Timur Leng.
86
86
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 115-117.
54
                