Terbentuknya Dinasti Ilkhaniyah SERBUAN BANGSA MONGOL KE BARAT
unik di kalangan khan Mongol yang berkedudukan di wilayah ini. Pelan namun pasti, mereka mulai beralih agama ke Islam. Keadaan ini membawa serta pada
perubahan sifat maupun perangai dari sebelumnya berwatak kasar, kejam, dan beringas menjadi pribadi yang lebih mengedepankan perasaan lagi berkelakukan
halus. Hulagu Khan yang mengetahui peristiwa tersebut ternyata amat tidak
senang dengan banyaknya orang-orang Mongol ke Islam. Setelah diselidiki, ternyata bukan hanya para pemuka Mongol Persia saja yang masuk Islam,
melainkan mereka yang berkedudukan di wilayah Turkistan dan Asia Selatan telah banyak pula yang menjadi Muslim. Segera pasukan Hulagu Khan dipacu ke
arah Turkistan untuk menaklukkan saudara-saudaranya, terhitung masih putra pamannya sendiri, yang menjadi Muslim tersebut. Perlahan namun pasti, perang
saudara yang sepertinya bermotifkan perbedaan keyakinan itu mulai terjadi. Kendati Hulagu Khan merupakan pengikut Budha yang taat dan akan menyerang
saudaranya yang Muslim, ternyata, latar belakang serangannya bukanlah semata- mata karena kepentingan agama.
Beberapa dekade sebelum upaya penaklukkan Hulagu ke Persia, daerah tersebut telah terlebih dahulu dikuasai bangsa Mongol, yakni dari wangsa
Chagatay yang mewarisi daerah yang dalam sejarah dikenal dengan nama Mogol atau Moghulistan. Sepeninggal Chagatay, daerah ini jatuh dalam pertikaian
internal yang sengit, masing-masing pemimpin Mongol tidak ada yang mau mengalah.
Persia pun
akhirnya terpacah-pecah
ke dalam
beberapa kekuasaankerajaan yang kecil-kecil dan saling terpisah-pisah. Masing-masing
dikepalai oleh pemuka Mongol setempat. Kerajaan-kerajaan ini ada yang masih mengadopsi tradisi kepemimpinan Mongol, tetapi tidak sedikit pula yang
mengambil pengaruh dari corak tata pemerintahan Persia. Di antara mereka ada yang menganut mazhab Sunni dan ada pula yang Syi’ah. Masing-masing dari
mereka kerapkali terlibat bentrokan bersenjata, yang diakibatkan dari pertentangan antar golongan maupun kepentingan kesukuan dan sebagainya,
sehingga lambat laun membuat dominasi Mongol atas Persia menjadi rapuh. Latar belakang demikianlah yang sepertinya menginspirasi Hulagu untuk
menaklukkan kembali Persia agar berada di bawah kesatuan Mongol yang kuat. Ia khawatir hal serupa juga cepat atau lambat akan terjadi di wilayah Rusia Selatan
maupun Turkistan. Dalam pada itu, berbekal pasukan terlatih dan berpengalaman, Hulagu Khan memimpin untuk mengembalikan kembali kebesaran Jengis Khan
yakni menyatukan wilayah-wilayah yang terpecah ke dalam bendera kekaisaran Mongol Raya, seperti yang dilakukan leluhurnya itu di masa lalu.
76
Penghacuran Hulagu yang paling dikenal dalam catatan sejarah adalah atas ibukota umat Islam dunia kala itu, Bahgdad. Lewat serangkaian pengepungan
yang terstruktur kota ini berhasil ditaklukkan. Khalifah Dinasti Abbasiyah beserta keluarganya mati dibunuh oleh bala tentara Hulagu Khan. Bangunan-bangunan
dimusnahkan. Korban yang jatuh di kalangan penduduk sipil antara 90.000 sampai 250.000.
77
Bahgdad mengalami peristiwa terkelamnya kala itu. Umat Muslim pun jatuh dalam kesengsaraan. Setelah puas menjarah dan membunuh warga Baghdad,
76
Muhammad Tohir, Sejarah Islam, hlm. 429-430.
77
Marsha E. Ackermann dkk, ed, Encyclopedia of World History, hlm. 183.
pasukan Hulagu melanjutkan pengembaraannya ke barat. Sesampainya di Suriah, oleh karena sudah mendengar keganasan yang ditorehkan pasukan Tatar
sebelumnya, beberapa pangeranamir memilih menyerah dan berdamai. Tantangan tangguh nyatanya telah menunggu di depan. Pasukan Dinasti Mamluk
yang berpengalaman dalam Perang Salib menunggu dengan tenang dan waspada. Manuver pasukan Tatar yang dikenal cepat, luput dari sergapan patroli
pasukan Dinasti Mamluk. Namun begitu, lewat kegigihannya, pasukan Dinasti Mamluk berhasil memepet rapat pergerakan bangsa Tatar. Merasa terjepit, Hulagu
melancarkan strategi klasik para leluhurnya, yakni menyatakan menyerah dan membawa kembali pasukannya. Tanpa disangka, setelah menjauh dari patroli
mamluk, Hulagu membuat gerakan memutar dan mengarahkan kuda-kudanya menyerbu Palestina. Pada 3 September 1260, rangkaian penaklukkan Hulagu
terhenti di Ain Jalut dekat Nablus. Pasukan Dinasti Mamluk mengadakan serangkaian serangan yang membuyarkan pertahanan Tatar. Kali ini Hulagu
menelan kekalahan dan memutuskan menarik pasukan dari kawasan Suriah.
78
M. A. Enan memberikan keterangan yang berbeda mengenai kontak pasukan Tatar dengan Mesir yang kala itu dikuasai Dinasti Mamluk. Beberapa
waktu setelah Hulagu menaklukkan Baghdad, para petinggi Dinasti Mamluk digelayuti rasa kekhawatiran dan kecemasan yang tidak terkira. Mesir sendiri
dalam perjalanan sejarahnya kerapkali dikoyak oleh penakluk-penakluk dari belahan timur dunia. Sejarah mencatat hanya pasukan Dinasti Mamluklah yang
berhasil menghentikan laju Hulagu. Segera setelah berhadapan, pasukan Dinasti
78
Carl Brockelmann, History of the Islamic, hlm. 250-251.
Mamluk pun segera terlibat dalam pertempuran seru melawan pasukan Hulagu. Lewat serangkaian gebrakan, pasukan Dinasti Mamluk berhasil memukul mundur
pasukan Tatar ini. Pasukan Tatar yang selamat memilih mengundurkan diri ke timur. Inilah salah satu kekalahan besar yang di derita bangsa Mongol, yang
sebelumnya terkenal selalu berhasil mematahkan serangan pasukan-pasukan negeri Islam lalu kemudian menjarahnya. Kairo pun terselamatkan. Sang sultan
tak henti-hentinya memanjatkan puji syukur.
79
Setelah penaklukkan Baghdad, Hulagu Khan tidak lantas menikmati masa- masa liburnya dengan tenang. Pikirannya disibukkan dengan rancangan-
rancangan untuk merawat serta menjaga keutuhan daerah-daerah yang sebelumnya telah dikuasainya. Khurasan merupakan wilayah yang kemudian
menjadi benteng terkuat Tatar dan di kemudian hari banyak ditinggali oleh koloni-koloni Mongol dan Turki. Wilayah penting selanjutnya adalah Azerbaijan
yang di kemudian hari banyak pula didatangi oleh suku-suku Turki yang hidup berdampingan dengan orang-orang Persia yang telah terlebih dahulu mendiami
kawasan ini sejak abad 9. Orang-orang Persia ini dulunya berprofesi sebagai tentara bagi khalifah
Dinasti Abbasiyah. Banyak di antara pasukan Hulagu yang berasal dari suku Turki dan wilayah ini tentu amat cocok untuk disinggahi pasukan Turkinya.
Selanjutnya, masih termasuk dalam wilayah Hulagu adalah padang rumput Mughan yang terhampar di utara Tabriz. Kualitas rumput di sana tergolong baik,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan kuda dan ternak lainnya. Kota Tabriz
79
Lebih lanjut lihat M.A. Enan, Detik-Detik Menentukan dalam Sejarah Islam Surabaya: Bina Ilmu, 1979 hlm. 184-191.
dan Maraghah dijadikan tempat tinggal sang khan yang lantas menjadi ibukota Dinasti Ilkhan yang memiliki potensi bisnis dan perdagangan yang bagus.
Pengaruh Persia-Arab pun mulai merebak di seluruh masyarakat Ilkhan, yang tentunya merupakan keniscayaan akibat pengaruh budaya maupun tradisi
setempat.
80
Nama “Ilkhan” sendiri amat lekat dengan diri Hulagu Khan. Masa-masa keemasan Hulagu Khan berbarengan dengan prestasi gemilang yang dicapai
saudaranya, Kubilai Khan di Cina. Segera setelah Kubilai telah berhasil meraih posisinya sebagai Khan Agung, hubugannya dengan penguasa Mongol Persia itu
kian dekat. Kubilai merestui Hulagu menjadi “Ilkhan”, viceroy, atau wakil Khan
Agung di Persia yang tak lain merupakan bagian dari otoritas Khan di Cina. Di wilayah kebudayaan, hubungan keduanya pun kian rekat dan membuahkan hasil
yang membanggakan.
81
Kegemilangan yang dicapai Hulagu, nyatanya memiliki reputasi sebaliknya bagi bangsa Persia. Secara keseluruhan, pemerintahan Mongol merupakan masa-
masa terpahit sekaligus traumatis bagi bangsa Persia. Justin Marozzi merujuk pada uraian al-Qazwaini menyatakan bahwa, masa ribuan tahun kiranya tidak
cukup untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh pembantaian Jengis Khan. Pun menurut Juwaini, salah seorang sejarawan terkenal yang hidup di kala
Persia di bawah pendudukan Mongol, mengatakan bahwa “setiap kota dan desa”
menjadi korban pembunuhan dan penjarahan yang dilakukan secara berulang- ulang sedemikian parah sehingga populasi penduduknya tidak pernah menyentuh
80
Bertold Spuler, The Muslim World, hlm. 25.
81
Bertold Spuler, The Muslim World, hlm. 22.
angka 10 persen dari populasi sebelumnya. Penduduk sipil kota-kota besar seperti di Merv, Balkh, Nisyapur, Hamadan, Tus, Rayy, Qazwain, dan Herat secara
bergantian dibunuh. Seiring dengan tindakan ini, ladang-ladang pertanian dimusnahkan saat petani-petani lari menyelamatkan diri dan meninggalkan
pertaniannya. Aliran irigasi hancur, dan gurun perlahan memakan daerah-daerah yang semula subur. Proses kemunduran ini dipercepat dengan kedatangan bangsa
Mongol pengembara yang membawa serta ternak dan kemudian digembalakan di lahan-lahan tersebut.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Kekuasaan Ilkhan membawa serta pengaruh baru, yakni tersambungnya komunikasi antara Timur dan Barat.
Aliran kafilah-kafilah dagang yang hilir mudik di antara kedua daerah tersebut ikut serta menyokong kemajuan ini. Pelbagai bentuk pertentangan religi yang
semula menghantui lingkungan orang-orang Persia, perlahan menurun intensitasnya. Salah satu hal yang ikut serta mengikis pertikaian keagamaan
tersebut adalah adanya asimilasi yang dilakukan bangsa Mongol, yang dipandu langsung oleh para penguasanya, ke dalam dunia Islam.
Sejarah mencatat bahwa sejak saat itu pengaruh Arabisasi yang semula amat identik dengan Islam perlahan memudar dan bahasa Persia menjadi bahasa
pengantar serta bahasa pengetahuan yang juga merupakan bahasa kebudayaan tertinggi. Penguasa Mongol di Persia juga menjadi saksi kelahiran historiografi
penulisan sejarah resmi Persia. Adalah Rasyiddin, seorang ilmuwan yang memelopori penulisan sejarah tanah dan bangsanya tersebut. Langkah mulianya
tersebut diikuti pula oleh dua perdana menteri PM Ilkhan, Juwaini dan Wassaf.
Di era tersebut, muncul pula varian baru dari dunia lukisan, yakni dengan meningginya corak atau gaya melukis lanskap Cina yang mulai digunakan oleh
para pelukis-pelukis Persia. Perlahan kehancuran budaya dipugar dan menemukan era keemasannya kembali.
Koneksi hubungan yang sedemikian erat antara Cina dan Persia atau Sino- Iran mendapat perhatian yang serius dari Thomas Allsen. Menurutnya, hubungan
ini merupakan dampak dari berkembangnya pertukaran antarbudaya cross- cultural exchange, yang amat dekat dengan peran para agen-agen Mongol.
82
Senada dengan penjelasan Allsen, Nicola di Cosmo menegaskan beberapa hal yang melatarbelakangi hubungan harmonis keduanya adalah akibat adanya
distribusi manusia, barang, maupun pemikiran dari Asia Barat ke wilayah yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan tersebut banyak pula diinisiasi dan dilakukan oleh
bangsa Mongol. Jadi yang dinamakan relasi “Cross-Cultural” merujuk pada upaya filterisasi penyaringan dan adaptasi yang diberlakukan oleh para
pemimpin Mongol. Mereka mengawasi fenomena ini beriringan dengan semakin membesarnya jumlah perpindahan manusia di seluruh Eurasia.
83
Walaupun Persia sedikit demi sedikit berdiri menyandang kebesarannya, hal tersebut agaknya diluar persepsi David Morgan. Lewat penelitian terbarunya
berjudul Medieval Persia: 1040-1797 1992, ia menyangsikan kontribusi Mongol dalam pembangunan kembali Persia. Menurutnya: “Kita pastinya memiliki
keraguan tentang sikap masyarakat Persia, waktu mereka berusaha keras berkelit
82
Thomas T. Allsen, Culture and Conquest, hlm. 189-211.
83
Nicola di Cosmo, “Mongols and Merchants on The Black Sea Frontier in the Thirteenth and
Fourteenth Centuries:
Convergences and
Conflicts” dalam
http:www.storia.unipd.itPROFILIMATERIALEMATERIALIDIDATTICI1235484113174559 878946449.pdf
. diakses pada pukul 13.24 hari Kamis 15 Agustus 2013.
dari para petugas pajak Mongol, dalam memandang perkembangan keahlian melukis. Bagi bangsa Persia, era pendudukan Mongol merupakan masa
malapetaka yang sangat besar dan tidak tertandingi.”
84
Ilkhan merupkan suatu kekhanan yang memberikan keistimewaan kepada umat Kristen Nestorian. Mereka yang banyak ditemui di ibukota kerajaan berasal
dari Mesopotamia Utara. Sejak gelombang kedatangannya ke kawasan Asia Tengah mereka termasuk dalam golongan istimewa dibanding penduduk kerajaan
lainnya. Istri Hulagu, Doquz Khatun merupakan pemeluk Kristen. Di beberapa wilayah, gereja-gereja maupun kapel-kepel banyak dibangun. Bukan hanya
Kristen Nestorian saja yang menyandang status istimewa, mereka yang berasal dari sekte lain, seperti Jacobin Suriah dan Monofisit Armenia serta Ortodoks
Georgia juga menikmati fasilitas serupa. Sebagaimana disinggung sebelumnya, Hulagu sendiri merupakan seorang
Budhis penganut Budha. Kepercayaannya ini lebih dipengaruhi oleh Budha yang berkembang di Mongol bukan yang berasal dari tradisi Cina. Orang Mongol
memiliki agamawan Budha sendiri yang dikenal dengan sebutan Bakhsyis. Mereka banyak didatangkan untuk meramaikan istana. Semula, Hulagu
merupakan pemabuk berat, namun begitu memeluk Budha kebiasaannya tersebut ditinggalkan. Pada tangga 8 Februari 1265, Hulagu berpulang dan beberapa waktu
kemudian istrinya menyusul suaminya. Sepeninggal Hulagu, tahta Ilkhan diberikan kepada anaknya Abaqa 1265-
1282 yang beragama Kristen. Tidak berselang lama, kapasitas khan baru ini
84
Justin Marozzi, Timur Leng, hlm. 134-135.
mulai diuji oleh serangkaian problem eksternal yang mengancam keutuhan kerajaan. Di daerah Kaukasus, Mongol Golden Horde pimpinan Berke melakukan
beberapa aksi pencaplokan wilayah. Segera, Abaqa mengirim kekuatan tempurnya. Benteng-benteng berbahan dasar kayu didirikan di sepanjang tepi
selatan sungai Kur. Pasukan yang berkubu ini berharap dapat meletupkan suatu manuver yang akan menghentikan laju tentara Berke.
Di pihak lain, Berke ternyata berhasil menemukan akses lain, sehigga tidak bertemu dengan pasukan Ilkhan, dan setelah menyeberangi sungai Kur, ia
melanjutkan perjalanannya ke barat. Laju pasukan mereka terhenti di suatu kota Georgia kuno bernama Mtskheth. Di sana tentara Ilkhan bertempur dengan
pasukan Berke dengan sengitnya. Dalam pertempuran ini, kira-kira tahun 1267, Berke berhasil dibunuh dan pasukannya berhasil dihancukan. Untuk sementara,
Abaqa dapat bernafas lega. Namun begitu, ini merupakan permulaan dari rangkaian aksi teror yang nantinya banyak ditemukan di bagian utara dan tenggara
Dinasti Ilkhan. Kondisi geografis Persia memiliki andil besar dalam perjalanan sejarah
negeri ini. Persia dikelilingi oleh rangkaian pegunungan yang besar. Di sebelah barat laut terhampar pegunungan Kaukasus, sedangkan pegunungan Zagros
melintang di sebelah barat dan barat daya, serta dataran tinggi Pamir dan Hindu Kush terletak di sebelah timurnya. Hanya di belahan timur laut, tepatnya di
wilayah Oxus-Jaxartes yang terbuka. Daerah tersebut, menginjak masa pemerintahan Abaqa, mulai berada dalam ancaman musuh. Golden Horde
membentuk aliansi dengan penguasa Transoxania untuk melancarkan serangan
gabungan ke wilayah Ilkhan. Namun serangan itu nyatanya hanyalah kabar burung dan tidak benar-benar terjadi. Lagi-lagi Abaqa masih bisa bernafas lega.
Pertempuran benar-benar pecah, ketika penguasa Transoxania melancarkan pukulan terjadap Khurasan pada tahun 1268. Setelah membentuk satuan
tempurnya, Abaqa melancarkan serangan balasan dan berhasil memukul mundur musuhnya. Dari arah timurlaut ancaman lain mengintip dari balik horizon.
Menurut Spuler, salah satu perhatian utama dari para penguasa Persia sejak masa lalu adalah mengamankan kontrol tidak hanya Mesopotamia, melainkan
juga Suriah dan akses menuju Mediterrania. Untuk menyetir Suriah, adalah memiliki konsekuensi terlibat perang terbuka dengan Mesir, dan sebelumnya
harus melewati terlebih dahulu pesisir sungai Eufrat. Kekalahan Hulagu melawan pasukan Dinasti Mamluk di Ain Jalut menjadi bukti tak terbantahkan betapa
ancaman yang terdapat di bagian timur amat berat dan tangguh. Kala itu sultan Baybars, penguasa Dinasti Mamluk, dari markasnya di
Suriah, telah rajin mengadakan invasi ke beberapa wilayah Mesopotamia. Ia juga sempat terlibat pertempuran dengan kerajaan Armenia Kecil di Cilicia yang
memiliki hubungan diplomatik yang erat dengan pemimpin Mongol. Pada 1277, pasukan Dinasti Mamluk melancarkan penguasaan atas kota Malatya dan berhasil
mengeksekusi walikotanya yang ternyata adalah orang Mongol. Di kota ini gereja-gereja tak luput dari aksi pembakaran dan penghancuran. Para pengungsi
Kristen Ortodoks dan Armenia meminta bantuan kepada Abaqa, yang langsung direspons dengan pengiriman pasukan untuk menghentikan serangan tentara
Dinasti Mamluk. Keuntungan masih berada di pihak Abaqa. Ketika pertempuran
pasukan Ilkhan masih berada pada tahap awal, Baybars diberitakan mangkat dan pertempuran berangsur-angsur mereda. Beberapa waktu kemudian, kawasan ini
berada pada kondisi yang stabil kembali. Bagaimaapun, selain memang memiliki persediaan pasukan yang memadai, faktor geografis juga turut menjaga keutuhan
Dinasti Ilkhan dari serangan musuh-musuhnya.
85
Kedudukan Abaqa sebagai raja Dinasti Ilkhan digantikan oleh raja ketiga yang bernama Ahmad Teguder 1282-1284. Baru pada periode ini, raja Dinasti
Ilkhan beragama Islam dan dengan serta merta membawa pengaruh Islam ke lingkungan istana. Keputusannya masuk Islam, ditentang oleh pejabat istana dan
berujung pada penangkapannya. Dalam suatu kesempatan, ia dibunuh oleh Arghun, anaknya sendiri. Arghun kemudian didaulat menjadi Raja Dinasti Ilkhan
selanjutnya. Ia menjabat sejak 1284 hinga 1291. Raja keempat ini dikenal amat kejam terhadap umat Islam. Di antara mereka ada yang dibunuh atau diusir.
Kebebasan Muslim kembali terasa ketika Dinasti Ilkhan berada di bawah kekuasaan suksesor pengganti Arghun, yang tak lain adalah keponakannya sendiri
yang bernama Mahmud Ghazna 1295-1304. Di bawah titahnya, Islam kembali bersemi. Orang-orang Persia pun mendapatkan lagi kebebasannya. Mulai dari
Ghazna hingga seterusnya, Ilkhan dipimpin oleh raja-raja Muslim. Berbeda dengan para pendahulunya, Ghazna dikenal sebagai sosok yang memperhatikan
tumbuh kembang peradaban. Ia juga dikenal amat mencintai dunia sastra dan ilmu pengetahuan, tertutama mengenai ilmu arsitektur dan ilmu alam seperti astronomi,
kimia, minerologi, metalurgi, dan botani. Kesenian juga menjadi hiburannya yang
85
Bertold Spuler, The Muslim World, hlm. 26-27.
menyenangkannya. Ia membangun semacam biara untuk para darwis dan menyeponsori pembangunan perguruan tinggi yang intens mengkaji mazhab
Syafi’i dan Hanafi. Pun dengan fasilitas pendukungnya, seperti perpustakaan dan observatorium serta gedung-gedung umum lainnya juga mulai banyak didirikan.
Karya emasnya terhenti ketika ia berpulang dalam usia yang amat muda, yakni sekitar 32 tahun.
Kedudukan Ghazna digantikan oleh adiknya, Muhammad Khudabanda Oljaytu yang memerintah dari tahun 1304 hingga 1317. Berbeda dengan
kakaknya, Oljaytu merupakan pengikut Syiah yang ekstrem. Ia mendirikan kota raja Sulthaniyah di dekat Zanjan. Oljaytu digantikan oleh Abu Said 1317-1335.
Pada masa itu, Dinasti Ilkhan dilanda bencana kelaparan yang parah dan diterjang bencana angin topan dan hujan es yang mengundang malapetaka. Dinasti Ilkhan
lambat laun menemui masa-masa kehancurannya sepeninggal Abu Said. Keluarga kerajaan terlibat dalam pertikaian yang berujung pada perang saudara. Setelah
terpecah-pecah kerajaan ini ditaklukkan oleh Timur Leng.
86
86
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 115-117.
54