Radikal Bebas Spektrofotometri UV-Visible

10 c. Digesti Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 o C Ditjen POM, 2000. d. Infusa Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air dengan menggunakan bejana infus dengan air bersuhu 90 o C selama waktu tertentu 15-20 menit Ditjen POM, 2000. e. Dekok Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air bersuhu 90 o C menggunakan bejana infuse sambil diaduk berulang- ulang dengan pemanas air selama 30 menit Voight, 1984.

2.3 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol, menghasilkan ikatan dengan DNA, protein, lipida atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul ini. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, jantung koroner, katarak dan penyakit degeneratif lainnya Silalahi, 2006. Radikal bebas yang diproduksi dalam jumlah yang normal penting untuk fungsi biologis tubuh seperti sel darah putih yang menghasilkan H 2 O 2 untuk membunuh beberapa jenis bakteri dan jamur serta pengaturan pertumbuhan sel, 11 namun ia tidak menyerang sasaran spesifik sehingga ia juga akan menyerang asam lemak tidak jenuh ganda dari membran sel, organel sel atau DNA, sehingga dapat menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi sel Winarsi, 2007. Pembentukan radikal bebas dan reaksi oksidasi pada biomolekul akan berlangsung sepanjang hidup sehingga dapat menjadi penyebab utama dari proses penuaan dan berbagai penyakit degeneratif. Tubuh memiliki mekanisme pertahanan antioksidan dalam bentuk enzim antioksidan dan zat antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Perkembangan industri yang pesat serta manusia berkontak dengan berbagai sumber radikal bebas yang berasal dari lingkungan dan dari kegiatan fisik yang tinggi menyebabkan sistem pertahanan antioksidan dalam tubuh tidak memadai Silalahi,2006.

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas Kumalaningsih, 2006.Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau electron. Antioksidan dalam makanan dapat berperan dalam pencegahan berbagai penyakit, meliputi penyakit kardiovaskuler, sebrovaskuler, sebagian kanker dan penyakit yang berkaitan dengan proses penuaan Silalahi, 2006 Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan tersier Winarsi, 2007. 12 a. Antioksidan primer Antioksidan primer disebut juga antioksidan endogenus atau antioksidan enzimatis. Antioksidan primer bekerja dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru, atau mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul yang kurang reaktif. Antioksidan primer meliputi enzim superoksida dismutase SOD, katalase dan glutation peroksidase GSH-Px Winarsi, 2007. Sebagai antioksidan, enzim-enzim tersebut menghambat pembentukan radikal bebas, dengan cara memutus reaksi berantai, kemudian mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Antioksidan dalam kelompok ini disebut juga chain-breaking-antioxidant Winarsi, 2007. b. Antioksidan sekunder Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau antioksidan non-enzimatis. Antioksidan non-enzimatis dapat berupa komponen non-nutrisi dan komponen nutrisi dari sayuran dan buah-buahan. Kerja sistem antioksidan non-enzimatik yaitu dengan cara memotong reaksi berantai dari radikal bebas atau dengan cara menangkapnya sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan komponen seluler Winarsi, 2007. Antioksidan non-enzimatik dapat berupa antioksidan alami maupun sintesis. Senyawa antioksidan alami pada umumnya berupa vitamin C, vitamin E, karotenoid, senyawa fenolik dan polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kuomarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavonol dan kalkon Kumalaningsih, 2006. c. Antioksidan tersier Kelompok ant metionin sulfoksida biomolekuler yang rusa Khasiat antioksi oksidatif akan lebih buahan yang kaya aka antioksidan tungggal. lebih efektif daripada adanya komponen la secara positif Silalahi

2.4.1 Flavonoid

Senyawa flavonoi karbon yang tersusun yang dihubungkan ole cincin ketiga Markha Struktur dasar f 13 sier antioksidan tersier meliputi sistem enzim D da reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi da rusak akibat reaktivitas radikal bebas Winarsi, 2007 ioksidan untuk mencegah berbagai penyakit a bih efektif jika kita mengkonsumsi sayur-sayur akan antioksidan dan berbagai jenis daripada ungggal. Efek antioksidan dari sayur-sayuran dan pada suplemen antioksidan yang diisolasi dika n lain dalam sayur-sayuran dan buah-buahan ahi, 2006. avonoid adalah senyawa polifenol yang mempun susun dalam konfigurasi C6 -C3 -C6, yaitu dua c n oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapa kham, 1988. sar flavonoid dapat dilihat pada Gambar 2.2 beri Gambar 2.1 Struktur dasar flavonoid DNA-repair dan dalam perbaikan si, 2007. t akibat pengaruh yuran dan buah- da menggunakan dan buah-buahan, dikarenakan oleh n yang berperan mpunyai 15 atom a cincin aromatik dapat membentuk 2.2 berikut: Silalahi, 2006. 14 Flavonoid bersifat antioksidan. Senyawa ini berperan sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil dan bersifat sebagai reduktor karena flavonoid dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas Silalahi, 2006.

2.4.2 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai rumus molekul C 6 H 8 O 6 , titik lebur lebih kurang 190 O C, berbentuk serbuk hablur bwarnanya putih atau kuning, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara dan cepat teroksidasi dalam larutan, mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, eter dan benzen. Penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya Ditjen POM, 1995. Struktur kimia vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.2 Struktur kimia vitamin C Silalahi, 2006. Vitamin C merupakan suatu antioksidan penting yang larut dalam air. Vitamin C mempunyai potensi sebagai antioksidan dengan mendonorkan hidrogen dari gugus hidroksilnya kepada radikal bebas dan berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner, mencegah kanker, meningkatkan sistem 15 kekebalan tubuh terhadap infeksi virus dan bakteri dan berperan dalam regenerasi vitamin E Silalahi, 2006.

2.5 Spektrofotometri UV-Visible

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif Triyati, 1985. Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet antara 200- 400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar tampakvisible antara 400-750 nm Rohman, 2007. Metode spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak visible telah banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam suatu larutan, gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya dinamakan gugus kromofor. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang. Molekul yang mengandung dua gugus kromofor atau lebih akan mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang hampir sama dengan molekul yang hanya mempunyai satu gugus kromofor tertentu, tetapi intensitas absorpsinya adalah sebanding dengan jumlah kromofor yang ada Triyati, 1985. Spektrofotometer pada dasarnya terdiri dari sumber sinar, monokromator, sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat. Spektrofotometri serapan merupakan metode pengukuran serapan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu yang diserap zat Ditjen POM, 1979.

2.6 Penentuan Aktivi

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dari Beberapa Jenis Kulit Jeruk

38 290 135

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall.) Metode DPPH

4 23 83

Karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah duku (Lansium domesticum Correa) dengan metode DPPH

0 0 15

Karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah duku (Lansium domesticum Correa) dengan metode DPPH

0 0 2

Karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah duku (Lansium domesticum Correa) dengan metode DPPH

0 1 5

Karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah duku (Lansium domesticum Correa) dengan metode DPPH

1 3 12

Karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah duku (Lansium domesticum Correa) dengan metode DPPH

0 9 4

Karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah duku (Lansium domesticum Correa) dengan metode DPPH

0 0 22

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dari Beberapa Jenis Kulit Jeruk

0 3 66

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DARI BEBERAPA JENIS KULIT JERUK

0 1 16