28 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, kemudian dalam masing-masing labu
tentukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 ppm lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Didiamkan selama 60
menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 516 nm.
3.8.6 Pembuatan larutan induk vitamin C
Sebanyak 25 mg serbuk vitamin C ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan
metanol sampai garis tanda konsentrasi 500 ppm.
3.8.7 Pembuatan larutan uji vitamin C
Larutan induk dipipet sebanyak 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 2 ppm, 4 ppm,
6 ppm, 8 ppm, kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 ppm lalu volumenya dicukupkan dengan
metanol sampai garis tanda. Didiamkan selama 60 menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 516 nm.
3.8.8 Penentuan persen peredaman
Peredaman = x 100
Keterangan : A Kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
A sampel = Absorbansi sampel
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH peredaman warna ungu DPPH akibat adanya penambahan larutan uji. Nilai
29 serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut
dihitung sebagai persen peredaman
3.8.9 Penentuan nilai IC
50
Nilai IC
50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji μ gml yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 mampu menghambat
meredam proses oksidasi sebesar 50. Nilai 0 berarti tidak memunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100 berarti peredaman total dan pengujian perlu
dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan
konsentrasi ekstrak μ gml sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y.
Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 μ gml, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 μ gml,
sedang jika IC50 bernilai 100- 150 μ gml, dan lemah jika IC50 bernilai 151-20
μ gml Mardawati et al., 2008.
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tanaman
Hasil identifikasi tanaman yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor menunjukkan bahwa sampel
kulit duku termasuk suku Meliaceae, jenis Lansium domesticum Correa. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 45.
4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.2.1
Pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia kulit buah duku berwarna coklat tua, tekstur agak keras, berbau khas, berasa sepat dan pahit. Permukaan dalam
kulit buah agak licin dan berwarna coklat muda, terdapat sekat buah dan sisa tempat buah terutama pada bagian ujung.
4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia kulit buah duku menunjukkan terdapat rambut penutup, fragmen serabut sklerenkim, jaringan
parenkim dan terdapat pula fragmen sel batu sklereid. Hasil mikroskopik dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 34.
4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam dapat dilihat pada Tabel 4.1.