33 dilakukan terhadap golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin,
tanin dan steroidtriterpenoid. Hasil skrining selanjutnya dijadikan acuan untuk mengidentifikasi golongan senyawa
bioaktif yang mempunyai aktivitas
antioksidan. Hasil di atas menunjukkan bahwa kulit buah duku mengandung alkaloid,
glikosida, steroidtriterpenoid, flavonoid, tanin dan saponin. Kulit buah duku memiliki potensi sebagai antioksidan karena mengandung metabolit sekunder
yang bersifat antioksidan diantaranya adalah alkaloid, tanin, flavonoid dan steroidtriterpenoid. Senyawa flavonoid tersebut bertindak sebagai penangkap
radikal bebas karena gugus hidroksil yang dikandungnya mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas. Senyawa tersebut mampu menetralisir radikal bebas dengan
memberikan elektron kepadanya sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron dan tidak lagi menjadi radikal Silalahi,
2006. Tanin merupakan senyawa dengan jumlah gugus hidroksi fenolik yang banyak dan dapat berfungsi sebagai antioksidan karena memiliki kemampuan
dalam menstabilkan fraksi lipid Indrawati dan Razimin, 2013.
4.4 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan
Hasil uji aktivitas antioksidan EEKBD dengan metode pemerangkapan 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl DPPH secara spektrofotometri visibel.
4.4.1 Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Hasil pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum sebesar 1.28894 pada panjang gelombang 516 nm dan termasuk dalam
34 kisaran panjang gelombang sinar tampak 400-800 nm Rohman, 2007. Data
hasil pengukuran dapat diihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol
menggunakan spektrofotometer UV-Visibel
4.4.2 Hasil penentuan operating time
Operating time bertujuan untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu
pengukuran dengan absorbansi larutan Rohman, 2007. Lama pengukuran metode DPPH menurut beberapa literatur yang direkomendasikan adalah selama
60 menit, tetapi dalam beberapa penelitian waktu yang digunakan sangat bervariasi yaitu dari 1 menit hingga 240 menit Marinova dan Batchvarov, 2011.
Menurut Rosidah, et al. 2008, pengukuran dilakukan setelah masing-masing sampel yang telah ditambahkan DPPH lalu didiamkan selama 60 menit pada suhu
ruangan.
35
4.4.3 Hasil analisis aktivitas antioksidan sampel uji
Uji pendahuluan ekstrak etanol dari kulit buah duku EEKBD terhadap aktivitas antioksidan dilakukan pada konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan
100 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH tanpa penambahan larutan uji. Penurunan absorbansi DPPH dan persen peredaman dengan penambahan
EEKBD dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Uji pendahuluan penurunan absorbansi dan persen peredaman DPPH
oleh EEKBD Larutan
uji Konsentrasi
ppm Absorbansi
Peredaman I
II III
I II
III Rata-
rata
EEKBD 1,2580
1,2670 1,2700
0,00 0,00
0,00 0,00
40 0,9870
0,9870 0,9880
21,46 22,09 22,25 21,93 60
0,9510 0,9490
0,9500 24,40 25,09 25,19 24,89
80 0,9200
0,9180 0,9200
26,87 27,55 27,62 27,35 100
0,8750 0,8760
0,8740 30,86 30,45 31,25 30,85
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 100 ppm belum didapatkan peredaman hingga 50, sehingga konsentrasi larutan uji dinaikkan
menjadi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm. Penurunan absorbansi DPPH dan persen peredaman dengan penambahan EEKBD dapat dilihat pada Tabel 4.4
dan vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.4 Penurunan absorbansi dan persen peredaman DPPH oleh EEKBD
Larutan uji
Konsentrasi ppm
Absorbansi Peredaman
I II
III I
II III
Rata- rata
EEKBD 1,25783 1,26965
1,26685 0,00
0,00 0,00
0,00 50
0,94595 0,96620 0,96506 24,79 23,90 23,82 24,17
100 0,86575 0,86755
0,86732 31,17 31,67 31,54 31,46 150
0,72823 0,72620 0,72688 42,10 42,80 42,62 42,51
200 0,59943 0,60309
0,60095 52,34 52,50 52,56 52,47
36
Tabel 4.5 Penurunan absorbansi dan persen peredaman DPPH oleh vitamin C
Larutan Uji
Konsentrasi ppm
Absorbansi Peredaman
I II
III I
II III
Rata- rata
Vitamin C
1,17668 1,19418 1,19592 0,00 0,00
0,00 0,00
2 0,54257 0,54398 0,52910 53,89 54,45 54,68
54,34 4
0,36653 0,36743 0,36830 68,85 69,23 69,20 69,09
6 0,17842 0,17734 0,17786 84,84 85,15 85,13
85,04 8
0,04236 0,04248 0,04251 96,79 96,44 96,56 96,56
Pada Tabel 4.4 dan 4.5 dapat dilihat bahwa adanya penurunan nilai absorbansi DPPH yang diberi EEKBD serta vitamin C sebagai pembandingnya
dalam metanol pada setiap kenaikan konsentrasi. Penurunan nilai absorbansi menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin besar. EEKBD menunjukkan
nilai penurunan absorbansi DPPH yang lebih kecil dibandingkan vitamin C. Penurunan nilai absorbansi terjadi karena larutan uji memerangkap DPPH
dan pemerangkapan terjadi karena adanya senyawa yang bereaksi sebagai penangkap radikal yang akan mereduksi DPPH membentuk DPPH-H yang
tereduksi. Reaksi ini diamati dengan adanya perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning ketika elektron ganjil dari radikal DPPH telah berpasangan
dengan hidrogen dari senyawa penangkap radikal bebas. Keberadaan antioksidan dalam
ekstrak tumbuhan
akan menetralisasi
radikal DPPH
dengan menyumbangkan elektron kepada DPPH, menghasilkan perubahan warna dari
ungu menjadi kuning atau intensitas warna ungu larutan jadi berkurang
Molyneux, 2004 .
Penghilangan warna akan sebanding dengan jumlah elektron yang diambil oleh DPPH sehingga dapat diukur secara spektrofotometri Garcia, et al., 2012.
37 Hubungan antara konsentrasi dengan persentase peredaman radikal bebas
DPPH oleh EEKBD dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan untuk vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.2 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan EEKBD
Gambar 4.3 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan vitamin C
4.4.4 Hasil Analisis Nilai IC