2.3.1 Gejala dan Tanda Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, Hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi walaupun sesungguhnya tidak tepat sepenuhnya. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita Hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Pada Hipertensi berat atau menahun serta tidak diobati, bisa timbul seperti
gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal. Kadang penderita Hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
Ensefalopati Hipertensif dan memerlukan penanganan segera. Sementara itu, faktor risiko diartikan sebagai karakteristik yang berkaitan
dengan kejadian suatu penyakit diatas rata-rata. Faktor risiko memiliki pengaruh yang sangat kuat dan lemah. Faktor risiko Hipertensi dibedakan
menjadi faktor risiko yang tidak bisa diubah dan faktor risiko yang bisa diubah
Budistio, 2001. 2.3.1 Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a.
Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
Universitas Sumatera Utara
terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu
sekitar 40 dengan kematian sekitar 50 diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring
bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya
hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya
wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.
Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.
b.
Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0 untuk pria dan 11,6 untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6 pria dan 17,4 perempuan, sedangkan daerah perkotaan di
Jakarta Petukangan didapatkan 14,6 pria dan 13,7 wanita. Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita
dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh
yang sama untuk terjadinya hipertensi. Menurut Bustan tahun 1997 bahwa
Universitas Sumatera Utara
wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.
c.
Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga
dekat yang menderita hipertensi faktor keturunan juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika
seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25 kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua
kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60.
d.
Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot
satu sel telur daripada heterozigot berbeda sel telur. Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer esensial apabila dibiarkan secara
alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
tanda dan gejala.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Faktor risiko yang dapat diubah