Kritik dan Saran Penguji II

B. Kritik dan Saran

Ada beberapa kritik dan saran yang penulis kemukakan di sini mengenai tata cara pelaksanaan pidana mati yang berlaku di Indonesia. Kritik dan saran ini khusus di tujukan kepada Pemerintah, dan Aparat Penegak Hukum. Adapun kritik dan sarannya dibawah ini: 1. Berlakunya Undang-undang 02pnps1964 tentang tata cara pelaksanaan pidana mati yaitu dengan di tembak jantung, di dalamnya secara tidak tegas mencabut pasal 11 tata cara pelaksanaan pidana mati dengan gantung di leher dalam Kitab Undang-undang Pidana KUHP yang sampai saat ini pasal tersebut masih tercantum dalam KUHP, terkesan adanya dualisme aturan yang akhirnya dapat memunculkan perdebatan dan kekeliruan serta ketidaksamaan dalam memahami tata cara pelaksanaan pidana mati. Kedepan di harapkan adanya aturan khusus untuk mencabut atau penghapusan pasal 11 KUHP. 2. Dalam upaya menjalankan Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan menegakkan hukum yang bermatabat serta lebih manusiawi, di harapkan pada pemerintah dan para ahli hukum pidana untuk meninjau kembali eksekusi mati dengan cara tembak jantung, mengingat di dunia modern dan kemajuan tehnologi dalam hal ini tata cara pelaksanaan pidana mati, agar dapat memanfaatkannya guna untuk eksekusi pidana mati yang lebih cepat proses kematian dan menghindari rasa sakit yang berlebihan diderita oleh terpidana mati yang dapat menimbulkan penyiksaan. 3. Secara praktik sering terjadi waktu eksekusi mati tertunda hingga bertahun-tahun, biasanya ini di akibatkan pemohon menunggu keputusan dari permohonan grasi dari pemerintah. Sedangkan ia sudah mendapatkan keputusan pengadilan yang inkrah. Untuk ke depan pemerintah hendaknya memperhatikan masalah waktu ini dan harus bersikap tegas dalam permohonan grasi. 4. Indonesia masih memberlakukan pidana mati dengan alasan bisa mengatasi kejahatan serta melihat asas kebermanfaatan “utilitrian” dan sesuai dengan kehidupan hukum masyarakat Indonesia. Hendaknya aparat hukum dalam menegakkan hukum yang tegas dan tak pandang bulu, dan mengingat penegakan hukum di Indonesia saat ini masih lemah, cenderung tidak netral dan korup. Sehingga dalam praktik pidana mati juga memihak, akibatnya pidana mati hanya terkena pada orang yang lemah secara hukum dan status sosial-politik. DAFTAR PUSTAKA A. Baderin, Mashood, Hukum Internasianal Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam, terj. Musa khazim dan Edwin Arifin, Jakarta: KOMNASHAM, 2007 A. Boisard, Marcel, Humanisme Dalam Islam, terj. H. M. Rasjidi, Cet, Ke- 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1980 Abou El Fadl, Khaled, Melawan “Tentara Tuhan” Yang Berwenang dan Sewenang- Wenang Dalam Wacana Islam, terj. M. Mushthafa, Cet, Ke- 1, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta __________________, Selamatkan Islam Dari Muslim Puritan, terj. Helmi Mustofa, Cet, Ke-I, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006 Abu Husaini al- Qusayri al- Naysaburi, Muslim ibn Hujaz, Shahih Muslim, juz III, Beirut: Penerbit, Daarul al-Ihya Atturas al- Qirobi, tt al-Qaradhawi, Yusuf, Retorika Islam: Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah Islam, terj. H.M Abdul Noor Ridlo, Cet, Ke- 1, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2004 Aripin, Jaenal, dan Salim GP, M. Askal, editor, Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek, Dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001 Asshiddiqie, Jimly, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta. PT, Buana Ilmu Popular, 2007 Berita Kontras, Hukuman Mati Di Indonesia: Matinya Hukum Nurani, Jakarta No. 02III-VI2005 Daud Ali, H. Mohammad, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia, Cet, Ke- 10, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2001 Gautama, Sudargo, Pengertian Tentang Negara Hukum, Bandung: Alumni, 1983 Hamzah, Andi dan A. Sumangelipu, Pidana Mati di Indonesia di Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan, Cet, Ke-5, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985 Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994 89 Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Cet, Ke-5, Jakarta: Bulan Bintang, 1993 Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: penyidikan dan penuntutan, Cet, Ke- 6, Jakarta: Sinar Grafika, 2004 http:www.ui.ac.iddownloadkliping040205Dua_Pencuri_di_Bandara_Ditembak_ Mati.pdf ”Dua Pencuri di Bandara ditembak Mati” Topik diakses 30 Agustus 2009 Iqbal, Muhammad, Fiqih Siayasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, Cet, Ke- 2, Jakarta: Yofa Mulia Offset, 2007 Khaled Masud, Muhammad, Filsafat Hukum Islam: Studi Tentang Hidup Dan Pemikiran Abu Ishaq al-Syathibi, terj. Ahsin Muhammad, Cet, Ke- 1, Jakarta: Pustaka, 1996 Kompas, Kejaksaan Agung Tolak Penghapusan Hukum Mati, Jakarta 16 Desember 2004 Koran Tempo, Tanggal 4 Febuari Tahun 2005, Halaman 1 Kolom 3-6, lihat http:www.ui.ac.iddownloadkliping040205Dua_Pencuri_di_Bandara_Ditem bak_Mati.pdf, diakses, 30 Agustus 2009 Kusnardi, Moh. dan R. Saragih, Bintan, Ilmu Negara, cet. Ke- III, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1995 Madjid, Nurcholish, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 1995 Mujieb, M. Abdul, Tholhah, Mabrul, dan Syafi’ah A. M, Kamus Istilah Fiqih, Cet, Ke- 3, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002 Muhammad Thaha, Mahmud, Arus Balik Syari’ah, terj. Khairon Nahdiyyin, Cet, Ke- 1, Yokyakarta: LKiS Yokyakarta, 2003 Prakoso, Djoko, dan Nurwahid, Pidana Mati Di Indonesia Dewasa Ini, Cet, Ke- 1, Jakarta; Ghalia Indonesia, 1989 Prakoso, Djoko, Masalah Pidana Mati Soal Jawab, Cet, Ke- 1, Jakarta: Bina Aksara, 1987 Putri, Agung, Direktur Eksekutif Elsam, Keharusan Hukum Untuk Mati, Koran KOMPAS. Jumat, 2 November 2007 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21PUU-VI2008 tentang Putusan Perkara Pengujian Undang-undang Qadir Audah, Abdul, Ensiklopedi Hukum Islam at-Tasyri’ al-Jima’i al-Islamiy Muqarrana bil Qanunil Wad’iy, terj. Tim Tsalisah, jilid ke-111, Bogor: PT. Kharisma Ilmu, tt __________________, at-Tasyri’ al-Jina’iy al-Islamiy, Juz I, Beirut: Dar al-Kitab al- ‘Araby, tt S.T. Kansil, Chrustine, Kamus Istilah Aneka Hukum, Cet, Ke- 3, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004 Salmi, Ahkiar, Eksistensi Hukuman Mati, Cet, Ke- 1, Jakarta: Aksara Persada, 1985 Sinar Harapan, Taggal 13 Juli Tahun 2004, Halaman 7 Kolom 1-3, lihat http:www.ui.ac.iddownloadkliping140704Efek_Jera_Hukuman_Mati_Dipe rtanyakan.pdf, diakses, 30 agusus 2009 Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet, Ke- 31, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001 Suparman, Usman, Hukum Islam, Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Cet, Ke- 2, Jakarta: Gaya Media Pranata Tempo, Edisi 10-16 November 2008 Undang-Undang Nomor 02PnpsTahun 1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Undang-undang Nomor 5 tahun 1998 Pengesahan Convention Against Torture And Other Cruel, Inhuman Or Degrading Treatment Or Punishment Konvensi Menentang Penyiksaan Dan Perlakuan Atau Penghukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi, Atau Merendahkan Martabat Manusia Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 Psikotropika Undang-undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention Against Torture And Other Cruel, Inhuman Or Degrading Treatment Or Punishment Konvensi Menentang Penyiksaandan Perlakuan Atau Penghukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusia, Atau Merendahkan Martabat Manusia Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-unang Dasar 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap, Cet, Ke- 2, Jakarta: Sinar Grafika, 2005 Wahid Hafiez, Noor, Pidana Mati Menurut Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1982 Wardi Muslich, Ahmad, Hukum Pidana Menurut Alquran, Jakarta, Diadit Media, 2007 ______________, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam fiqih jinayah, Cet, Ke- 1, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004 Yusup Musa, Muhammad, Islam Suatu Kajian Komprehensif, terj. A. Malik Madaniy dan Hamim, Jakarta, CV. Rajawali, 1998 Zuhaili, Wahbah, al- Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Juz VI, Damaskus : Darul-Fikr, 1989 PUTUSAN Nomor 21PUU-VI2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 2Pnps1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati yang dijatuhkan oleh Pengadilan Dilingkungan Peradilan Umum dan Militer yang telah ditetapkan menjadi undang-undang oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh: [1.2] 1 Nama : Amrozi bin Nurhasyim; Agama : Islam; Tempat, Tanggal lahir : Lamongan 05 Juli 1962; Jenis kelamin : Laki-laki; Tempat tinggal : Desa Tenggulun, Solo Kuro, Kabupaten Lamongan Jawa Timur. 2 Nama : Ali Ghufron bin Nurhasyim als. Muklas; Agama : Islam; Tempat, Tanggal lahir : Lamongan 02 Februari 1960; Jenis kelamin : Laki-laki; Tempat tinggal : Desa Tenggulun, Solo Kuro, Kabupaten Lamongan Jawa Timur. 3 Nama : Abdul Azis als. Imam Samudra; Agama : Islam; Tempat, Tanggal lahir : Serang, 14 Januari 1970; Jenis kelamin : Laki-laki; Tempat tinggal : Perum Griya Serang Indah Blok B 12 No.12 Serang Banten. Berdasarkan Surat Kuasa Nomor 01.TPM-Pst.Sku.MK.VIII.2006 tanggal 16 Agustus 2006, memberi kuasa kepada: A. Wirawan Adnan, SH., H.M. Mahendradatta, SH., MA., MH., H. Achmad Michdan, SH., Akhmad Kholid, SH., Qadar Faisal, SH., Fahmi Bahmid, SH., Agus Setiawan., SH., Rita, SH., Gilroy Arinoviandi, SH., Sutejo Sapto Jalu, SH., Hery Susanto, SH., Guntur Fattahillah, SH., Muannas, SH., dan Abdul Rahim, SH., semuanya berprofesi sebagai Advokat dan Penasehat Hukum, yang tergabung dalam Tim Pengacara Muslim Pusat, beralamat di Jalan Pinang I Nomor 9 Pondok Labu Jakarta Selatan 12450, bertindak untuk dan atas nama Pemohon; Selanjutnya disebut sebagai -------------------------------------------------------- Pemohon ; [1.3] Telah membaca permohonan dari Pemohon; Telah mendengar keterangan dari Pemohon; Telah mendengar dan membaca keterangan tertulis dari Pemerintah; Telah memeriksa bukti-bukti; Telah mendengar keterangan saksi dan para ahli dari Pemohon; Telah membaca kesimpulan tertulis dari Pemohon.

1. DUDUK PERKARA

[2.1] Menimbang bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan dengan surat permohonannya bertanggal 6 Agustus 2008 yang diterima dan terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 6 Agustus 2008, dengan registrasi perkara Nomor 21PUU-VI2008, yang telah diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 26 Agustus 2008, dan diperbaiki kembali pada tanggal 27 Agustus 2008, mengemukakan hal-hal sebagai berikut: Pemohon dengan ini mengajukan permohonan Pengujian Undang-Undang “PUU” tentang norma-norma yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 02PnpsTahun 1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Yang Dijatuhkan Oleh Pengadilan Di Lingkungan Peradilan Umum dan Militer Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 38 yang ditetapkan menjadi undang- undang dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang “Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden Sebagai Undang-Undang”.

A. KEDUDUKAN HUKUM LEGAL STANDING PEMOHON

Bahwa menurut ketentuan Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi UU MK, agar seseorang atau suatu pihak dapat diterima sebagai pemohon dalam permohonan pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945, maka orang atau pihak dimaksud haruslah: a menjelaskan kualifikasinya dalam permohonannya, yaitu apakah yang sebagai perorangan warga negara Indonesia, kesatuan masyarakat hukum adat, badan hukum, atau lembaga negara; b kerugian hak danatau kewenangan konstitusionalnya, dalam kualifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, sebagai akibat diberlakukannya undang-undang yang dimohonkan pengujian Atas dasar ketentuan tersebut maka dengan ini Pemohon perlu terlebih dahulu menjelaskan