Kerangka Berpikir Tipologi Ekonomi Regional

33 2. Library research Landasan dan teori yang kuat dibutuhkan dalam pemecahan masalah, sehingga penulis melakukan penelitian keputusan dengan mengumpulkan buku-buku, jurnal-jurnal, artikel-artikel ilmiah, data-data dari internet, dant lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Dengan metode field research dan library research didapatkan berbagai informasi data sekunder untuk digunakan dalam penelitian ini yang dipublikasikan oleh berbagai instansi atau lembaga terkait antara lain: 1. Badan Pusat Statistik BPS DIY Dalam Angka 2005-2009. 2. Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Dalam Angka Se-DIY. 3. Buku Statitik Tahunan Indonesia serta berbagai jurnal ilmiah lainnya.

D. Metode Analisis

1. Analisis Location Quotient LQ

Analisis LQ berguna untuk mengidentifikasi basis ekonomi sektor basis suatu wilayah. Dengan analisis ini dapat diketahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan leading sector di suatu wilayah. Data yang digunakan adalah kesempatan kerja tenaga kerja dan PDRB. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah PDRB.Emilia, 2006:24. Analisis LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan ekonomi sejenis pada lingkup yang 34 lebih luas regional atau nasional. Secara matematis rumus LQ sebagai berikut: Keterangan: X ij = Nilai Tambah sektor i di daerah j KabupatenKota X j = Total nilai tambah sektor i di daerah j Y i = Nilai tambah sektor i di daerah p propinsiNasional Y = Total nilai tambah sektor di p PropinsiNasional X ij X j = Prosentasi employment regional dalam sektor i Y i Y = Prosentasi empolyment nasional dalam sektor i Setelah dihitung, maka hasil LQ tersebut dapat diinterpretasikan. Kriteria pengukuran menurut Bendavid Val ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu Choliq, 2007:56: a. Jika LQ 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis, artinya tingkat spsesialisasi kabupatenkota lebih tinggi dari tingkat provinsi. Produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual keluar daerah ekspor. b. Jika LQ = 1 maka tingkat spesialisasi kabupatenkota sama dengan di tingkat provinsi. Produksi komoditas yang bersangkutan hanya cukup untuk kebutuhan daerah setempat. Produksi komoditas tersebut belum 35 mencukupi kebutuhan konsumsi di daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya didatangkan dari daerah lain c. Jika LQ 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor non basis, artinya tingkat spesialisasi kabupatenkota lebih rendah dari tingkat provinsi.

2. Analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP

Analisis Model Rasio Pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi sektor ekonomi yang potensial, terutama struktur ekonomi kabupatenkota maupun provinsi DIY berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik internal maupun eksternal Yusuf, 1999, dalam Agus, 2009. Analisis MRP ini dibagi lagi ke dalam dua kriteria, yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPr. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kriteria MRP: a. Rasio pertumbuhan wilayah studi RPs yaitu perbandingan antara pertumbuhan pendapatan dalam hal ini ialah pertumbuhan PDRB sektor i di wilayah studi dengan pertumbuhan pendapatan PDRB sektor i di wilayah referensi KabupatenKota terhadap Provinsi. Berikut formula dari RPs: Keterangan: