Pembentukan Provinsi DIY Letak Geografis
54
Tabel.4.3. Struktur Ekonomi Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2006-2010 Persentase
Lapangan Usaha 2006
2007 2008
2009 2010
1. Pertanian
15,55 15,01
15,73 15,38
14,56 2.
Penggalian 0,74
0,79 0,74
0,71 0,67
3. Industri Pengolahan
13,86 13,60
13,29 13,35
14,02 4.
Listrik dan Air Bersih 1,28
1,29 1,28
1,35 1,33
5. Bangunan
9,75 10,54
10,70 10,70
10,59 6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
19,03 19,22
19,22 19,72
19,74 7.
Pengangkutan dan Komunikasi
10,37 10,08
9,82 9,20
9,03 8.
Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan
9,37 9,69
9,77 9,88
9,98 9.
Jasa-jasa 20,05
19,79 19,46
19,71 20,07
PDRB 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
Sumber Data: BPS Propinsi DIY, Pendapatan Regional DIY Tahun 2010
Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di tahun 2011 sebesar 5,16, lebih tinggi dari yang dicapai tahun 2007 yaitu sekitar
5,03. Dari sisi produksi beberapa sektor mengalami percepatan, seperti sektor penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 11,96, sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,00. Namun beberapa sektor mengalami penurun. Laju pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dalam
laju pertumbuhan atas dasar harga konstan tahun 2000 Provinsi DIY tahun 2007-2011 dapat dilihat dalam Tabel 4.4 berikut:
55
Tabel.4.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi DIY Tahun 2007-2011 persentase
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian
0,80 5,72
3,37 -0,27 -2.12 2.
Penggalian 9,69 -0,02
0,30 0,88 11,96
3. Industri Pengolahan
1,89 1,37
1,88 7,00
6,79 4.
Listrik dan Air Bersih 8,45
5,53 6,10
4,00 4,26
5. Bangunan
9,66 6,09
4,64 6,06
7,23 6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,06
5,26 5,43
5,33 5,19
7. Pengangkutan dan Komunikasi
6,45 7,12
5,96 5,73
8,00 8.
Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 6,49
5,82 6,11
6,35 7,95
9. Jasa-jasa
3,61 4,94
4,49 6,44
6,47 PDRB
4,31 5,03
4,43 4,88
5,16 Sumber : BPS Propinsi DIY
Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa seluruh sektor mengalami pertumbuhan kecuali sektor pertanian yang tidak menunjukkan pertumbuhan bahkan
minus. Penurunan cukup drastis terjkadi antara tahun 2009-2011 sebesar 3,37 menjadi -0,27 pada tahun 2010 dan -2,27 di tahun 2011.
Pertumbuhan paling tinggi tahun 2010 berasal dari sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa sebesar 6,44 dibandingkan dengan sektor-
sektor lainnya, sedangkan tahun 2011 sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang cukup besar yakni 11,96 diatas sektor
pengangkiutan dan komunikasi sebesar 8,00. Produk Domestik Regional Bruto PDRB, laju pertumbuhan dan
pendapatan perkapita di DIY tidak merata untuk setiap kabupaten dan kota, karena masing-masing daerah mempunyai keunggulan dan kelemahan yang
menjadi ciri khas daerah tersebut.
56 Secara rinci PDRB, Laju pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita
perkabupaten untuk tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dapat terlihat dalam Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel.4.5. PDRB, PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan PDRB KabupatenKota
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi DIY Tahun 201
No KabupatenKota
PDRB Juta Rp
PDRB PerkapitaRp
Laju Pertumbuhan
PDRB 1
Kab. Kulon Progo 1.781.227
4.580.532 3,06
2 Kab. Bantul
3.967.928. 4.353.170
4,97 3
Kab. Gunung Kidul 3.330.080
4.930.660 4,15
4 Kab. Sleman
6.373.200 5.830.337
4,49 5
Kota Yogyakarta 5.505.942
14.167.677 4,98
DIY 21.044.042
6.086.507 4,88
Sumber Data: BPS, DIY Dalam Angka Tahun 2010 Pada Tabel 4.5, terlihat bahwa kabupaten yang mempunyai PDRB
total terbesar adalah Kabupaten Sleman dengan nilai PDRB total sebesar Rp 6.373.200 juta sedangkan PDRB perkapita tertinggi terdapat di Kota
Yogyakarta dengan nilai sebesar Rp 14.167.677. Hal ini cukup beralasan karena Kota Yogyakarta merupakan ibu kota provinsi dengan tingkat
aktivitas perekonomian yang tinggi. Jika dilihat dari laju pertumbuhan maka kabupaten yang memiliki laju
pertumbuhan terbesar adalah Kota Yogyakarta sebesar 4,98 diatas laju pertumbuhan provinsi yang hanya sebesar 4,88 sedangkan kabupaten yang
memiliki laju pertumbuhan terendah adalah Kabupaten Kulon Progo yakni sebesar 3,06 dibawah rata-rata laju pertumbuhan total Provinsi DIY.