Kepemilikan Umum milkiyah ‘ammah

lembaga tertentu untuk mengeksploitasinya tetapi penguasa wajib membiarkannya sebagai milik umum bagi seluruh rakyat. Negaralah yang wajib menggalinya, memisahkannya dari benda-benda lain, menjualnya dan menyimpan hasilnya di bayt al-mal. Ketentuan bahwa barang tambang adalah termasuk kepemilikan umum jika barang tambang tersebut ditemukan di dalam tanah yang tidak dimiliki oleh seseorang. Apabila barang tambang tersebut ditemukan di tempat yang masuk dalam kepemilikan pribadi, para fuqaha berbeda pendapat. Ada dua pendapat yang meengemuka di kalangan fuqaha menanggapi persoalan barang tambang yang ditemukan di tanah yang sudah menjadi milik seseorang, yaitu: 1 Barang tambang tersebut tetap menjadi milik umum, sekalipun ditemukan di tanah yang sudah menjadi milik seseorang. pendapat ini dipilih oleh sebagian besar ulama mazhab Maliki. 2 Barang tambang tersebut menjadi milik sang pemilik tanah karena ikut kepada tanah, sebagaimana tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Inilah pendapat yang terkuat dalam mazhab Syafii. 19 b. Sarana umum dan kebutuhan pokok yang diperlukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari 19 Ahmad Muhammad al-‘Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizam al-Iqtishadi fi al-Islam, terj: Imam Saefudin, Bandung: Pustaka Setia, 1999, hal: 71. Semua harta yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia dan jika tidak ada akan menyebabkan kesengsaraan bagi manusia tidak boleh dikuasai oleh seseorang dan menjadi milik bersama, seperti air. Rasulullah SAW telah menjelaskan secara rinci dan sempurna mengenai sifat-sifat sarana umum ini. Hal ini seperti yang dimaksud dalam hadits beliau yang berkaitan dengan sarana umum ini. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Artinya: Kaum Muslim bersekutu memiliki hak yang sama dalam tiga hal: air, padang rumput dan api.” HR Abu Dawud 20 Air, padang rumput, dan api merupakan sebagian harta yang pertama kali diperbolehkan oleh Rasulullah untuk seluruh umat manusia. Mereka berserikat di dalamnya dan melarang mereka untuk memiliki bagian apa pun dari sarana umum tersebut, karena hal itu merupakan hak seluruh rakyat. Rakyat boleh mengambil air dari sungai-sungai yang ada untuk mengairi sawah dan ladang mereka. Rakyat juga boleh mengambil rumput untuk hewan ternak mereka dari padang rumput yang tidak dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini pemerintah tidak boleh 20 Abi Daud Sulaiman As-Sijistani, Sunan Abi Daud, Beirut: Dar Ibn Hazm, 1998, hal. 537. memberikannya hanya kepada satu golongan dan melarang golongan lainnya. Pemerintah hanya diperbolehkan melakukan pengaturan agar tidak terjadi perselisihan antar sesama anggota masyarakat dalam memanfaatkan sarana umum tersebut. 21 Sarana umum yang menjadi milik bersama dan tidak boleh dimiliki secara pribadi tidak hanya terbatas pada ketiga benda yang disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas. Para ulama berpendapat bahwa hadits di atas hanya menyebutkan beberapa jenis benda sebagai contoh, bukan merinci secara pasti bahwa hanya ketiga benda tersebut yang menjadi milik umum. Para ulama mengqiyaskan menyamakan dengan benda yang disebutkan dalam hadits untuk semua benda-benda yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan mereka. Seperti minyak bumi dan batubara sebagai sumber energi disamakan dengan api yang merupakan sumber energi pada masa Rasulullah dan dibutuhkan oleh seluruh manusia. c. Harta yang asal pembentukannya menghalangi seseorang untuk memilikinya Yang termasuk dalam kategori ini adalah benda-banda yang sejak awal pembentukannya diperuntukkan bagi kepentingan umum dan dapat 21 Said Mahammad Basyuni, al-Hurriyyah al-Iqtishadiyyah fi al-Islam wa Atsaruha fi al-Tanmiyah, Kairo: Dar al-Wafa’, 1988, hal. 244. dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat. Contohnya adalah benda-benda yang diwaqafkan untuk kepentingan umum, seperti masjid dan jalan raya. Dalil dari harta jenis ini adalah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi: Artinya: Mina adalah milik orang-orang yang lebih dahulu sampai. HR. Tirmidzi dari Aisyah 22 Maksud dari perkataan munakhu man sabaq adalah bahwa Mina merupakan milik seluruh rakyat. Barangsiapa yang lebih awal datang di tempat Mina, lalu menempatinya, maka bagian tersebut adalah baginya, karena Mina adalah milik umum bagi seluruh manusia. Hal yang sama juga terjadi pada harta yang diwaqafkan pemiliknya untuk kepentingan umum, seperti masjid, sekolah dan jalan raya. Semuanya merupakan harta milik umum yang dilarang dimiliki oleh individu dengan alasan apapun.

3. Kepemilikan Negara Milkiyah Daulah

Kepemilikan negara merupakan kekhususan yang dimiliki oleh negara dalam mengelola harta yang merupakan milik umum seluruh rakyat, dimana 22 Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan at-Tirmidzi, Beirut, Dar al-Ma’rifah: 2002, hal: 379. kepala negara selaku pemegang kekuasaan bisa memberikan harta tersebut kepada sebagian rakyatnya sesuai dengan kebijakannya. Yang termasuk dalam harta milik negara adalah harta yang tersimpan di baitul mal kas negara yang berasal dari harta fai’, kharaj, dan jizyah pajak. 23 Ada perbedaan yang mendasar antara harta milik negara dan harta milik umum, meskipun pengelolaannya sama-sama dilakukan oleh negara. Harta yang termasuk milik umum pada dasarnya tidak boleh diberikan negara kepada siapapun, meskipun negara dapat membolehkan orang-orang untuk mengambil dan memanfaatkannya. Berbeda dengan harta milik negara dimana negara berhak untuk memberikan harta tersebut kepada siapapun yang dikehendaki oleh negara sesuai dengan kebijakan negara. Sebagai contoh: air, garam, padang rumput yang merupakan milik umum, negara tidak boleh sama sekali memberikannya kepada orang tertentu, meskipun semua orang boleh memanfaatkannya secara bersama-sama sesuai dengan keperluannya. Berbeda dengan harta kharaj pajak yang merupakan milik negara boleh diberikan kepada para petani saja sedangkan yang lain tidak. Juga diperbolehkan harta kharaj dipergunakan untuk membeli senjata saja tanpa diberikan kepada seorangpun. 24 23 Rafiq Yunus al-Mishry, Ushul al-Iqtishadi al-Islami, Damaskus: Dar al-Qalam, 1993, hal 45-46. 24 Rafiq Yunus al-Mishry, Ushul al-Iqtishad....., hal. 46. Dalam konteks Inndonesia, harta milik negara adalah semua penerimaan negara yang masuk dalam APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, baik penerimaan negara dari pajak maupun penerimaan negara non-pajak. Semua penerimaan negara tersebut akan dikeluarkan dibelanjakan sesuai dengan kebijakan pemerintah.

C. Penguasaan atas Sumber Daya Air

Air, Sebagaimana telah dijelaskan di atas, merupakan salah satu benda yang menjadi milik umum dan bisa dimanfaatkan oleh semua orang. Sedangkan air yang dieksplorasi ada tiga macam, yaitu: air sungai, air sumur, dan air dari mata air. 25 Ketiganya akan dijelaskan secara rinci beserta siapa saja yang berhak untuk menguasai dan memanfaatkannya. 1. Air Sungai Air sungai sendiri dibagi menjadi 3 tiga macam, yaitu: Pertama, sungai besar yang dialirkan oleh Allah SWT yang tidak dibuat manusia, seperti sungai Nil, sungai Dajlah. Air dari sungai macam ini dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, mulai untuk minum, mengairi lahan pertanian, sampai pembangkit listrik. Tidak ada yang boleh melarang seseorang untuk mengambil air darinya, termasuk pemerintah. Pemerintah 25 Ali ibn Muhammad al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyah wa al-Wilayat al-Diniyah, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2006, hal. 226. tidak berkuasa atas air yang ada di sungai tersebut. Pemerintah hanya berhak untuk mengatur supaya pemanfaatan air berlangsung tertib dan lancar. Kedua, sungai kecil yang dialirkan oleh Allah SWT. Sungai jenis ini ada dua macam: a. Sungai yang bisa naik meninggi meskipun tanpa bendungan yang menahannya dan mencukupi kebutuhan penduduk tanpa kekurangan. Masing-masing penduduk boleh mengambil air untuk mengairi lahan pertaniannya saat ia membutuhkan. Peran pemerintah adalah mengatur pemanfaatan air supaya tidak terjadi perselisihan antar warga. b. Sungai yang airnya sedikit dan baru bisa mengairi lahan pertanian apabila diberi bendungan. Maka penduduk bagian hulu dapat menahan air itu hingga dapat mengairi sawah mereka, kemudian dilanjutkan wilayah berikutnya yang dilewati sungai. Peran pemerintah adalah mengatur supaya penduduk yang di hulu tidak menghabiskan air dan membatasi pemakaian air supaya bisa merata. Adapun ukuran air yang ditahan oleh penduduk hulu adalah sebatas mata kaki sebagaimana yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW. 26 Ketiga, sungai yang digali oleh manusia ketika mereka menghidupkan lahan mati untuk mengairi lahan mereka. Maka sungai itu menjadi milik bersama mereka, seperti saluran yang mereka buat di antara lahan mereka. 26 Ali ibn Muhammad al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyah........, hal. 227.

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003-Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang)

4 62 98

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88

Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Sesudah Dibatalkannya Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA)

0 5 6

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Akibat Pelanggaran Undang-Undang Sumber Daya Air Terkait Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 85/PUU-XI/2013 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

0 0 1

Analisis Kewenangan Hakim Konstitusi Dalam Menafsirkan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (Studi Judicial Review Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang SUmber Daya Air.

0 0 5

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARGA NEGARA ATAS AIR DARI PRIVATISASI AIR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR.

0 1 13

UU 7 2004 sumber daya air

0 0 53

Undang-Undang No. 07 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

0 0 69

ANALISIS PUTUSANPERKARA NO. 35/PID.SUS/2015/PN.KBU TENTANG TINDAK PIDANA PERUSAKAN SUMBER DAYA AIR PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONTITUSI NO. 85/PUU-XI/2013 TENTANG PENGUJIAN UU NO. 7 TH 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR

0 0 12