juga diperbolehkan untuk melakukan pengelolaan terhadap sumber daya air agar dapat bermanfaat untuk seluruh rakyat. Sedangkan tindakan pengawasan
dilakukan dengan tujuan memberi sangsi kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang ditetapkan pemerintah dalam pemanfaatan air.
Adapun tindakan pengurusan dengan memberi izin pengelolaan kepada swasta atau perorangan,
fiqh siyasah memandang
bahwa pemerintah diperkenankan untuk memberi izin pengelolaan sumber daya air kepada swasta
atau perorangan dengan syarat tidak menutup akses orang lain dalam mendapatkan air dari sumbernya.. Hal ini dapat dituangkan dalam peraturan yang
mengatur tentang syarat mendapatkan izin pengelolaan sumber daya air. Yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah adalah memberi penguasaan yang mutlak
atas sumber daya air kepada perorangan atau swasta, karena dikhawatirkan akan merugikan kepentinngan umum yang lebih besar. Adanya pasal yang
menjelaskan keterlibatan swasta dalam pengelolaan air dalam UU SDA pasal 11 ayat 3 yang dikhawatirkan akan membuka privatisasi air yang dapat merugikan
kepentingan umum harus diminimalisir dengan memberikan syarat yang ketat terhadap setiap kegiatan eksplorasi terhadap sumber daya air. Jadi, kewenangan
pemerintah dalam memberi izin pengelolaan air kepada swasta harus dibatasi selama tidak merugikan kepentingan umum.
Adapun kedudukan negara dalam mengelola sumber daya air adalah sebagai wakil dari rakyat yang merupakan pemilik air. Negara harus bertindak
untuk kebaikan rakyatnya. Ini tentu sama dengan konsep kedaulatan rakyat yang
dianut oleh UUD 1945 dimana rakyatlah yang memiliki kedaulatan, termasuk kedaulatan di bidang ekonomi. Hal ini tercermin dalam rumusan pasal 33 ayat 2
dan 3 UUD 1945.
91
BABV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Pasal 33 ayat 3 Undang Undang Dasar 1945 dalam Putusan Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air adalah: a. Terhadap Pasal 33 ayat 3 Undang Undang Dasar 1945
1 Pengertian “dikuasai oleh negara” dalam Pasal 33 ayat 3 Undang Undang Dasar 1945 mengandung pengertian yang lebih tinggi atau
lebih luas daripada pemilikan dalam konsepsi hukum perdata, karena kepemilikan tersebut lahir dari konstruksi kedaulatan rakyat yang
dinyatakan dalam hukum tertinggi, yaitu Undang Undang Dasar 1945. 2 Dalam
konsep penguasaan
negara, rakyat
secara kolektif
dikonstruksikan oleh Undang Undang Dasar 1945 memberikan mandat kepada negara untuk:
a Merumuskan kebijakan beleid, yaitu merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan pengelolaan sunber daya air.
b Melakukan tindakan pengurusan bestuursdaad.
c Melakukan pengaturan regelendaad. d Melakukan pengelolaan beheersdaad.
e Melakukan pengawasan toezichthoudendaad. b. Terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air 1 Hak atas air merupakan hak asasi manusia, sehingga hak tersebut tidak
hanya tunduk pada Pasal 33 ayat 3 Undang Undang dasar 1945 saja, tetapi juga pada Pasal 28H Undang Undang Dasar 1945
2 Air bukanlah barang ekonomi, sesuai dengan prinsip “pemanfaat air membayar jasa pengelolaan sumber daya air”
3 Peran swasta dalam pengelolaan sumber daya air hanya dapat dilakukan dibawah izin dari pemerintah.
4 Adanya kewajiban tanggung jawab negara terhadap hak atas air. 2. Pandangan fiqh siyasah terhadap putusan Mahkamah Konstitusi tentang UU
Sumber Daya Air adalah: a. Air termasuk barang yang menjadi milik umum bersama. Tidak ada
seorangpun yang dapat memonopoli pemanfaatan sumber daya air.
b. Negara berkewajiban menjamin ketersediaan pasokan air bagi seluruh rakyat dengan membuat peraturan yang mengatur pemanfaatan air
dengan baik dan menjamin tidak adanya perselisihan antar anggota masyarakat dalam memanfaatkan air.
c. Negara berperan sebagai wakil rakyat yang merupakan pemilik atas air untuk melaksanakan fungsi-fungsi pembuatan kebijakan, pengaturan,
pengelolaan, dan pengawasan terhadap sumber daya air agar bermanfaat dan dapat dipergunakan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
d. Islam menilai pemerintah boleh memberikan izin pengelolaan air kepada swasta dengan persyaratan tidak menutup akses untuk mendapatkan air
bagi masyarakat luas. karena itu pintu privatisasi air harus dibatasi , sebab pihak swasta ketika mengelola sumber daya air dapat dipastikan untuk
mencari keuntungan profit oriented sehingga mengabaikan kepentingan umum.
B. Saran
1. Dalam membuat Undang-Undang, pemerintah dan DPR diharapkan benar- benar memperhatikan kepentingan rakyat dan mengacu kepada konstitusi kita,
terutama masalah ekonomi harus sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang menganut paham kedaulatan ekonomi.
2. Pemerintah diharapkan tidak dengan mudah memberikan izin pengelolaan sumber daya air kepada swasta, apalagi pihak asing, karena merugikan
kepentingan rakyat dan mengancam kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. 3. Pemerintah segera melakukan revisi terhadap UU SDA, terutama pasal-pasal
yang membuka pintu privatisasi sumber daya air serta undang-undang yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam lainnya.