Di dalam hukum adat menunjukkan di dalam dirinya ada nilai-nilai universil seperti azas gotong-royong, fungsi sosial manusia dan milik dalam masyarakat, azas
persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum, azas perwkilan dan permusyawaratan dalam sistem pemerintahan semuanya itu yang oleh penulis ini disebut sebagai
”anasir-anasir yang kuat dari kebudayaan Indonesia”.
D. Azas-Azas Dalam Hukum Perjanjian
Ada beberapa azas yang terdapat dalam hukum perjanjian yaitu : 1. Azas Kebebasan Mengadakan Perjanjian
Azas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan 1338 ayat 1 KUHPerdata. Dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata disebutkan bahwa semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Hal ini berarti bahwa Hukum Perjanjian menganut sistem terbuka
yang berarti bahwa setiap orang bebas untuk menyatakan keinginan dan mengadakan perjanjian-perjanjian, bebas menentukan isi, syarat-syarat perjanjian,
dengan bentuk tertentu dan bebas memilih Undang-Undang dipakainya untuk perjanjian itu.
Azas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh Pasal 1337 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh Undang-
Undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum
73
73
Mariam Darus Badrulzaman, ibid, hal. 111
Universitas Sumatera Utara
2. Azas Konsensualisme Azas ini juga ditemukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan azas kebebasan berkontrak. Azas ini berkaitan dengan adanya keinginan atau kemauan para pihak untuk mengadakan perjanjian
untuk saling mengikatkan diri dalam perjanjian yang dibuat. Menurut Grotius mengatakan bahwa pacta sunt servanda janji itu mengikat.
Seterusnya ia mengatakan lagi promossorum implendorum obligatio kita harus memenuhi janji kita
74
3. Azas Kepercayaan Azas ini dimuat dalam 1338 jo 1334 KUHPerdata. Seseorang yang
mengadakan perjanjian dengan pihak lain harus dapat menumbuhkan kepercayaan diantara kedua belah pihak bahwa antara satu dengan yang lain akan memenuhi
prestasinya dikemudian hari. 4. Azas Kekuatan Mengikat
Azas ini terdapat dalam Pasal 1338 dan Pasal 1339 KUHPerdata. Maksudnya didalam perjanjian terkandung azas kekuatan mengikat karena perjanjian
terkandung azas kekuatan mengikat karena terikatnya para pihak pada apa yang diperjanjikan dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh
kepatutan dan kebiasaan akan mengikat para pihak.
74
Ibid, hal 109
Universitas Sumatera Utara
5. Azas Persamaan Hak Azas ini terdapat dalam Pasal 1341 KUHPerdata. Azas ini menempatkan para
pihak didalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kepercayaan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain. Masing-masing
pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kesemua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.
6. Azas Keseimbangan Azas ini dimuat dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang menghendaki kedua
belah pihak untuk memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Azas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari azas persamaan hak.
7. Azas Kepentingan Umum Azas ini menghendaki kedua belah pihak memperhatikan kepentingan umum
yang berhubungan dengan perjanjian yang dibuat. Jadi unsur kepentingan umum harus benar-benar diutamakan oleh kedua belah pihak.
8. Azas Kepatutan Azas ini ditemukan dalam Pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan
persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut
persetujuan, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang-Undang.
Universitas Sumatera Utara
Azas kepatutan ini menurut Badrulzaman, harus dipertahankan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat.
75
a. Azas Moral Azas ini terlihat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari
seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontreksepsi dari debitur. Hal ini terlihat pula dalam zaakwararneming yaitu seseorang yang
melakukan suatu perbuatan dengan suka rela moral, yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan
perbuatannya. Azas ini terdapat dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Faktor-faktor yang memberikan motivasi yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan
hukum adalah berdasarkan pada kesusilaan moral dan sebagai panggilan dari hati nuraninya.
b. Azas Kebiasaan Azas ini dimuat dalam Pasal 1339 jo Pasal 1347 KUHPerdata yang dipandang
sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas dalam perjanjian tersebut, akan tetapi juga
hal-hal yang dalam keadaan kebiasaan diikuti.
Menurut Pasal 1339 KUHPerdata, perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal- hal yang secara tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu
yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan Undang-Undang. Pasal 1347 KUHPerdata menyatakan pula bahwa hal-hal
yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap secara diam-diam dimasukkan di dalam perjanjian meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.
Kebiasaan yang dimaksud oleh Pasal 1339 KUHPerdata menurut Badrulzaman, ialah kebiasaan pada umumnya gewoonte dan kebiasaan yang
diatur oleh Pasal 1347 KUHPerdata ialah kebiasaan setempat khusus atau kebiasaan yang lazim berlaku didalam golongan tertentu bestending
gebruikelijk beding
76
c. Azas Sistem Terbuka Azas ini penting diperhatikan dalam perjanjian. Sistem perjanjian yang
bersifat terbuka berarti dapat dipertanggungjawabkan dan dipertahankan terhadap pihak ketiga. Pihak ketiga dapat menuntut apabila perjanjian tersebut
dianggap merugikan kepentingannya.
75
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 44
76
Ibid, hal 117
Universitas Sumatera Utara
E. Pengertian Jual Beli Tanah 1. Pengertian Jual Beli Tanah Menurut Hukum Adat