Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Hubungan Antara Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009 ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi perasaan kelelahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Oentoro 2004 menyatakan bahwa tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang relatif lebih muda. Selain itu tenaga kerja yang berumur lebih tua akan mengalami penurunan kekuatan otot yang berdampak terhadap kelelahan dalam melakukan pekerjaannya Setyawati dalam Wignjosoebroto, 2000. Grandjean 1985 menyebutkan bahwa penurunan kekuatan otot akan menyebabkan kelelahan otot yang terjadi karena adanya akumulasi asam laktat dalam otot yang dapat menyebabkan menurunnya kerja otot.

5.3. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada tingkat pendidikan SD dan SLTP yaitu sebesar 53,8. Hasil analisa statistik dengan uji Chi-Square diperoleh p=0,254 p0,05 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kelelahan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa teori yang menyatakan bahwa pendidikan juga berhubungan dengan kelelahan kerja karena mengenyam pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan individu Gilmer, 1984 tidak selamanya berhubungan dengan kelelahan kerja.

5.4. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009 Berdasarkan tabel 4.9. menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada kelompok tenaga kerja yang memiliki masa kerja 10 tahun yaitu sebesar 53,8. Hasil analisa statistik dengan uji Chi-square diperoleh p=0,002 p0,05 diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan tenaga kerja. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi tingkat kelelahan. Hal ini menunjukka n tingkat kelelahan lebih tinggi dialami oleh tenaga kerja dengan masa kerja yang lebih lama oleh karena semakin lama ia bekerja maka perasaan jenuh akibat pekerjaan yang monoton tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialaminya. Kelelahan yang terjadi secara terus menerus berakibat pada kelelahan kronis. Setyawati dalam Nasution, 1998

5.5. Hubungan Antara Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan tabel 4.10. menunjukkan bahwa tingkat kelelahan lebih tinggi terdapat pada kelompok tenaga kerja dengan status kawin yaitu sebesar 57,7. Hasil analisa statistik dengan uji Chi-Square diperoleh p = 0,01 p0,05 diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan kelelahan tenaga kerja. Dapat diasumsikan bahwa tenaga kerja dengan status kawin akan mengalami kelelahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang berstatus belum kawin. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat 2003 yang menyatakan bahwa status seseorang juga mempengaruhi tingkat kelelahan, orang yang sudah menikah Fandrik Eraliesa : Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009 lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan yang bujangan oleh karena waktu istirahat tidak dimanfaatkan secara maksimal sebab kondisi keluarganya juga perlu mendapatkan perhatian yang cukup.

5.6. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kelelahan kerja