BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU,
Industri ini merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia, yaitu menyerap sebesar 18,9 juta orang, di bawah sektor pertanian yang
mampu menyerap sekitar 41,8 juta orang. Perkembangan industri ritel dalam beberapa tahun terakhir berkembang dengan sangat pesat. Hal ini didorong oleh
munculnya kebijakan yang pro terhadap liberalisasi ritel, antara lain diwujudkan dalam bentuk Keputusan Presiden No 962000 tentang bidang usaha yang tertutup
dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu bagi penanaman modal. Kebijakan tersebut telah menyebabkan tidak adanya lagi pembatasan
kepemilikan dalam industri ritel. Setiap pelaku usaha yang memiliki modal cukup untuk mendirikan perusahaan ritel di Indonesia, maka dapat segera
melakukannya. Akibatnya, pelaku usaha di industri ini terus bermunculan. Salah satu alasan peritel asing mengembangkan bisnis ritelnya di
Indonesia adalah jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 230 juta jiwa yang merupakan pasar potensial dimana penduduk Indonesia merupakan penduduk
yang konsumtif. Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia APPBI juga menyatakan bahwa pertumbuhan industri ritel pada tahun 2011 meningkat 20
persen dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan tersebut seiring dengan makin berkembangnya populasi Meryani, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Peluang bisnis ritel ini membuat usaha eceran pada pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat, hal ini dapat dilihat dari munculnya
perusahaan - perusahaan eceran besar baik asing maupun lokal seperti Alfa, Carefour, Giant, Hypermarket, Ramayana, Maju Bersama, Metro, Suzuya dan
lainnya. Adanya berbagai macam bentuk Swalayan modern ini, membuat beragam harapan konsumen terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh swalayan-
swalayan juga semakin tinggi. Keberagaman harapan konsumen ini, mengakibatkan tingkat persaingan yang semakin tinggi antara supermarket baik
asing maupun lokal. Saat ini kota besar seperti Surabaya, Bandung, Medan, Makasar, dan
Semarang menjadi basis perkembangan supermarket. Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.097.610 jiwa BPS Kota
Medan 2010 menjadi pasar yang sangat menjanjikan bagi investor lokal maupun asing untuk dapat melakukan investasi dalam bidang bisnis ritel. Salah satu
perusahaan pengecer skala besar di Medan adalah Swalayan Macan Yaohan yang berada di bawah naungan Macan Group. Macan Group didirikan pada tahun 1985
dan selama ini tetap menfokuskan bisnisnya dalam supermarket retailing. Di tengah pasar yang potensial dan menjanjikan bagi usaha eceran,
Swalayan Macan Yaohan mengalami penurunan jumlah transaksi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kunjungan konsumen per tahun pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Transaksi Konsumen Swalayan Macan Yaohan Merak Jingga
Tahun Jumlah
2008 435.988
2009 378.672
2010 252.112
Sumber: Macan Yaohan 2012
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah transaksi konsumen yang berbelanja di swalayan Macan Yaohan dari tahun ke tahun. Hal
ini juga dikatakan oleh Pengamat Perbankan dan Ekonomi, Pandin 2009, bahwa terjadi penurunan secara terus menerus pangsa pasar supermarket. Ini
menunjukkan bahwa format supermarket tidak terlalu favourable lagi. Sebab, dalam hal kedekatan lokasi dengan konsumen, supermarket telah kalah bersaing
dengan minimarket yang umumnya berlokasi di pemukiman penduduk, sementara untuk range pilihan barang, supermarket tersaingi oleh hypermarket yang
menawarkan pilihan barang yang jauh lebih banyak. Dalam kondisi persaingan seperti ini, peritel yang tidak dapat
mengantisipasi dan menerapkan strategi yang tepat akan gulung tikar. Mengingat bahwa bisnis ritel adalah industri yang sangat dinamis, sebagai cerminan dari
masyarakat yang menjadi konsumennya, perubahan sekecil apapun yang terjadi di masyarakat senantiasa berimbas pada sektor ritel. Upaya untuk meningkatkan
kegiatan pemasaran agar dapat bersaing dan mampu meraih keunggulan kompetitif yakni melalui strategi bauran pemasaran eceran yang terdiri dari place,
product, price, promotion, personalia dan presentasi atau penampilan. Store atmosphere merupakan salah satu elemen penting dari retailing mix
yang mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, karena dalam proses keputusan pembeliannya konsumen tidak hanya memberi respon
terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan pembelian yang diciptakan oleh pengecer, seperti
yang dikemukakan oleh Levy dan Weitz dalam Permana 2008:5: “Customer
Universitas Sumatera Utara
purchasing behavior is also influenced by the store atmosphere”. Artinya bahwa store atmosphere juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Store atmosphere merupakan suatu karakteristik yang sangat fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis yang berperan menciptakan suasana yang
nyaman untuk konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada di dalam toko sehingga secara tidak langsung merangsang konsumen untuk
melakukan pembelian. Store atmosphere yang dibuat semenarik mungkin dapat berakibat positif dan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan hal ini
akan membuat konsumen untuk memutuskan pembelian di toko tersebut. Swalayan Macan Yaohan menata atmosfir tokonya melalui kondisi
ruangan yang nyaman, pemutaran musik di dalam swalayan serta penjaga toko yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang produk sehingga memudahkan
konsumen dalam mencari produk yang dibutuhkan. Namun sistem pencahayaan yang terdapat pada swalayan Macan Yaohan kurang baik. Sistem pencahayaan
yang bagus akan memberikan kesan kemewahan dan memudahkan konsumen dalam memilih produk.
Display merupakan salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan promosi penjualan atau sales promotion. Display yaitu pemajangan
atau tata letak barang dagangan untuk menarik minat beli konsumen agar terciptanya pembelian. Memajang barang sangat penting dilakukan oleh toko.
Dengan melihat barang dagangan, konsumen akan tertarik serta memudahkan konsumen dalam memilih barang yang diinginkan. Display yang baik akan
mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Alma
Universitas Sumatera Utara
2008:192, display terbagi atas 3 tiga macam yaitu Window display, Interior display, dan Exterior display.
Interior Display adalah pemajangan barang-barang, gambar-gambar, kartu harga dan poster di dalam toko sehingga memberikan informasi kepada
konsumen. Interior display merupakan hal yang penting, karena konsumen akan merasa nyaman berbelanja di sebuah toko jika interior display yang dilaksanakan
tersusun rapi dan menarik sehingga menciptakan keputusan pembelian bagi konsumen. Pada umumnya konsumen menyenangi Interior Display karena dapat
memberikan kesempatan lebih banyak bagi konsumen untuk melihat, memikirkan, memilih barang yang disenangi oleh konsumen, dan lebih memberikan keaktifan
pembeli untuk menentukan pilihannya. Adapun implementasi interior display yang dilakukan oleh Swalayan Macan Yaohan agar dapat menarik perhatian
konsumen adalah barang pada gondola harus terisi penuh, apabila barang dalam barisan depan sudah habis maka petugas harus memindahkan barang yang ada di
barisan belakang ke barisan depan, barang-barang yang dipajang di bagian lantai depan kasir dalam berbagai bentuk adalah berdasarkan permintaan produsen dan
disewakan dengan harga yang lebih mahal dibandingkan bagian lain, serta tersedianya tanda penunjuk lokasi produk sehingga memudahkan konsumen
dalam mencari barang yang dibutuhkan. Namun kelemahan yang terdapat dalam swalayan Macan Yaohan yaitu adanya sebagian produk yang tidak dicantumkan
label harga pada raknya. Store atmosphere dan Interior display sebagai salah satu dari bauran
pemasaran ritel, apabila telah sukses diterapkan oleh peritel, maka akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen yang akan berakhir pada
Universitas Sumatera Utara
pengambilan keputusan pembelian. Keputusan pembelian merupakan perilaku pembelian seseorang dalam menentukan suatu pilihan produk untuk mencapai
kepuasan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam penulisan ini penulis hanya menggunakan variabel Store
atmosphere dan Interior display sebagai salah satu dari retail mix, hal ini dikarenakan dewasa ini konsumen lebih selektif dalam memilih model belanja dan
menentukan tempat untuk melakukan pembelian. Tren yang umum, perubahan gaya hidup modern, serta teknologi yang canggih menjadi faktor utama yang
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli. Disini konsumen tidak hanya memperhatikan dari segi produk dan harga yang ditawarkan saja melainkan
perasaan nyaman ketika berada di dalam sebuah gerai ataupun toko. Menurut Utami 2010:66 tempat belanja dan lingkungannya adalah hal yang penting
karena 70-80 keputusan pembelian dilakukan di tempat belanja terutama ketika memeriksa barang. Untuk itu, manajemen ritel seharusnya mencoba untuk
menciptakan lingkungan tempat belanja yang memotivasi dan nyaman, dengan interior tempat belanja dan pengaturan barang yang menarik. Sedangkan menurut
Kotler 2001:15, ketika seorang konsumen masuk ke suatu toko mereka tidak hanya memberikan penilaian produk dan harga yang ditawarkan oleh retailer,
tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan yang diciptakan oleh retailer melalui store lay out, display penataan barang yang kreatif, desain bangunan
yang menarik, pengaturan jarak antar rak, temperatur, dan musik yang dilantunkan. Hal ini tidak hanya memberikan nilai tambah bagi produk yang
dijual, tetapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan bagi konsumen
Universitas Sumatera Utara
sehingga konsumen tersebut memilih toko yang disukainya dan pada akhirnya meningkatkan keputusan pembeliannya.
Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan diatas, Penulis merasa perlu melakukan penulisan ini dengan judul “Pengaruh Store atmosphere dan
Interior display Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.”
1.2. Perumusan Masalah