5.2.5.  Potensi Pasar
Industri  pariwisata  kini  merupakan  industri  penting  sebagai  penyumbang Gross Domestic Product GDP suatu negara, dan bagi daerah sebagai penyokong
dari  Pendapatan  Asli  Daerah  PAD.  Industri  ini  mampu  memberikan  10  dari PAD.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  daerah  berlomba-lomba  untuk
memperkenalkan  potensi  pariwisata  yang  dimilikinya  sehingga  dapat  menarik kunjungan wisata, baik lokal maupun mancanegara.
Industri  pariwisata  adalah  industri  yang  diperkirakan  akan  terus berkembang,  dan  nuansa  alam  dalam  industri  ini  akan  semakin  jauh  meningkat.
Menurut  UNWTO,  pertumbuhan  kunjungan  wisatawan  internasional  diprediksi akan  mencapai  1,6  miliar  wisatawan  pada  tahun  2020.  Sedangkan  peningkatan
kunjungan  dan  perjalanan  wisatawan  mancanegara  ke  Indonesia  ditargetkan mencapai  8.600.000  orang  pada  tahun  2014,  dan  peningkatan  kunjungan  dan
perjalanan  wisatawan  nusantara  mencapai  276  juta  orang  pada  tahun  2014. Pertumbuhan  ini  memberikan  peluang  cerahnya  industri  pariwisata  sekaligus
ketatnya  persaingan  pemasaran  pariwisata  oleh  banyak  negara  di  dunia KemBudPar, 2010.
Ekowisata  telah  berkembang  sebagai  salah  satu  industri  pariwisata  yang potensial  untuk  meningkatkan  penerimaan  devisa  negara,  terutama  pada
dasawarsa  terakhir  ini.  Hampir  10  jumlah  pekerja  di  dunia,  bekerja  di  sektor pariwisata  dan  tidak  kurang  dari  11 Gross  Domestic  Product GDP  seluruh
dunia  berasal  dari  sektor  ini.  Di  Indonesia,  ekowisata  telah  menyumbangkan devisa  sebesar  Rp.  80  triliun  pada  tahun  2008  dengan  jumlah  wisatawan
mancanegara  sebanyak  6,5  juta  orang.  Penerimaan  tersebut  meningkat  33  dari tahun  2007  Rp.60  triliun,  dimana  jumlah  wisatawan  mancanegara  yang  datang
ke  indonesia  sebesar  5  juta  orang.  Berdasarkan  laporanWorld  Travel  Tourism Council
WTTC  tahun 2000,  pertumbuhan   rata-rata  ekowisata  sebesar  10  per tahun.  Angka  tersebut  lebih  tinggi  dibanding  pertumbuhan  rata-rata  per  tahun
untuk pariwisata
pada umumnya
yaitu sebesar
4,6 per
tahun. http:www.dephut.go.idindex.php?q=idnode5887.
Provinsi  Gorontalo  adalah  salah  satu  dari  33  provinsi  di  wilayah  Republik Indonesia  yang  yang  berpotensi  untuk  dikembangkan  menjadi  daerah  tujuan
wisata. Terletak memanjang dari timur ke Barat di bagian Utara Pulau Sulawesi, provinsi  ini  juga  merupakan  daerah  strategis  bila  dipandang  secara  ekonomis,
karena  berada  pada  poros  tengah  wilayah  pertumbuhan  ekonomi,  yaitu  antara  2 dua Kawasan Ekonomi Terpadu KAPET Batui Provinsi Sulawesi Tengah dan
Manado –  Bitung  Provinsi  Sulawesi  Utara.  Letaknya  yang  strategis  ini  dapat
dijadikan  sebagai  transit  seluruh  komoditi  dari  dan  menuju  kedua  KAPET  tadi, selain  itu  juga  dapat  meningkatkan  kunjungan  pariwisata.  Gorontalo  memiliki
banyak  aset-aset  pariwisata  yang  sangat  potensial  untuk  dikembangkan  yang nantinya akan berdampak positif terhadap aktivitas ekonomi daerah.
Pengembangan  aset-aset  pariwisata  secara  optimal  diharapkan  akan meningkatkan  Pendapatan  Asli  Daerah  PAD.  Pemerintah  harus  mampu
mengembangkan  pariwisata  secara  holistik  termasuk  menyiapkan  sarana  dan prasarana  yang  nantinya  akan  memiliki  nilai  strategis  terhadap  perkembangan
pariwisata di Gorontalo, yaitu: 1.
Pembangungan infrastruktur,
seperti perkembangan
jalan raya
aksesibilitas, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap  fasilitas  lainnya  dari  kedatangan  turis  domestik  maupun
mancanegara. Kedatangan
meraka diharapkan
akan memberikan
kesejahteraan pada penduduk daerah destinasi. 2.
Kemajuan  teknologi,  seperti  perkembangan  infrastruktur  dan  teknologi modern  yang  ditunjukkan  dengan  meluasnya  penggunaan  internet,  mobile
telephone dan ekspor-ekspor produk berteknologi tinggi. Faktor ini memberi implikasi  bahwa  kedatangan  turis  akan  meningkatkan  penggunaan  produk-
produk  berteknologi  tinggi  di  daerah  destinasi.  Diasumsikan  bahwa  turis- turis  terutama  dari  mancanegara  akan  membawa  perubahan  teknologi
kepada daerah destinasi. 3.
Keterbukaan  destinasi  termasuk  pola  pikir  masyarakat  terhadap perdagangan  internasional  dan  turis  internasional.  Hal  ini  memberikan
implikasi  bahwa  dengan  kedatangan  turis  mancanegara  atau  internasional menyebabkan terjadinya perdagangan antara kedua negara yaitu negara asal
turis  dan  negara  destinasi  tujuan  wisata.  Perlu  disadari  bahwa  tujuan kedatangan  turis  ke  suatu  daerah  destinasi  adalah  berlibur,  melakukan
perdagangan dan tujuan lainnya seperti seminar, pendidikan dan kesehatan. Dengan  beragamnya  turis  dari  berbagai  negara  yang  datang  ke  daerah
destinasi  menyebabkan  perdagangan  terutama  produk-produk  lokal  dapat dipasarkan di pasar internasional.
5.3.  Zonasi  CTN Nantu-Boliyohuto
Dalam Permenhut No. 56Menhut-II2006 disebutkan bahwa Zonasi Taman Nasional  adalah  suatu  proses  pengaturan  ruang  dalam  taman  nasional  menjadi
zona-zona, yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sebagai konsekuensi dari fungsi dan peruntukan kawasan
taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam, maka pusat perhatian penilaian ini  terlebih  dahulu  difokuskan  pada  penilaian  ekologis.  Keistimewaan  ekologis
menjadi  faktor  terpenting  dalam  proses  zonasi  yang  biasanya  dilakukan  dengan pendekatan  jenis,  keanekaragaman,  dan  keterwakilan  DepHut,  2010.  Pada
pendekatan  jenis,  unsur-unsur  pertimbangannya  adalah  endemisitas,  kelangkaan, status  konservasi  suatu  jenis,  fungsinya  dalam  ekosistem,  dan  simbolisme  atau
jenis  flagship.  Sementara  pada  pendekatan  keanekaragaman  atau  komunitas unsur-unsur  yang  dipertimbangkan  adalah  kekayaan  jenis,  keterancaman
komunitas  dan  fragmentasi  habitat.  Kemudian  pada  pendekatan  keterwakilan unsur yang dipertimbangkannya adalah tipe vegetasi dan hidrologi. Proses zonasi
juga  mempertimbangkan  faktor  ketinggian  dan  kemiringan.  Analisa  zonasi  pada CTN  Nantu-Boliyohuto  didasarkan  pada  hasil  analisis  sensitivitas  ekologi  dan
pertimbangan ekowisata.
5.3.1.   Analisis Sensitivitas ekologi
Sensitivitas  ekologi  dimaknai  sebagai  wilayah  habitat  yang  sesuai  untuk satu  jenis  atau  banyak  jenis  satwa  dan  atau  jenis  tumbuhan.  Dalam  kajian  ini
sensitivitas  ekologi  dipengaruhi  oleh  faktor-faktor  biofisik,  antara  lain  jenis ketinggian tempat, kelerengan, tutupan lahan, dan sensitivitas satwa. Faktor-faktor
tersebut secara rinci sebagai berikut:
Analisis Ketinggian Tempat
Kawasan  CTNNB  merupakan  wilayah  dataran  rendah  hingga  pegunungan dengan  variasi  nilai  ketinggian  antara  124
–  2065  m  dpl.  Nilai  paling  tinggi