perdagangan dan tujuan lainnya seperti seminar, pendidikan dan kesehatan. Dengan  beragamnya  turis  dari  berbagai  negara  yang  datang  ke  daerah
destinasi  menyebabkan  perdagangan  terutama  produk-produk  lokal  dapat dipasarkan di pasar internasional.
5.3.  Zonasi  CTN Nantu-Boliyohuto
Dalam Permenhut No. 56Menhut-II2006 disebutkan bahwa Zonasi Taman Nasional  adalah  suatu  proses  pengaturan  ruang  dalam  taman  nasional  menjadi
zona-zona, yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sebagai konsekuensi dari fungsi dan peruntukan kawasan
taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam, maka pusat perhatian penilaian ini  terlebih  dahulu  difokuskan  pada  penilaian  ekologis.  Keistimewaan  ekologis
menjadi  faktor  terpenting  dalam  proses  zonasi  yang  biasanya  dilakukan  dengan pendekatan  jenis,  keanekaragaman,  dan  keterwakilan  DepHut,  2010.  Pada
pendekatan  jenis,  unsur-unsur  pertimbangannya  adalah  endemisitas,  kelangkaan, status  konservasi  suatu  jenis,  fungsinya  dalam  ekosistem,  dan  simbolisme  atau
jenis  flagship.  Sementara  pada  pendekatan  keanekaragaman  atau  komunitas unsur-unsur  yang  dipertimbangkan  adalah  kekayaan  jenis,  keterancaman
komunitas  dan  fragmentasi  habitat.  Kemudian  pada  pendekatan  keterwakilan unsur yang dipertimbangkannya adalah tipe vegetasi dan hidrologi. Proses zonasi
juga  mempertimbangkan  faktor  ketinggian  dan  kemiringan.  Analisa  zonasi  pada CTN  Nantu-Boliyohuto  didasarkan  pada  hasil  analisis  sensitivitas  ekologi  dan
pertimbangan ekowisata.
5.3.1.   Analisis Sensitivitas ekologi
Sensitivitas  ekologi  dimaknai  sebagai  wilayah  habitat  yang  sesuai  untuk satu  jenis  atau  banyak  jenis  satwa  dan  atau  jenis  tumbuhan.  Dalam  kajian  ini
sensitivitas  ekologi  dipengaruhi  oleh  faktor-faktor  biofisik,  antara  lain  jenis ketinggian tempat, kelerengan, tutupan lahan, dan sensitivitas satwa. Faktor-faktor
tersebut secara rinci sebagai berikut:
Analisis Ketinggian Tempat
Kawasan  CTNNB  merupakan  wilayah  dataran  rendah  hingga  pegunungan dengan  variasi  nilai  ketinggian  antara  124
–  2065  m  dpl.  Nilai  paling  tinggi
terletak  di  Pegunungan  Boliyohuto.  Sepanjang  kawasan  bagian  utara  dari  arah barat  hingga  ke  timur  merupakan  daerah  pegunungan  ketinggian  yang  berkisar
antara 1200 – 2065 mdpl, yang terdiri dari G. Boluo 1357 mdpl, G. Manatimu
1367  mdpl,  G.  Ponasana  1317  mdpl,  G.  Olibiahi  1204  mdpl,  G.  Sumalata 1403  mdpl,  G.  Botutombaha  1363  mdpl,  G.  Pomonto  1510  mdpl,  G.
Tombulato 1421 mdpl, G. Polalodupoto 1552 mdpl, G. Abapi 1371, G. Lamu 1530,  G.  Boliyohuto  2065  mdpl,  G.  Dulukapa  1746  mdpl,  dan  G.  Tohulite
1416 mdpl. Ketinggian  tempat  diklasifikasikan  menjadi  3  kelas,  seperti  yang
ditunjukkan dalam Tabel 5.8. Daerah ketinggian 700 m dpal seluas 34.898,65
Ha  mendominasi  kawasan  ini.  Tersebar  pada  wilayah  bagian  tengah  hingga
bagian selatan, sepanjang kawasan dari bagian barat hingga bagian timur. Daerah ketinggian antara 700
–1400 m dpal seluas 26,282.23 Ha tersebar pada kawasan
bagian tengah ke bagian utara sepanjang kawasan dari bagian barat hingga bagian timur.  Kawasan  CTNNB  bagian  HL  Boliyohuto  sebagian  besar  berada  pada
ketinggian  kelas  ini.  Sedangkan  wilayah  ketinggian  1400  m  dpal  tersebar  pada kawasan CTNNB bagian HL Boliyohuto dengan luasa 2.315,21 Ha.  Peta sebaran
ketinggian tempat disajikan pada Gambar 5.10. Tabel 5.8. Kelas Ketinggian CTN Nantu-Boliyohuto
Kelas Ketinggian mdpl Luas Ha
700 34.898,65
700 – 1400
26.282,23 1400
2.315,21
Ga mbar
5.10. P eta
Ke las
Ke ti
nggian di C TNN
B