Tabel 5.12. Penyebaran ODTWA pada kawasan CTNNB
Nama obyek AtraksiJenis kegiatan
Lokasi Dalam kawasan
danatau Luar kawasan
Wi sa
ta A
la m
H ik
in g
Ph o
to H
u n
tin g
C a
m p
in g
Bi rd
W a
tc h
in g
Be rsa
m p
a n
te rb
a ta
s Pe
m a
n d
a n
g a
n Pe
m a
n d
ia n
B ere
n a
n g
Pe n
g a
m a
ta n
fl o
ra f
a u
n a
Wi sa
ta b
u d
a ya
Wi sa
ta P
ed es
a a
n 1.
Salt-lick X
X X
X X
Dalam 2.
Air terjun Adudu X X
X X
X X X X
X Dalam
3. Air terjun Pangahu
X X X
X X
X X X X
Dalam 4.
Sungai Nantu X
X X
X X X X
X Dalam Luar
5. Sungai Paguyaman
X X
X X
X X X X
Dalam Luar 6.
Desa Pangahu X X
X X
X X X
X X
X Luar
7. Desa Mohiyolo
X X X
X X
X X X
X X
Luar 8.
Air Terjun Hutadelita X X
X X
X X X X
X Dalam
9. Air terjun Limu
X X X
X X
X X X X
Dalam 10. Air terjun Ulelita
X X X
X X
X X X X
Dalam
Menurut Gunn 1994 flora dan fauna yang berada di daerah penutupan hutan memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata, baik untuk
wisata maupun untuk wisata pendidikan. Keanekaragaman hayati tersebut menurut akan sangat berbeda maknanya bagi pengunjung, tergantung pada latar
belakang pendidikan dan pengetahuannya. Pengembangan atraksi wisata berdasarkan sumberdaya flora dan fauna harus memperhatikan pengalaman apa
yang diharapkan pengunjung dan apa yang diperoleh. Rencana kegiatan wisata yang berhubungan dengan flora fauna perlu memperhatikan pengadaan sarana dan
pra sarana untuk mengakomodasi pengunjung agar tidak terjadi gangguan pada flora fauna tersebut.
Ga mbar
5.1 7. P
eta se
ba ra
n da
ya t
arik w isata
di C
TNN B
Kriteria Kendali Untuk Meminimalkan Dampak
Pertimbangan efektivitas pengelolaan kawasan pada proses zonasi memiliki fokus pada rekayasa ruang yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Rekayasa dilakukan terhadap batas- batas daerah sangat sensitif yang potensial menjadi zona inti yang berbatasan
dengan daerah tidak sensitif atau daerah potensial zona pemanfaatan dan zona lainnya. Bentuk rekayasanya adalah dengan membuat buffer selebar 200 meter
dari batas zona inti yang kemudian dialoksikan sebagai zona rimba sehingga tidak ada tekanan langsung terhadap daerah-daerah yang sangat sensitif tersebut.
Pertimbangan ini tetap mengacu kepada hasil penilaian sensitivitas ekologis. Beberapa bentuk penerapan dari pertimbangan ini adalah sebagai berikut :
1. Bentuk dan lokasi zona inti diupayakan tidak sporadis tetapi merupakan satu
kesatuan atau dapat terpisah dengan dihubungkan oleh suatu koridor. 2.
Terdapat buffer berupa zona rimba diseluruh batas zona inti sehingga tidak ada zona inti yang berbatasan langsung dengan zona lainnya atau lokasi-
lokasi yang rentan terhadap gangguan.
5.3.3. Pembagian Zona Pengelolaan CTN Nantu-Boliyohuto
Berdasarkan hasil overlay peta sensitivitas ekologi dengan peta pertimbangan potensi daya tarik wisata, peta penggunaan lahan oleh masyarakat,
pertimbangan kelestarian satwa endemik babirusa dan anoa, serta pertimbangan efektivitas manajemen, maka diusulkan pembagian zona kawasan CTNNB
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.13. dan Gambar 5.18.
Zona Inti
Zona Inti yaitu bagian dari kawasan taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota atau fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu
oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan, keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Zona inti yang ditetapkan pada
kawasan CTN Nantu-Boliyohuto mempunyai luasan 48.380,3 Ha 76,99. Berdasarkan ciri fisik dari zona inti di wilayah SM Nantu maka fungsi utama dari
zona tersebut adalah untuk perlindungan habitat satwa babirusa dan anoa. Fungsi peruntukkan zona inti adalah untuk pelestarian dan pengawetan fauna dan flora,
sumber plasma nutfah dan perlindungan dan pengawetan tata air. Zona inti merupakan wilayah yang mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa liar
beserta ekosistemnya yang langka yang keberadaanya terancam punah, seperti babirusa, anoa, monyet hitam sulawesi, tarsius, serta tumbuhan endemik seperti:
Caryota mitis, Cycas rumphii, Livistonia rotundifolia , Macaranga crassistipulosa,
Elmerillia ovalis,, Terminalia celebica, Diospyros hebecarpa, Pterospermum celebicum, Manilkara celebica, Cratoxylum celebicum, Dillenia serrata dan
Dillenia sp. Zona ini juga mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit
penyusunnya yang merupakan ciri khas ekosistem dalam kawasan taman nasional yang kondisi fisiknya masih asli dan belum diganggu oleh manusia. Zona ini
umunya dicirikan dengan kondisi fisik kelerengan 30, ketinggian tempat 500 mdpal, tutupan lahan berupa hutan primer dan hutan sekunder, dan
merupakan daerah jelajah satwa endemik babirusa dan anoa. Di dalam zona ini tidak boleh dilakukan kegiatan kegiatan pengelolaan atau
kegiatan penunjang, kecuali kegiatan penelitian dengan ijin khusus. Sedangkan jenis kegiatan yang diperbolehkan yaitu:
1. Perlindungan dan pengamanan;
2. Inventarisasi dan monitoring SDA hayati dan ekosistemnya;
3. Penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, danatau
penunjang budidaya; 4.
Dapat dibangun sarana dan prasarana tidak permanen dan terbatas untuk kegiatan penelitian dan pengelolaan
Zona Rimba
Zona Rimba yang ditetapkan pada kawasan CTN Nantu-Boliyohuto mempunyai luasan 10.806,1 Ha 17,2. Tujuan penetapan zona ini untuk
pemanfaatan secara terbatas atas potensi jasa lingkungan berupa kegiatan wisata alam, dan kegiatan penelitian, pelatihan, demplot tanaman obat, tanaman keras
dan tanaman budidaya. Pada zona ini dilakukan pula pembinaan habitat babirusa dan anoa untuk meningkatkan populasinya.
Jenis kegiatan yang diperbolehkan yaitu: 1.
Inventarisasi dan
monitoring sumberdaya
alam, hayati
dengan ekosistemnya.
2. Pengembangan penelitian, pendidikan, wisata alam terbatas, pemanfaatan
jasa lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya. 3.
Pembinaan habitat dan populasi. 4.
Pembangunan sarana dan prasarana sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan wisata alam terbatas.
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan yang ditetapkan pada kawasan CTN Nantu-Boliyohuto mempunyai luasan seluas 2.447,8 Ha 3,9, yang terbagi pada 3 lokasi, yaitu: 1
Desa Pangahu, sebagai lokasi dengan prioritas pertama karena berada pada pintu gerbang kawasan CTN Nantu-Boliyohuto, dan dekat dengan lokasi daya tarik
wisata salt-lick, air terjun, dan wisata sungai; 2 Desa Bondulalayu, sebagai lokasi dengan priorotas kedua karena berada pada kawasan eks Hutan Produksi Terbatas,
dimana aksesibilitas berupa jalan perintis telah terbuka; dan 3 Desa Monano, sebagai lokasi dengan prioritas ketiga, berada pada kawasan Hutan Lindung,
dimana akses ke lokasi ini masih sulit. Fungsi peruntukkan zona pemanfaatan ini adalah:
1. Pengembangan pariwisata alam dan pusat rekreasi;
2. Penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan konservasi;
3. Menunjang kepentingan budidaya.
Jenis kegiatan yang diperbolehkan yaitu: 1.
Perlindungan dan pengamanan; 2.
Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya; 3.
Penelitian dan pengembangan pendidikan, dan penunjang budidaya; 4.
Pengembangan, potensi dan daya tarik wisata alam; 5.
Pembinaan habitat dan populasi; 6.
Pengusahaan pariwisata alam dan pemanfaatan kondisijasa lingkungan; 7.
Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata alam dan pemanfaatan kondisijasa lingkungan.
Tujuan penetapan zona ini untuk pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistem CTN Nantu-Boliyohuto dalam bentuk jasa lingkungan pariwisata
alam, pendidikan konservasi alamlingkungan. Penetapan zona ini didasarkan pada kriteria kebutuhan pengusahaan pariwisata alam, yaitu:
1. Kelerengan ≤30
2. Ketinggian ≤500 mdpal
3. Tutupan lahan merupakan daerah terbuka danatau semak belukar
4. Bukan merupakan daerah jelejah satwa yang dilindungiendemik
5. Bukan
merupakan daerah
pemanfaatan tradisional
masyarakat perkebunanpertanianpemukiman
Jenis usaha pariwisata alam menurut Permenhut No. P.48Menhut-II2010 dan Perdirjen PHKA No. P.3IV-SET2011 yang diperbolehkan adalah:
1. Penyediaan jasa wisata alam, meliputi: 1 informasi pariwisata, berupa
usaha penyediaan data, berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak
danatau elektronik; 2 pramuwisata, berupa usaha penyediaan tenaga pemanduinterpreter untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan biro
perjalanan wisata; 3 transportasi, berupa penyediaan kuda, porter, perahu bermesin, kenderaan darat bermesin maksimal 3000cc khusus untuk lokasi
dengan kelerengan sampai 30; 4 perjalanan wisata, berupa usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan wisata atau penyelenggaraan
pariwisata, termasuk jasa pelayanan yang menggunakan sarana yang dibangun atas dasar kerjasama antara pengelola dan pihak ketiga; 5
cinderamata dan
makananminuman, berupa
usaha penyediaan
cinderamatasouvenir dan makananminuman untuk keperluan wisatawan yang didukung dengan perlengkapan berupa kios atau kedai usaha.
2. Penyediaan sarana wisata alam, meliputi: 1 wisata tirta, berupa pemandian
alam, tempat pertemuan, darmaga tambat, gudang penyimpanan alat kegiatan wisata tirta; 2 akomodasi, berupa ruang yang relatif datar dan
dihubungkan dengan jalan wisata alam, dibangun semi permanen dengan memperhatikan arsitektur budaya setempat yang meliputi: penginapan
dengan fasilitas ruang pertemuan, restoran, fasilitas bermain anak, spa, dan gudang, pondok wisata, pondok apung, rumah pohon, bumi perkemahan,
tempat singgah karavan, fasilitas kantor dan pelayanan umum pelayanan
informasi, telekomunikasi, administrasi, angkutan, penukaran uang, cucian, ibadah, kesehatan, keamanan, menara pandang, pemadam kebakaran,
kebersihan, dan mess karyawan; 3 transportasi, berupa bangunan stasiun yang ramah lingkungan untuk kenderaan darat, dan bangunan darmaga
untuk kenderaan air; dan 4 wisata petualangan, berupa outbond, jembatan antar tajuk pohon canopy trail, kabel luncur flying fox, paralayang, balon
udara, dan petualangan hutan jungle track. 3.
Penyediaan fasilitas penunjang sarana kepariwisataan, yaitu: 1 jalan wisata, dengan lebar badan maksimal 5m ditambah bahu jalan 1m kiri dan kanan,
dengan sistem pengerasan menggunakan batu dan lapisan permukaan aspal; 2 papan petunjuk: papan nama, papan informasi, papan petunjuk arah,
papan peringatan, papan rambu lalu lintas, dan papan bina cinta alam; 3 jembatan, dermaga, dan landasan helikopter helipad dibangun dengan
berpedoman pada ketentuan teknis yang menyangkut keselamatan dan keamanan; 4 areal parkir dibangun dengan ketentuan: tidak menebang
merusak pohon, di areal terluar lokasi izin usaha pariwisata alam, pengerasan areal harus dengan konstruksi tidak mengganggu peyerapan air
dalam tanah; 5 jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telepon, dan jaringan internet diupayakan dibangun dalam tanah; 6 jaringan
drainasesaluran dibangun cara terbuka dan menggunakan pengerasan atau tertutup; dan 7 toilet, sistem pembuangan dan pengolahan limbah.
Zona Tradisional
Zona tradisional yang ditetapkan pada kawasan CTN Nantu-Boliyohuto mempunyai luasan 1.206,3 Ha 1,92,
yaitu bagian kawasan berupa lahan pertanian dan perkebunan yang digarap oleh masyarakat yang telah ada sebelum
penetapan kawasan
sebagai taman
nasional. Selain
itu lokasi
pemanfaatanpengambilan hasil hutan bukan kayu juga ditetapkan sebagai zona tradisional. Tujuan penetapan zona ini untuk mempertahankan hubungan
tradisional secara turun temurun dengan adanya ketergantungan masyarakat terhdap potensi sumberdaya alam seperti padi, palawija, tanaman buah-buahan,
lebah madu, bamboo, tanaman obat-obatan, kayu bakar dan daun untuk atap rumah. Fungsi peruntukkan zona ini untuk pemanfatan sumber daya alam secara
terbatas dan terkendali dengan cara-cara tradisional dan memperhatikan asas pelestarian
.
Tabel 5.13. Zona Pengelolaan CTN Nantu-Boliyohuto
Zona Diskripsi
LuasHa Persentasi
Inti Bagian dari taman nasional yang mempunyai
kondisi alam baik biota atau fisiknya masih asli dan atau belum diganggu oleh manusia yang
mutlak dilindungi,berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli
dan khas 48.380,3
76,99
Rimba Bagian taman nasional yang karena letak,
kondisi dan potensinya mampu mendukung pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan
10.806,1 17,2
Pemanfaatan Bagian dari kawasan taman nasional yang letak,
kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam
dan kondisijasa lingkungan lainnya. 2.447,8
3,9
Tradisional Bagian dari taman nasional yang ditetapkan
untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejahteraan
mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam
1.206,3 1,92
G ambar
5.18. P eta Zo
n asi
Akhir P
enge lol
aa n CT
NN B
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Kondisi ekologi dan sosial budaya masyarakat: a. Berdasarkan inventarisasi yang dilakukan pada tiga lokasi yang mewakili
kawasan CTNNB, yaitu pada kawasan SM Nantu, HL Boliyohuto, dan HPT Boliyohuto tercatat 204 jenis tumbuhan, diantaranya terinventarisasi
17 jenis tumbuhan yang dilindungi, yaitu Caryota mitis, Cycas rumphii, Livistonia rotundifolia
, Macaranga crassistipulosa, Elmerillia ovalis,, Terminalia celebica, Diospyros hebecarpa, Pterospermum celebicum,
Manilkara celebica, Kjellbergiodendron celebicum, Shorea sp, Licualla
flabelum, Cratoxylum celebicum, Dillenia serrata, Grammatophyllum speciosum, Diospyros celebica dan Dillenia
sp. b. Potensi satwa yang ditemukan memiliki keanekaragaman jenis yang
tinggi. Pengamatan yang dilakukan di salt-lick terinventarisasi sekitar 32 jenis satwa. Dalam lokasi tersebut terdapat jenis-jenis endemik Sulawesi
dan dilindungi, antara lain Babirusa Babyrousa babyrussa, Anoa Bubalus depressicornis,
Tarsius Tarsiusspectrum, Kuskus Sulawesi Strigocuscus celebensis
dan Monyet Hitam Sulawesi Macaca heckii. Selain itu ditemukan 49 jenis burung dimana 24 jenis diantaranya
merupakan endemik Sulawesi. c. Kondisi fisik kawasan ini memiliki keunikan dan keindahan. Kubangan
lumpur bergaram salt-lick merupakan suatu keunikan habitat dari berbagai macam satwa dan tumbuhan. Selain itu dijumpai keindahan
panorama alam, air terjun, harmonisasi perkampungan, ladang, bukit, pegunungan, dan sungai.
d. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan CTN Nantu- Boliyohuto umumnya masih rendah, baik dari segi pendidikan,
keterampilan, penyediaan sarana kesehatan, dan cakupan pekerjaan. 2. Sebagai daerah yang dijadikan tujuan ekowisata, kawasan ini memiliki
potensi daya tarik wisata yang tinggi, dengan aksesibilitas yang cukup
lancar, dan didukung oleh kondisi sosial masyarakat yang menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama dalam kegiatan ekowisata, serta dukungan
masyarakat terhadap penyelenggaraan kegiatan ekowisata. Akan tetapi semuanya itu belum didukung fasilitas wisata yang memadai.
3. Proses penyusunan zonasi CTNNB didasarkan pada hasil analisis sensitivitas ekologi dan pertimbangan pendekatan ekowisata. Sensitivitas ekologi
dipengaruhi oleh faktor-faktor biofisik, yaitu: tutupan lahan, ketinggian tempat, kelerengan, dan sensitivitas satwa; sedangkan pendekatan ekowisata
menggunakan kriteria konservasi, ekonomi, edukasi dan rekreasi, partisipasi, dan kendali. Hasil overlay dari sensivitas ekologi dan
pertimbangan-pertimbangan tersebut menghasilkan Zona Pengelolaan CTN Nantu Boliyohuto, yang terdiri dari zona inti seluas 48.380,3 Ha 76,99,
zona rimba seluas 10.806,1 Ha 17,2, zona pemanfaatan seluas 2.447,8 Ha 3,9, dan zona tradisional seluas 1.206,3 Ha 1,92.
6.2. SARAN
1. Kondisi ekologi kawasan CTN Nantu-Boliyohuto yang masih baik harus
dijaga kelestariannya dari ancaman kegiatan manusia yang bersifat merusak. Pemerintah Provinsi Gorontalo bekerja sama dengan Dinas Kehutanan
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia segera merealisasikan SK Penetapan kawasan CTNNB menjadi kawasan Taman Nasional Nantu-
Boliyohuto dan segera menyusun Rencana Pengelolaan Taman Nasional Nantu-Boliyohuto.
2. Sebagai kawasan yang berpotensi menjadi tujuan wisata, dipandang perlu
untuk meningkatkan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Program wajib belajar 9 tahun untuk anak usia sekolah harus lebih
disosialisasikan dengan menambah pembangunan sarana belajar sekolah negeri atau sekolah swasta, serta memasukkan muatan kurikulum yang bisa
meningkatkan keterampilan yang mendukung penyelenggaraan usaha pariwisata di kawasan CTN Nantu-Boliyohuto.
3. Unsur-unsur utama dan penunjang suatu destinasi penyelenggaraan
pariwisata perlu dikembangkan, yaitu: keadaan obyek dan daya tarik wisata, kemudahan aksesibilitas, ketersediaan fasilitas wisata penyediaan